8
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dampak Industri
Industri secara luas dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan bersifat komersial untuk memenuhi
kebutuhan hidup Ruhimat dan Mustar, 2008. Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan input menjadi keluaran output Kristianto,
2004. Industri secara garis besar diklasifikasikan menjadi industri dasar atau hulu, industri hilir, dan industri kecil. Selain pengelompokan di atas, industri juga
diklasifikasikan secara konvensional, sebagai: 1. Industri primer; yaitu industri yang mengubah bahan mentah menjadi bahan
setengah jadi, misalnya pertanian, pertambangan. 2. Industri sekunder; yaitu industri yang mengubah barang setengah jadi menjadi
barang jadi.
3. Industri tersier; yaitu industri yang sebagian besar meliputi industri jasa dan perdagangan atau industri yang mengolah bahan industri sekunder.
Pencemaran yang ditimbulkan oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung bahan beracun dan berbahaya B-3.
Sumber bahan beracun dan berbahaya diklasifikasikan menjadi industri kimia organik maupun non organik, penggunaan B-3 sebagai bahan baku atau bahan
penolong, dan proses kimia, fisika, biologi di dalam industri. Bahan pencemar keluar bersama-sama dengan bahan buangan limbah melalui media udara, air,
dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam. Bahan buangan yang keluar dari pabrik kemudian masuk ke lingkungan dapat diidentifikasikan sebagai
sumber pencemaran dan sebagai sumber pencemaran perlu diketahui jenis bahan pencemar yang dikeluarkan, kuantitas, dan jangkauan pemaparannya.
Antara satu pabrik dengan pabrik lainnya berbeda jenis dan jumlah bahan pencemar yang dikeluarkannya, tergantung pada bahan baku yang digunakan,
proses, dan cara kerja karyawan pabrik. Pencemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas dan masuk ke dalam lingkungan sehingga
10 terjadi perubahan terhadap kualitas lingkungan. Berdasarkan UU No.41982
Tentang Asas Pencemar Pembayar, siapa yang merusak dan mencemarkan lingkungan harus memikul tanggung jawab dengan membayar ganti rugi pada
penderita yang telah dilanggar haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat danatau membayar biaya-biaya pemulihan lingkungan hidup kepada negara.
Menurut Fauzi 2006, pencemaran adalah masuknya aliran residual residual flow yang diakibatkan oleh prilaku manusia, ke dalam sistem
lingkungan. Selain itu, penting juga untuk membedakan antara pencemaran aliran flow pollution dan pencemaran stok stock pollution. Pencemaran aliran
merupakan pencemaran yang ditimbulkan oleh residual yang mengalir masuk ke dalam lingkungan. Pencemaran ini tergantung dari laju aliran yang masuk
kedalam lingkungan, artinya jika aliran ini berhenti, pencemaran juga akan berhenti. Pencemaran stok terjadi jika kerusakan yang ditimbulkan merupakan
fungsi dari stok residual dan bersifat kumulatif. Akumulasi ini terjadi jika jumlah bahan pencemar yang dihasilkan melebihi kapasitas penyerapan lingkungan.
Pencemaran dari perspektif ekonomi bukan hanya dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumberdaya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya secara
kualitas dan kuantitas untuk menyuplai barang dan jasa, namun juga dampak pencemaran terhadap kesejahteraan masyarakat.
Menurut Daryanto 2004, pencemaran merupakan suatu siklus yang selalu berputar dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pada
hakikatnya antara aktivitas manusia dan timbulnya pencemaran terdapat hubungan yang melingkar. Agar dapat hidup dengan baik manusia beradaptasi dengan
lingkungannya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia mengembangkan teknologi. Akibat sampingan dari pengembangan teknologi
adalah bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini merupakan stimulus agar manusia menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Setiap pencemaran memiliki derajat pencemaran atau tahap pencemaran yang berbeda berdasarkan pada: 1 konsentrasi zat pencemar,
2 waktu tercemarnya, dan 3 lamanya kontak antara bahan pencemar dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
11 berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Wardana 2004, menyatakan hal yang perlu diperhatikan dan dicermati
sehubungan dengan masalah dampak industri, yaitu dampak tak langsung dan dampak langsung. Dampak tak langsung umumnya berhubungan dengan masalah
sosial masyarakat, atau lebih sering diungkapkan sebagai dampak psikososioekonomi
. Dampak tak langsung akibat adanya industri antara lain: 1 urbanisasi: masyarakat pedesaan yang semula bekerja pada bidang pertanian,
namun karena adanya daya tarik industri di perkotaan berpindah ke daerah industri, 2 perilaku: perilaku yang semula suka tolong-menolong berubah
menjadi acuh tak acuh dan individualistis, 3 kriminalitas: keadaan yang diinginkan sebagian orang untuk hidup mewah dan bersenang-senang membuat
mereka mengambil jalan pintas tindak kriminal, pencurian, perampokan, penodongan, dan pemerkosaan mewarnai kehidupan masyarakat industri, dan 4
sosial budaya, berkembangnya tempat-tempat hiburan dengan segala kelengkapannya seperti bioskop, diskotek, dan sebagainya berdampak pada sosial
budaya masyarakat sekitarnya. Kegiatan
industri dapat
memberikan dampak langsung, disamping juga memberikan dampak tak langsung. Dikatakan dampak langsung apabila kegiatan
industri dapat langsung dirasakan oleh manusia. Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan, akan tetapi dampak langsung yang bersifat negatif
yang mengurangi kualitas hidup manusia harus dihindari atau dikurangi. Kegiatan industri dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, apabila keseimbangan
lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan juga berubah. Dampak langsung yang bersifat negatif akibat kegiatan industri, dapat dilihat dari terjadinya
masalah-masalah pencemaran udara, pencemaran air, dan pecemaran daratan.
2.2. Limbah Industri
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi
Kristanto, 2004. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat