13 udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama,
akan dapat mengganggu kehidupan manusia, tumbuhan, dan binatang. Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu :
a. Faktor internal secara alamiah, contoh:
1. debu yang berterbangan akibat tiupan angin; 2. debu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik;
3. proses pembusukan sampah organik, dll;
b. Faktor eksternal karena ulah manusia, contoh: 1. hasil pembakaran bahan bakar fosil;
2. debu atau serbuk dari kegiatan industri; 3. pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara;
Wardhana 2004 menyatakan, dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara industri. Akibat yang
ditimbulkan oleh pencemaran udara ternyata sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia
saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, bangunan gedung, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51 000 orang. Angka tersebut
cukup mengerikan karena bersaing keras dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung,
kanker, AIDS, dan lainnya. Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah
dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia lewat kegiatan industri. Pada umunya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit saluran pernapasan atau pneumokoniosis. Pneumokoniosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel debu yang
masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pneumokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel debu yang masuk atau terhisap ke dalam
paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumokosis yang banyak dijumpai di daerah
14 yang memiliki banyak kegiatan industri, yaitu Silikosis, Asbetosis, Bisinosis,
Antrakosis, dan Beriliosis Wardhana, 2004.
2.4. Metode Estimasi Penilaian Lingkungan dengan Contingent
Valuation Method
Barang dan jasa lingkungan tergolong kedalam barang non market value. Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai dari suatu
barang dan jasa lingkungan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari barang dan jasa lingkungan adalah dengan Contingent
Valuation Method CVM.
Metode yang dibangun oleh Davis pada tahun 1963 ini merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan semua komoditas yang tidak diperjualbelikan di
pasar dapat diestimasi nilai ekonominya, termasuk nilai ekonomi dari barang lingkungan. Metode CVM menggunakan pendekatan secara langsung dengan
menanyakan kepada masyarakat atas kesediaan untuk membayar WTP akibat manfaat tambahan yang diperoleh dari perubahan lingkungan dan atau seberapa
besar kesediaan masyarakat untuk menerima WTA ganti rugi akibat penurunan kualitas barang lingkungan Hanley dan Spash, 1993.
Contingent Valuation Method memiliki tujuan untuk menghitung nilai atau
penawaran yang mendekati, jika pasar dari barang-barang lingkungan tersebut benar-benar ada. Asumsi dasar yang berlaku di CVM adalah bahwa individu-
individu memahami benar pilihan masing-masing dan cukup mengenal kondisi lingkungan yang dinilai. Oleh karena itu, pasar hipotetik kuesioner dan
responden harus mendekati kondisi pasar sebenarnya. Responden harus mengenal secara baik barang yang ditanyakan dan alat hipotetik yang digunakan
untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung. Tahapan- tahapan untuk mengetahui nilai WTA Hanley dan Spash, 1993, adalah :
1. Membuat Pasar Hipotetik Setting Up the Hypothectical Market Pasar hipotetik hypothetical market membangun suatu alasan mengapa
masyarakat seharusnya menerima nilai ganti rugi dari dipergunakannya barangjasa lingkungan oleh pihak lain dimana tidak terdapat nilai dalam mata
uang berapa harga barangjasa lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus