Aspek Hukum Pertanggungan Jaminan Hari Tua Bagi Karyawan Pt. Bank Cimb Niaga Tbk Cabang Bukit Barisan Medan Pada Perusahaan Asuransi Aia Financial

(1)

ASPEK HUKUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA BAGI KARYAWAN PT. BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG BUKIT BARISAN

MEDAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

MUHARROIMI SOUVANNY NIM : 090200144

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

ASPEK HUKUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA BAGI KARYAWAN PT. BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG BUKIT BARISAN

MEDAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL Muharroimi Souvanny1

Rabiatul Syahriah, S.H, M.Hum2 Azwar Mahyuzar, S.H

3

1

Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

2

Dosen Pembimbing I, Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

3

Dosen Pembimbing II

ABSTRAK

Program jaminan hari tua bagi karyawan sesuai Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan karyawan pada Pasal 3 disebutkan setelah melewati masa percobaan selama tiga bulan dan dinyatakan lulus, maka karyawan akan memperoleh surat pengangkatan sebagai karyawan tetap perusahaan, dan akan diikutsertakan dalam program dana pensiun (DPLK). Perusahaan dan karyawan akan memberikan kontribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jaminan Hari Tua merupakan sebuah perlindungan bagi karyawan yang diambil setiap bulannya dari upah karyawan yang bertujuan agar ketika karyawan telah pensiun kesejahteraan karyawan tetap dapat terjaga.

Dalam penulisan skripsi ini dikemukakan tiga permasalahan yaitu bagaimanakah peranan perusahaan asuransi AIA Financial dalam memberikan Jaminan Hari Tua; bagaimanakah hubungan hukum antara perusahaan asuransi AIA Financial dengan karyawan PT. Bank CIMB Niaga, Tbk Cabang Bukit Barisan Medan ; dan bagaimanakah pembayaran klaim dana Jaminan Hari Tua kepada karyawan PT. Bank CIMB Niaga, Tbk Cabang Bukit Barisan Medan.

Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penulisan, maka penulisan ini bersifat deskriptif analisis, yaitu menggambarkan, menelaah, menjelaskan secara tepat atau menganalisis suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini menggunakan metode Library Research (Penelitian Kepustakaan) dan Field Research (Penelitian Lapangan).

Dari hasil penelitian dan analisis, dapat ditarik kesimpulan yaitu peranan utama asuransi AIA Financial adalah memberikan jaminan tersedianya sejumlah uang tunai atau memberikan manfaat penghasilan bagi keluarga atau ahli waris apabila tertanggung meninggal dunia dan juga dapat menyediakan sejumlah uang bagi tertanggung apabila mencapai usia tertentu atau pada masa selesai perjanjian yang dapat dipergunakan sebagai modal keluarga di hari tua. Hubungan hukum antara perusahaan asuransi AIA Financial dengan karyawan Bank CIMB Niaga terletak dalam hal karyawan membayar sejumlah uang asuransi jaminan hari tua kepada perusahaan asuransi AIA Financial semenjak yang bersangkutan atau karyawan pertama kali diangkat sebagai karyawan tetap di Bank CIMB Niaga. Pembayaran klaim dana jaminan hari tua dalam asuransi AIA Financial dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu klaim meninggal dunia, klaim habis kontrak atau masa kerja, klaim untuk bisa ditebus atau dijual yang dibayarkan kepada ahli waris yang ditunjuk, atau kepada yang bersangkutan setelah habis masa kerjanya. Kata Kunci : Pertanggungan, Jaminan Hari Tua


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala berkat dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kesehatan, ketabahan maupun petunjuk, sehingga pada akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ASPEK HUKUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA BAGI KARYAWAN PT. BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG BUKIT BARISAN MEDAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL.

Penulisan skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Sumatera Utara.

Penulis menyadari skripsi ini memiliki kelemahan dan kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini pula penulis menyadari bahwa segala keberhasilan itu adalah semata-mata berkat adanya rahmat dan ridho dari Allah SWT dan bantuan dari semua pihak yang telah diberikan penulis baik yang sifatnya materil maupun moril dalam menjalani proses dan penyelesaian skripsi ini. Untuk hal itu penulis sangat berhutang budi kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat maupun sumbangan pikiran yang sangat berharga. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu

DTM&H, MSc(CTM), SpA(K).

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M. Hum.

3. Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting S.H, M.Hum.

4. Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Syafruddin S. Hasibuan, S.H, M.H, DFM.

5. Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Muhammad Husni, S.H, M.H.

6. Ketua Departemen Hukum Keperdataan, Bapak H. Dr. Hasyim Purba, S.H.,M.Hum.

7. Sekretaris Jurusan Hukum Keperdataan, Ibu Rabiatul Syahriah, S.H, M.Hum. 8. Dosen Pembimbing I, Ibu Rabiatul Syahriah, S.H, M.Hum yang telah

membimbing, mengarahkan serta memberi saran kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Dosen Pembimbing II, Bapak Azwar Mahyuzar, S.H yang telah membimbing, mengarahkan serta memberi saran kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

10. Dosen Wali penulis dari semester I sampai terakhir, Bapak Edy Murya, S.H 11. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Ayahanda, Mohammad Siddik, S.H, M.Hum, dan ibunda, Misfanny, S.H yang telah memberikan dukungan, semangat, nasehat kepada penulis untuk terus menjalani dan menekuni dunia pendidikan. Tidak mungkin rasanya


(5)

penulis dapat menjadi seperti sekarang ini tanpa kesabaran, doa dan restu dari kedua orang tua tersayang.

13. Kakak, Amelia Silvanny, S.H, M.Kn dan adik tersayang Sifta Sari Dewi, yang telah menemani dan menjadi penghibur bagi penulis.

14. Om dan tante yang terus mendorong agar penulis cepat menyelesaikan kuliah. 15. Teman-teman tersayang, Uci, Shabrina, Rini dan Oliv yang telah menemani

penulis dalam suka maupun duka selama ini.

16. Teman-teman stambuk 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan dukungan.

Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan. Akhir kata dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis berharap semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, April 2013

Hormat Saya


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ………. iii

ABSTRAK ……….... v

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang………... 1

B.Permasalahan………..……….. 4

C.Tujuan Penelitian………. 5

D.Manfaat Penelitian………. 5

E. Metode Penelitian………. 6

F. Keaslian Penelitian ……… ……… 7

G.Sistematika Penulisan ……….. 8

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI A. Pengertian Asuransi………... 10

B. Sejarah Asuransi……… 17

C. Dasar Hukum Asuransi ………. 23

D. Syarat Sahnya Perjanjian Asuransi… ……….…... 29

BAB III TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA A. Pengertian Jaminan Hari Tua ……… 36

B. Ketentuan Perjanjian Hari Tua ………44

C. Syarat-syarat Penerimaan dan Pembayaran Jaminan Hari Tua... 48

D. Jaminan Hari Tua dan Hubungannya dengan Karyawan Setelah tidak bekerja…...………. 51


(7)

BAB IV JAMINAN HARI TUA BAGI KARYAWAN BANK CIMB NIAGA PADA PERUSAHAAN ASURANSI AIA

A. Peranan Perusahaan Asuransi AIA Dalam Memberikan Jaminan Hari Tua... 55 B. Hubungan Hukum Antara Perusahaan Asuransi AIA dengan

Karyawan Bank CIMB Niaga ………... 61 C. Pembayaran Klaim Dana Jaminan Hari Tua Kepada Karyawan

Bank CIMB Niaga……….……… 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………. 68 B. Saran ………... 70 DAFTAR PUSTAKA


(8)

ASPEK HUKUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA BAGI KARYAWAN PT. BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG BUKIT BARISAN

MEDAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL Muharroimi Souvanny1

Rabiatul Syahriah, S.H, M.Hum2 Azwar Mahyuzar, S.H

3

1

Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

2

Dosen Pembimbing I, Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

3

Dosen Pembimbing II

ABSTRAK

Program jaminan hari tua bagi karyawan sesuai Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan karyawan pada Pasal 3 disebutkan setelah melewati masa percobaan selama tiga bulan dan dinyatakan lulus, maka karyawan akan memperoleh surat pengangkatan sebagai karyawan tetap perusahaan, dan akan diikutsertakan dalam program dana pensiun (DPLK). Perusahaan dan karyawan akan memberikan kontribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jaminan Hari Tua merupakan sebuah perlindungan bagi karyawan yang diambil setiap bulannya dari upah karyawan yang bertujuan agar ketika karyawan telah pensiun kesejahteraan karyawan tetap dapat terjaga.

Dalam penulisan skripsi ini dikemukakan tiga permasalahan yaitu bagaimanakah peranan perusahaan asuransi AIA Financial dalam memberikan Jaminan Hari Tua; bagaimanakah hubungan hukum antara perusahaan asuransi AIA Financial dengan karyawan PT. Bank CIMB Niaga, Tbk Cabang Bukit Barisan Medan ; dan bagaimanakah pembayaran klaim dana Jaminan Hari Tua kepada karyawan PT. Bank CIMB Niaga, Tbk Cabang Bukit Barisan Medan.

Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penulisan, maka penulisan ini bersifat deskriptif analisis, yaitu menggambarkan, menelaah, menjelaskan secara tepat atau menganalisis suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini menggunakan metode Library Research (Penelitian Kepustakaan) dan Field Research (Penelitian Lapangan).

Dari hasil penelitian dan analisis, dapat ditarik kesimpulan yaitu peranan utama asuransi AIA Financial adalah memberikan jaminan tersedianya sejumlah uang tunai atau memberikan manfaat penghasilan bagi keluarga atau ahli waris apabila tertanggung meninggal dunia dan juga dapat menyediakan sejumlah uang bagi tertanggung apabila mencapai usia tertentu atau pada masa selesai perjanjian yang dapat dipergunakan sebagai modal keluarga di hari tua. Hubungan hukum antara perusahaan asuransi AIA Financial dengan karyawan Bank CIMB Niaga terletak dalam hal karyawan membayar sejumlah uang asuransi jaminan hari tua kepada perusahaan asuransi AIA Financial semenjak yang bersangkutan atau karyawan pertama kali diangkat sebagai karyawan tetap di Bank CIMB Niaga. Pembayaran klaim dana jaminan hari tua dalam asuransi AIA Financial dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu klaim meninggal dunia, klaim habis kontrak atau masa kerja, klaim untuk bisa ditebus atau dijual yang dibayarkan kepada ahli waris yang ditunjuk, atau kepada yang bersangkutan setelah habis masa kerjanya. Kata Kunci : Pertanggungan, Jaminan Hari Tua


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan tidak luput dari berbagai resiko yang dapat mengganggu hasil pembangunan yang telah dicapai. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian disebutkan bahwa pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah yang memadai yang pelaksanaannya berdasarkan kemampuan sendiri dan oleh karena itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengerahkan dana investasi, khususnya yang bersumber dari tabungan masyarakat. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting peranannya, karena dari kegiatan usaha ini diharapkan dapat semakin meningkat lagi pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan.

Sehubungan dengan itu dibutuhkan hadirnya usaha perasuransian yang tangguh, yang dapat menampung kerugian yang dapat timbul oleh adanya berbagai resiko. Kebutuhan akan jasa usaha perasuransian juga merupakan salah satu sarana finansial dalam tata kehidupan ekonomi rumah tangga, baik dalam menghadapi resiko finansial yang timbul sebagai akibat dari resiko yang paling mendasar, yaitu resiko alamiah datangnya kematian, maupun dalam menghadapi berbagai resiko yang secara dasar dan rasional dirasakan dapat mengganggu kesinambungan kegiatan usahanya, di lain pihak dunia usaha sering kali tidak dapat menghindarkan diri dari suatu sistem yang memaksanya untuk menggunakan jasa usaha perasuransian.

