Kondisi Sosial-Budaya KONDISI UMUM

4.3. Kondisi Sosial-Budaya

Pada awal tahun 90-an, Sentul City merupakan suatu kawasan yang mengalami perkembangan yang membentuk wilayah perkotaan. Pada tahun 1995, kawasan ini mulai mengalami pembangunan proyek-proyek industri skala besar untuk berbagai kegiatan perkotaan. Kawasan Sentul City semakin berkembang dan membentuk kota mandiri yang menyediakan sejumlah fasilitas komersial dan non- komersial, seperti: perkantoran, sekolah, tempat ibadah, area olah raga, area rekreasi, dan sebagainya yang berorientasi pada kebutuhan penduduk urban modern. Selain itu, Sentul City memiliki tempat yang strategis dan mudah dicapai dengan akses langsung dari jalur Lingkar Luar Bogor ringroud dan Tol Jagorawi jika dari Bogor. Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar kawasan Sentul City memeluk agama islam 90. Sedangkan sebagian kecil lainnya memeluk agama Katolik 1,25 dan Protestan 2,25. Pada tahun 1998, sebagian besar mata pencaharian penduduk yang tinggal di sekitar kawasan adalah pada sektor pertanian dan peternakan diikuti oleh perdagangan dan jasa. Hal ini menunjukkan walaupun sebagian besar dari lahan pertanian 1.365 Ha di kawasan Sentul City yang dialihfungsikan menjadi lahan perumahan, namun tidak memberi pengaruh besar pada jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian. Selain itu, pembangunan dan pengembangan kawasan Sentul City ini juga akan memberi dampak dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan, dengan adanya kesempatan kerja yang terbuka di daerah ini. Tidak hanya masyarakat sekitar, tetapi juga banyak pendatang dari berbagai daerah dari tingkat sosial yang berbeda untuk mencari pekerjaan di kawasan Sentul City ini. Selain dapat memberikan kesempatan kerja, Sentul City juga memberikan wahana rekreasi alam bebas dan binaan yang bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar. Dari kawasan Sentul City ini dapat dilihat bentang alam yang luas dan indah. Selain itu, di dalam kawasan terdapat kolam dan danau buatan seperti Danau Teratai. Danau ini sering dijadikan warga sebagai area pemancingan, walaupun fungsi utamanya bukan sebagai area pemacingan, namun sebagai area penampungan air.

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Analisis 5.1.1. Analisis Fisik Area rekreasi yang diteliti adalah Jalan Siliwangi dengan tiga lokasi yaitu: 1 jalur pedestrian, 2 Danau Teratai, dan 3 riverscape. Ketiga lokasi ini memiliki fungsi ruang yang berbeda-beda. Jalur pedestrian lebih sering digunakan sebagai jogging track oleh masyarakat baik dari masyarakat yang tinggal di dalam kawasan Sentul City maupun masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Jalur pedestrian ini memiliki panjang ± 2,95 km yang terbuat dari adukan semen. Pengunaan jenis tanaman di jalur pedestrian ini bervariasi. Terdapat jenis pohon, perdu, semak, dan penutup tanah yang dipadukan secara bersamaan. Vegetasi yang dominan adalah pohon peneduh yang memiliki tajuk lebar dan ditanam di kanan dan kiri jalur. Penanaman vegetasi di kedua jalur memberikan efek naungan yang nyata sehingga memerlukan perawatan yang intensif dalam membersihkan jalur pedestrian dari daun-daun yang berguguran. Akibat dari naungan nyata ini juga memberikan ketidaknyamanan pengguna yang berjalan di atas jalur. Angin tidak mengalir secara bebas masuk ke dalam jalur karena dihalangi oleh berbagai jenis tanaman. Lebar jalur pedestrian ini ± 120 cm sudah memenuhi standar jalur sirkulasi untuk 2 orang, tetapi kurang sesuai jika dilakukan penanaman dengan penggabungan kanopi pohon kanan dan kiri jalur. Radiasi matahari juga kurang intensif menyinari area ini, sehingga di beberapa sisi terdapat jalur yang licin akibat tumbuhnya lumut dan sirkulasi air yang kurang baik yang mengakibatkan air menggenang. Terdapat juga beberapa jenis vegetasi yang memiliki perakaran massif sehingga akar-akar menjalar dan merusak jalur pedestrian Gambar 11. Pada awalnya jalur pedestrian ini merupakan aliran sungai kecil, dalam pembuatannya diperlukan proses cut and fill. Cut and fill merupakan suatu cara untuk menciptakan kondisi fisik permukaan tanah yang diinginkan seperti datar atau berkontur. Gali dan timbun tanah cut and fill harus dilakukan secara benar dengan mempertimbangkan kondisi dan tipe tanah. Faktor lingkungan seperti