BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Pebruari 2012 di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon monokultur dan campuran berusia 10 bulan. Tegakan jabon monokultur dengan
jarak tanam 3x2 m dan tegakan jabon campuran dengan jarak tanam antar jabon sebesar 3x5 m dan jarak tanam dengan tanaman lain sebesar 3,0x2,5 m. Peralatan
yang digunakan antara lain adalah golok, cangkul, thermohygrometer, spiracle densiometer, kompas, pita ukur, hagahypsometer, tali rafiatambang, GPS,
kamera digital, label dan alat tulis.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Proses pengumpulan data primer melalui pengukuran langsung di lapangan seperti
pengukuran dimensi tanaman pokok, pengukuran persentase penutupan tajuk, pengukuran panjang akar horizontal dan kedalaman akar, pengukuran ketinggian,
pengukuran suhu dan kelembaban. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data profil lokasi penelitian, seperti
data letak, luas, pola penggunaan lahan, topografi, jenis tanah, kondisi iklim dan sejarah pengelolaan lahan. Data sekunder hanya digunakan sebagai data
pendukung untuk data primer. Data lainnya yang terkait dengan penelitian ini diperoleh dengan studi pustaka
dari berbagai literatur, jurnal, laporan, dan arsip-arsip dari dinas terkait maupun yang bersumber dari media elektronik.
3.4 Metode Kerja
3.4.1 Penentuan Peletakan Plot Sampling
Metode yang digunakan untuk menentukan petak percobaan adalah purposive sampling dari masing-masing tegakan jabon. Tegakan dipilih dengan
kriteria pertumbuhannya baik dan bebas dari hama serta penyakit. Plot sampling berbentuk persegi dengan ukuran 20x15 m dimana pada setiap pola dibuat dua
buah plot pengamatan. Masing-masing plot dilakukan pengukuran terhadap dimensi pohon tinggi,
diameter dan tajuk pohon, pengukuran persentase penutupan tajuk, pengukuran suhu dan kelembaban serta pengukuran sistem perakaran secara vertikal dan
horizontal dari tanaman jabon.
3.4.2 Pengukuran Persentase Penutupan Tajuk
Pengukuran persentase penutupan tajuk dilakukan dengan menggunakan spiracle densiometer. Cara menggunakannya dengan meletakkan spiracle
densiometer pada jarak 30 −45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan.
Masing-masing kotak dihitung persen bayangan pohon yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan, yaitu tertutup penuh memiliki bobot 4 100,
bobot 3 75, bobot 2 50, bobot 1 25, serta bobot 0 0. Pengukuran dilakukan pada lima titik dalam masing-masing plot, yaitu pada bagian tengah dan
pada empat sisi plot. Dalam setiap titik dilakukan empat kali pengukuran yaitu pada setiap arah mata angin utara, selatan, timur dan barat.
3.4.3 Pengukuran Suhu dan Kelembaban
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban adalah thermohygrometer. Pengukuran dilakukan pada bagian tengah plot selama tiga
hari berturut-turut tanpa hari hujan. Suhu dan kelembaban diukur pada pagi pukul 07.00−08.00, siang pukul 12.00−13.00 dan sore hari pukul 16.00−17.00.
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dalam rentang waktu 10 menit sekali. Hasil pengukuran dimasukkan ke dalam rumus:
T = 2T
pagi
+ T
siang
+ T
sore
4
T = Suhu udara rata-rata per hari
T
pagi, siang, sore
= Suhu pada pagi hari pukul 07.00 –08.00, siang
hari pukul 12.00 –13.00 dan sore hari pukul
16.00 –17.00.
3.4.4 Pengukuran Panjang Akar Horizontal dan Kedalaman Akar
Pengukuraan panjang dan kedalaman akar lateral dilakukan tepat di tengah antara tanaman p
okok. Apabila pada kedalaman 15−25 cm ditemukan adanya akar dari tanaman pokok, maka pengukuran dihentikan. Namun jika tidak ditemukan
adanya akar tanaman pokok, maka pengukuran dilakukan pada setiap jarak 50 cm berikutnya ke arah kanan dan kiri dari penggalian sebelumnya, dengan cara
penggalian lagi sampai ditemukan adanya akar tanam pokok.
3.4.5 Pengukuran Dimensi Pohon
Pengukuran dimensi pohon tinggi, diameter dan tajuk dilakukan pada setiap plot contoh. Tinggi pohon diukur dengan hagahypsometer, diameter pohon
diukur dengan pita ukur, dan tajuk pohon diukur dengan menggunakan kompas dan pita ukur. Pengukuran tajuk dilakukan terhadap panjang dan lebar tajuk
kemudian dirata-ratakan untuk mengetahui diameter tajuk.