Untuk menghindari resiko itulah lahir lembaga asuransi dimana asuransi merupakan tuntutan masa depan karena mengandung manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Membuat masyarakat atau perusahaan menjadi lebih aman dari resiko kerugian yang mungkin timbul.

2. Menciptakan efisiensi perusahaan (business efficiency).


(10)

4. Sebagai sumber pendapatan (earning power) yang didasarkan pada financing the business.4

Seiring dengan usaha pemerintah untuk ikut serta menjamin sekaligus meningkatkan kesejahteraan sosial, peran serta karyawan dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya, baik selama karyawan melakukan hubungan kerja dengan pihak pengusaha maupun setelah berakhirnya hubungan kerja. Oleh karena itu kepada karyawan perlu diberikan peningkatan kesejahteraannya sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas nasional.

Bentuk peningkatan kesejahteraan diselenggarakan dalam bentuk program jaminan hari tua yang bersifat dasar, dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan, dan gotong royong sebagaimana dimaksud dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pada dasarnya program ini menekankan pada perlindungan bagi karyawan yang relatif mempunyai kedudukan yang lebih lemah. Oleh karena itu pengusaha memikul tanggung jawab utama, kesejahteraan bagi karyawan. Disamping itu sudah sewajarnya apabila karyawan juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab pelaksanaan jaminan hari tua bagi karyawan demi terwujudnya perlindungan karyawan dan keluarganya dengan baik.

Berkenaan dengan berakhirnya hubungan kerja yang akan dialami oleh setiap karyawan, maka pengadaan program dana jaminan hari tua adalah merupakan salah satu upaya yang dicanangkan oleh pemerintah dalam ruang lingkup hukum perburuhan dan hukum asuransi untuk memberikan jaminan masa depan kepada karyawan setelah tidak bekerja lagi. Secara dasar maupun tidak setiap karyawan pasti akan memasuki usia tua, dimana produktivitas dan kemampuan untuk bekerja cenderung berkurang.

Pada saat karyawan memasuki usia tua maka ia akan dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut kesejahteraan sosial ekonominya beserta keluarganya. Untuk menjaga kemungkinan tersebut bersama-sama dengan perusahaan harus sudah memikirkan masalah hari tua ini jauh-jauh hari selama karyawan masih produktif bekerja.

4

A. Abbas Salim, Dasar-Dasar Asuransi (Principle of Insurance), Jakarta, Rajawali Pers, 1989, hal. 12-13.


(11)

Wujud daripada program jaminan hari tua ini adalah kewajiban dari Bank CIMB NIAGA untuk mengadakan sekaligus merealisasikannya dalam praktek pada badan penyelenggara yang mengelolanya, yaitu perusahaan asuransi AIA Financial. Di sisi lain bagi karyawan sendiri program jaminan hari tua ini adalah hak sekaligus kewajiban sebagian dari upah untuk program jaminan hari tua bersama-sama dengan iuran dari perusahaan setiap bulannya.

Di lain pihak, hak karyawan yang seharusnya diterima tersebut seringkali dilupakan oleh karyawan, baik mulai dari ketidaktahuan mengenai jumlah potongan dari gaji untuk program hari tua tersebut, bagaimana sistem pembayaran premi asuransi, bahkan jumlah santunan asuransi yang dapat mereka terima nantinya. Hal ini dapat terjadi karena kekurangtahuan karyawan ataupun karena kekurangan informasi dari perusahaan mengenai hal tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis terdorong untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul ASPEK HUKUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA BAGI KARYAWAN PT. BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG BUKIT BARISAN MEDAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas maka permasalahan pokok dalam penulisan skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peranan perusahaan asuransi AIA Financial dalam memberikan Jaminan Hari Tua ?

2. Bagaimanakah hubungan hukum antara perusahaan asuransi AIA Financial dengan karyawan PT. Bank CIMB Niaga, Tbk Cabang Bukit Barisan Medan ?

