yang sesuai dengan tanaman pokok. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kondisi fisiologis pohon seperti kondisi tajuk dan perakaran yang nantinya berpengaruh
terhadap pengaturan jarak tanam yang ideal. Salah satu tanaman kehutanan yang saat ini banyak dikembangkan menjadi
hutan tanaman atau hutan rakyat adalah jabon Anthocephalus cadamba. Jabon merupakan jenis pionir asli Indonesia dan memiliki penyebaran alami yang luas
dari Aceh sampai Papua. Jenis pohon ini banyak dijumpai di lahan terbuka bekas tebangan atau di kanan-kiri jalan logging. Jabon juga banyak dijumpai di lahan-
lahan bekas tambang khususnya di Kalimantan, tumbuh alami di tempat-tempat terbuka maupun di sela-sela Acacia mangium yang telah ditanam terlebih dahulu
sebagai upaya reklamasi lahan bekas tambang. Saat ini jabon merupakan salah satu tanaman komersial di Indonesia Mansur dan Tuheteru 2010. Namun
penelitian yang berkaitan dengan tanaman jabon, khususnya perkembangan jabon dalam sistem agroforestri masih sangat minim dengan perkembangan jabon yang
cukup pesat. Berdasarkan uraian maka diperlukan suatu penelitian mengenai panjang dan kedalaman akar latera jabon A. cadamba di Desa Cibening
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor untuk mengetahui jenis tanaman tumpangsari atau tanaman pertanian yang sesuai dengan kondisi perakaran jabon.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang mendasar dalam penelitian ini adalah semakin meningkatnya kegiatan alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian atau
pemukiman yang menimbulkan peningkatan degradasi lahan sehingga dibutuhkan suatu penerapan agroforestri yang tepat. Penerapan sistem agroforestri yang tepat
dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor pendukung dalam suatu tegakan seperti persentase penutupan tajuk, suhu, kelembaban dan perkembangan
perakaran pohon. Faktor-faktor tersebut nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengkombinasian tanaman dalam suatu tegakan.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengkaji tingkat persentase penutupan tajuk pada tegakan jabon campuran dan monokultur yang berusia 10 bulan.
2. Mengkaji panjang dan kedalaman akar lateral jabon untuk dijadikan
sebagai referensi tanaman pertanian yang ideal.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini di antaranya adalah sebagai referensi ruang tumbuh tanaman pertanian pada tegakan jabon dan memberikan
pengetahuan dalam penggunaan tanaman pertanian yang akan ditanam di lokasi penelitian dengan jenis tanaman yang berbeda.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Agroforestri
Secara bahasa, agroforestri berasal dari dua kata, yaitu agros dan forestry. Agros berasal dari bahasa yunani yang berarti bentuk kombinasi kegiatan
pertanian dengan kegiatan lainnya pada sebuah lahan. Sedangkan forestry berasal dari bahasa inggris yang berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan hutan
kehutanan. Forestry meliputi segala usaha, ilmu, proses, dan semua pola tingkah dalam mengelola hutan dan penggunaan sumberdaya alam untuk kepentingan dan
kesejahteraan manusia Mahendra 2009. Agroforestri merupakan sebuah nama bagi sistem-sistem dan teknologi
penggunaan lahan dimana pohon berumur panjang termasuk semak, palem, bambu, kayu, dan lain-lain dan tanaman pangan dan atau pakan ternak berumur
pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang dan waktu. Dalam sistem-sistem agroforestri terjadi interaksi ekologi dan ekonomi
antar unsur-unsurnya De Foresta 2000. Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang merupakan
perpaduan kegiatan kehutanan, perkebunantanaman industri, tanaman pangan, peternakan, dan perikanan ke arah usaha tani terpadu sehingga tercapai
optimalisasi penggunaan lahan. Pengembangan sistem agroforestri diharapkan dapat memecahkan masalah penggunaan lahan sehingga kebutuhan manusia yang
beraneka macam seperti pangan, sandang, obat-obatan, kayu, dan lingkungan hidup yang sehat dapat terpenuhi Satjapradja 1982.
Agroforestri merupakan sistem tersendiri dan bukan sekedar campuran pertanian, perhutanan, dan peternakan. Keberhasilan pemapanan agroforestri
tergantung pada ketepatan memilih bentuk dan menentukan sasaran menurut kebutuhan setempat. Ini berarti bahwa agroforesti merupakan suatu penyelesaian
masalah, baik menurut tempat maupun waktu Notohadiprawiro 1981. Menurut Notohadiprawiro 1981, agroforestri memiliki sasaran pokok
berupa mengoptimalkan produksi gabungan pertanian-perhutanan dengan atau
tanpa peternakan, mengawetkan dan memperbaiki lahan usaha serta memanfaatkan tenaga kerja tersedia sebaik-baiknya.
2.2 Pola Tanam