3.4.6 Pengamatan
Pengamatan terhadap dimensi pohon, persentase penutupan tajuk, suhu, kelembaban dan perakaran dilakukan dengan observasi langsung di lapangan.
3.4.7 Analisis Data
Data hasil pengukuran akan dimasukkan ke dalam tabel untuk mempermudah pengolahan dan analisa data. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan microsoft excel. Data yang diperoleh dan ditunjang dengan data literatur akan dianalisa dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari analisa
tersebut diharapkan dapat diketahui jenis tanaman pertanian yang sesuai serta tumbuh secara optimal di bawah tegakan jabon.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Persentase Penutupan Tajuk
Secara definitif tajuk pohon adalah kenampakan dari keseluruhan daun, cabang, ranting, bunga, dan buah. Tajuk merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman tumpangsari. Luasan tajuk pohon menggambarkan persentase penutupan lahan. Kondisi tajuk yang terlalu rapat atau
terlalu renggang dapat menjadi penentu tanaman pertanian yang sesuai untuk kondisi suatu tegakan.
Kerapatan tajuk menjadi perhatian penting dalam pemanfaaatan ruang lahan. Tajuk yang berat rapat merupakan kompetitor dominan dalam
mendapatkan cahaya matahari yang nantinya digunakan dalam proses fotosintesis. Akibatnya tanaman lain di strata bawahnya tumbuh kurang optimal, tertekan
bahkan bisa mati. Menurut Mahendra 2009 klasifikasi penutupan tajuk dibagi menjadi tiga, yaitu tajuk jarang, tajuk sedang, dan tajung berat. Tajuk jarang
adalah penutupan tajuk dimana cahaya matahari masih dapat menembus permukaan tanah diatas 75, tajuk sedang adalah penutupan tajuk dimana cahaya
matahari masih dapat menembu s permukaan tanah sebesar 25−75, sedangkan
tajuk berat adalah penutupan tajuk dimana sinar matahari hanya dapat menembus permukaan tanah di bawah 25.
Pengaturan ruang tumbuh merupakan salah satu solusi dalam persaingan cahaya matahari, unsur hara, dan air. Pengaturan ruang tumbuh di atas tanah
dimaksudkan agar tajuk berkembang secara optimal dan bertujuan untuk menurunkan persaingan intensitas cahaya matahari Rusdiana et al. 2000. Hasil
pengamatan mengenai persentase penutupan tajuk dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Persentase penutupan tajuk plot campuran dan monokultur No
Plot Persentase Penutupan Tajuk
1 Campuran
38,99 2
Monokultur 56,89
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa persentase penutupan tajuk pada plot campuran adalah sebesar 38,99 dan persentase penutupan tajuk pada plot
monokultur adalah sebesar 56,89. Persentase penutupan tajuk pada plot campuran lebih kecil, hal ini dikarenakan jarak tanam pada plot campuran lebih
besar dari pada jarak tanam pada plot monokultur. Jarak tanam pada plot campuran sebesar 3,0x2,5 m. Jarak tanam yang lebih lebar membuat bayangan
tajuk yang tertangkap oleh densiometer menjadi lebih kecil. Selain itu bentuk tajuk jati, sengon, dan suren yang kecil membuat tingkat penutupan tajuk juga
menjadi kecil. Sedangkan persentase penutupan tajuk pada pola monokultur lebih besar karena jarak tanam yang lebih rapat yaitu 3x2 m dengan bentuk tajuk pohon
jabon yang cenderung lebih lebar dan datar dibandingkan bentuk tajuk jati, sengon, dan suren. Berdasarkan klasifikasi persentase penutupan tajuk menurut
Mahendra 2009, persentase penutupan tajuk pada plot campuran dan plot monokultur tersebut tergolong tajuk sedang, yaitu cahaya matahari masih bisa
masuk atau menembus sampai ke permukaan ta nah berkisar antara 25−75.
Dengan persentase cahaya yang demikian tanaman toleran masih dapat hidup di bawah tegakan tersebut.
Tanaman jabon memiliki kemampuan untuk melakukan pemangkasan cabang secara alami. Kemampuan jabon dalam melakukan pemangkasan alami ini
menjadi suatu keunggulan tersendiri bagi jabon dalam pengembangan jabon dengan sistem agroforestri. Pemangkasan alami membuat cahaya akan masuk dari
samping ke permukaan tanah pada pagi dan sore hari. Sementara itu pada tengah hari yang terik tanaman tumpangsari akan terlindung dari cahaya matahari dengan
adanya tajuk pohon.
5.2 Suhu dan Kelembaban