3. Bagaimanakah pembayaran klaim dana Jaminan Hari Tua kepada karyawan PT. Bank CIMB Niaga, Tbk Cabang Bukit Barisan Medan ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap pelaksanaan suatu kegiatan penelitian memiliki tujuan dan manfaat yang akan dicapai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:


(12)

1. Untuk mengetahui peranan perusahaan asuransi AIA Financial dalam memberikan Jaminan Hari Tua.

2. Untuk mengetahui hubungan hukum antara perusahaan asuransi AIA Financial dengan karyawan Bank CIMB Niaga.

3. Untuk mengetahui pembayaran klaim dana Jaminan Hari Tua kepada karyawan Bank CIMB Niaga?

D. Manfaat Penelitian

Bertitik tolak pada rumusan masalah yang dikemukakan, manfaat dari penelitian ini adalah

1. Secara teoritis

a. Sebagai bahan informasi dan tambahan bagi para akademisi mengenai pengetahuan hukum perdata dan dagang, khususnya dalam bidang hukum asuransi jaminan hari tua.

b. Menambah khasanah kepustakaan, khususnya dalam hukum asuransi. 2. Secara praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Penanggung dan Tertanggung.

b. Memberikan informasi dan menambah wawasan pemikiran bagi masyarakat tentang hukum asuransi.

c. Sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan peraturan perundang-undangan nasional khususnya yang berhubungan dengan hukum asuransi.

E. Metode Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penulisan, maka penulisan ini bersifat deskriptif analisis, yaitu menggambarkan, menelaah, menjelaskan secara tepat atau menganalisis suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.5

5

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Junimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 97-98. Lihat juga Bambang Sunggono, 1998, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Pustaka, Jakarta, hal. 38.

Deskriptif maksudnya menggambarkan atau menelaah permasalahan hukum terhadap aspek hukum jaminan hari tua bagi karyawan PT. Bank CIMB Niaga Tbk pada perusahaan asuransi AIA Financial ditinjau dari Hukum Asuransi, Hukum Perdata dan


(13)

Hukum Dagang. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.6

Bentuk penelitian adalah preskriptif yaitu bentuk penelitian yang berusaha mencarikan solusi tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul dalam asuransi jaminan hari tua.7

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:8 1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Metode pengumpulan data melalui Library Research ini maksudnya adalah penelitian dipusatkan kepada studi kepustakaan untuk mendapatkan data yang relevan dengan penyusunan skripsi ini, yaitu buku-buku, majalah-majalah, tulisan dan karangan ilmiah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Disamping itu, penulis menggunakan studi dokumentasi yaitu cara memperoleh data melalui pengkajian dan penelahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Field Research (Penelitian Lapangan)

Penelitian ini dilakukan melalui wawancara (interview), meminta bahan-bahan yang berhubungan dengan judul serta yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.9

F. Keaslian Penelitian

Penelitian lapangan ini dilakukan pada Asuransi AIA Financial Medan, yang diwakili oleh Bapak Fahreza selaku Manager Human Resources Development Cabang Medan.

Keaslian skripsi ini yang berjudul ASPEK HUKUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA BAGI KARYAWAN PT. BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG BUKIT BARISAN MEDAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL disusun berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber literatur seperti buku-buku, media cetak dan elektronik, juga berdasarkan hasil wawancara. Sepanjang pengetahuan penulis belum ada tulisan yang mengangkat judul tersebut menjadi skripsi sehingga dapat

6

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Bandung, Alumni, 1994, hal. 101.

7

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hal. 50.

8

Ronny Hanitijo Soemitro, op. cit., hal. 97.

9


(14)

dipertanggungjawabkan keasliannya dan dipertanggungjawabkan secara akademis.

G.Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, di mana masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara sistematis dan saling berkaitan satu sama lain. Urutan singkat atas bab-bab dan sub bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI

Bab ini berisi gambaran umum tentang pengertian asuransi, sejarah asuransi, dasar hukum asuransi, dan sahnya perjanjian asuransi.

BAB III : TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA

Bab ini berisi tentang pengertian jaminan hari tua bagi perusahaan asuransi AIA Financial, ketentuan perjanjian jaminan hari tua, syarat-syarat penerimaan dan pembayaran jaminan hari tua, dan jaminan hari tua dan hubungannya dengan karyawan setelah tidak bekerja,

BAB IV : JAMINAN HARI TUA BAGI KARYAWAN PT. BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG BUKIT BARISAN MEDAN PADA PERMASALAHAN ASURANSI AIA FINANCIAL Bab ini berisi tentang peranan perusahaan asuransi AIA

Financial dalam memberikan jaminan hari tua, hubungan hukum antara perusahaan asuransi AIA Financial dengan karyawan Bank CIMB Niaga, pembayaran klaim dana jaminan hari tua kepada karyawan PT. Bank CIMB Niaga Tbk.


(15)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab akhir yang berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban ringkas terhadap permasalahan di dalam tulisan ini, dan saran yang merupakan sumbangsih pemikiran penulis terhadap permasalahan tersebut.


(16)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI

A. Pengertian Asuransi

Istilah asuransi dalam bahasa Belanda adalah Verzekering dan dalam bahasa Inggris adalah Insurance yang berarti jaminan atau pertanggungan. Penulis-penulis Indonesia yang mempergunakan istilah pertanggungan yaitu Soekardono dan Subekti, selanjutnya Wirjono Prodjodikoro untuk pertanggungan dipakai istilah asuransi.

Dalam hukum asuransi orang mempertanggungkan disebut Tertanggung sedangkan orang yang menanggung disebut Penanggung, sedangkan Wirjono Prodjodikoro menggunakan istilah Terjamin untuk tertanggung dan Penjamin untuk penanggung.

Hidup ini penuh dengan resiko dan manusia selalu berusaha memperkecil resiko tersebut, maka dari itu setiap orang akan berusaha menjamin kesejahteraan keluarganya. Salah satu jalan untuk menjamin kesejahteraan tersebut adalah dengan jalan menutup perjanjian asuransi.

Dalam membicarakan asuransi, maka terdapat beraneka ragam pendapat para sarjana dan masing-masing pendapat tersebut satu dengan yang lainnya cenderung menunjukkan perbedaan. Adanya pendapat yang berbeda tersebut sebenarnya tidaklah memperlihatkan suatu pertentangan yang sungguh-sungguh, melainkan keinginan para perumus untuk memasukkan unsur-unsur yang sebanyak-banyaknya di satu pihak dan pembatasan unsur-unsur di pihak lainnya. Hal yang demikian disebabkan karena adanya peninjauan yang satu dengan yang lainnya saling meninjau dari sisi yang berlainan.

Pengertian asuransi sebagaimana diuraikan dalam Ensiklopedia Umum adalah:

Asuransi adalah pertanggungan, persetujuan dalam mana penanggung menjanjikan kepada yang mempertanggungkan akan mengganti kerugian, yang disebabkan oleh suatu peristiwa (yang disebut dalam perjanjiannya) masa depan yang lebih dahulu tidak dapat dipastikan. Untuk jaminan ini orang yang


(17)

mempertanggungkan harus membayar sejumlah uang yang disebut premi kepada penanggung.10

Mengenai hal ini, Emmy Pangaribuan Simanjuntak tidak sependapat apabila perjanjian asuransi digolongkan ke dalam perjanjian untung-untungan. Dikatakannya bahwa dalam banyak hal ketentuan dalam Pasal 1774 KUHPerdata itu tidak tepat, sebab didalam perjanjian untung-untungan itu para pihak secara sengaja dan sadar menjalani suatu kesempatan untung-untungan dengan prestasi secara timbal balik tidak seimbang. Perjanjian yang demikian ini dilarang oleh undang-undang apabila itu merupakan suatu permainan atau perjudian dan undang-undang tidak akan memberikan perlindungan kepadanya (Pasal 1778 KUHPerdata). Yang dibolehkan hanya mengenai perjanjian asuransi (Pasal 1775-Pasal 1787 KUHPerdata). Alasan lainnya adalah bahwa dalam perjanjian asuransi, penanggung didalam mempertimbangkan resiko yang akan ditanggungnya, ia juga menerima suatu kontra prestasi yang disebut premi dari tertanggung. Dengan mengutip pendapat Mr. T. J. Dorhout Mees yang mengatakan bahwa Pasal 1774

Pasal 246 KUHD merumuskan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita oleh karena suatu kejadian yang tidak pasti.

Menurut Pasal 1 Sub 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Sedangkan dalam KUHPerdata Buku III Bab XV Pasal 1774 ditegaskan bahwa asuransi termasuk dalam golongan persetujuan untung-untungan, yaitu suatu persetujuan yang hasilnya mengenai untung rugi bagi semua pihak maupun bagi sementara, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Bentuk lainnya adalah bunga cagak hidup, perjudian dan pertaruhan.

10


(18)

KUHPerdata yang memasukkan perjanjian asuransi ke dalam perjanjian untung-untungan hanyalah dalam arti bahwa besarnya kewajiban penanggung dalam asuransi itu akan ditentukan oleh kejadian-kejadian yang kemudian akan terjadi, maka hal itu lebih memperkuat pendapatnya bahwa tidak tepat dikatakan bahwa asuransi termasuk ke dalam perjanjian untung-untungan.11

Wirjono Prodjodikoro, mengemukakan bahwa Asuransi (verzekering) yang berarti pertanggungan. Dalam asuransi terlibat dua pihak, yang satu sanggup akan menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapat penggantian dari suatu kerugian, yang mungkin akan diderita selaku akibat dari suatu peristiwa, yang semula belum tentu akan terjadinya atau semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya.

Di bawah ini selanjutnya dikemukakan beberapa pengertian asuransi dari berbagai pandangan para sarjana ataupun menurut apa yang terdapat di dalam undang-undang :

12

Selaku kontra prestasi dari pertanggungan ini ialah bahwa pihak yang ditanggung itu, wajib membayar sejumlah uang (premi) kepada pihak yang menanggung, yang mana uang tersbut akan menjadi milik pihak menanggung apabila dikemukakan hari ternyata peristiwa yang dimaksudkan itu tidak terjadi.13

D. Sutanto, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan asuransi adalah peniadaan resiko kerugian yang datangnya tak terduga sebelumnya yang menimpa seseorang dengan cara menggabungkan sejumlah besar orang atau manusia yang menghadapi resiko yang sama dan mereka itu membayar premi yang besarnya cukup untuk menutup kerugian yang mungkin menimpa orang diantara mereka. 14

Masih dalam pengertian asuransi, A. Abbas Salim memberikan definisi asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian yang besar dan yang belum pasti.15

Selanjutnya Santoso Poejosubroto, memberikan definisi asuransi pada umumnya adalah perjanjian timbal balik dalam mana pihak penanggung dengan mana menerima premi, mengikatkan dirinya untuk memberikan pembayaran

11

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan, Yogyakarta, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1980, hal. 7 dan 8.

12

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Indonesia, Jakata, Intermasa, 1982, hal. 5.

13

Ibid.

14

D. Sutanto, Ikhtisar Tentang Pengertian dan Perkembangan Asuransi Jiwa, Jakarta, Yayasan Darmasiswa Bumi Putera 1912, 1995, hal. 1.

15


(19)

kepada pengambil asuransi atau orang yang di tunjuk, karena terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti disebutkan dalam perjanjian baik karena pengambil asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau validitet seorang penanggung.16

Masih dalam kaitannya dengan masalah pengertian asuransi, Abdul Kadir Muhammad, memberikan suatu definisi pertanggungan (asuransi) adalah merupakan suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.17

Selanjutnya W. J. S. Poerwodarminta merumuskan bahwa asuransi adalah pertanggungan (perjanjian antara dua pihak), pihak yang satu akan membayar uang kepada pihak lain bila terjadi kecelakaan dan sebagainya. Sedang pihak yang lain akan membayar iuran.18

1. Asuransi itu pada asasnya adalah suatu perjanjian kerugian (schade verzekering) atau indemniteits contract.

Dalam asuransi terkandung adanya suatu resiko yang terjadinya belum dapat dipastikan. Di samping itu adanya pelimpahan atau pengalihan tanggung jawab memikul beban resiko dari pihak yang mempunyai beban tersebut kepada pihak lain yang sanggup mengambil alih tanggung jawab. Sebagai kontra prestasi dari pihak lain yang melimpahkan tanggung jawab ini, ia diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menerima pelimpahan atau ambil alih tanggung jawab yang disebut premi.

Dengan demikian pada hakekatnya asuransi merupakan suatu perjanjian yang menimbulkan ikatan timbal balik, yang didalamnya mencakup unsur-unsur yaitu :

2. Adanya pihak-pihak yaitu pihak penanggung dan pihak tertanggung. 3. Asuransi itu merupakan perjanjian bersyarat.

4. Adanya premi yang dibayar oleh tertanggung.

16

Santoso Poejosubroto, Beberapa Aspek Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Jakarta, Barata, 1969, hal. 82.

17

Abdulkadir Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Bandung, Alumni, 1983, hal. 28.

18

W. J. S. Poewodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1976, hal. 63.


(20)

Dari unsur-unsur tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa asuransi itu merupakan suatu persetujuan timbal balik yang berarti masing-masing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain, dimana dalam hal ini masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik. Pihak penjamin akan membayar sejumlah uang kepada terjamin, apabila suatu peristiwa akan terjadi dimana masing-masing pihak tidak mengetahuinya kapan peristiwa tersebut terjadi. Di sini harus terdapat hubungan sabab akibat diantara peristiwa dan kerugian.

Asuransi dikatakan sebagai suatu perjanjian kerugian, dalam hal ini jelas bahwa penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip indemniteit).

Ada kalanya suatu ganti rugi itu tidaklah seluruh kerugian yang diderita. Ini dapat terjadi apabila tidak seluruhnya harga objek asuransi itu diasuransikan, sehingga masih ada resiko yang ditanggung oleh tertanggung sendiri. Oleh karena itulah maka kita masih melihat adanya ketentuan yang ditarik lebih lanjut dari prinsip indemniteit itu ialah, bahwa asuransi itu tidak boleh menjurus pada pemberian ganti rugi yang lebih besar daripada kerugian yang diderita (pasal 253 KUHD).

Asuransi juga dikatakan sebagai suatu perjanjian bersyarat artinya bahwa kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan apabila peristiwa tertentu atas mana diadakan asuransi itu terjadi. Jadi pelaksanaan kewajiban mengganti rugi digantungkan pada satu syarat.

Dari definisi pasal 246 KUHD, Wirjono Projodikuro menarik beberapa unsur yang ada dalam pasal 246 KUHD, yaitu :

1. Pihak terjamin membayar uang premi kepada pihak penjamin, sekaligus atau berangsur-angsur.

2. Pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak terjamin sekaligus atau berangsur-angsur, apabila terlaksana unsur ketiga. 3. Suatu peristiwa yang semula belu terang akan terjadi.19

19


(21)

Dari beberapa unsur suatu perjanjian asuransi tersebut, menyebabkan para pihak yang membuat suatu perjanjian asuransi akan dapat bersikap lebih tegas terutama yang menyangkut syarat-syarat yang harus ada dalam perjanjian asuransi. Hal ini sangat penting sekali adalah untuk menentukan hak dan kewajiban yang akan timbul dari para pihak, pada saat perjanjian asuransi itu sedang berlangsung maupun akan saat berakhirnya perjanjian asuransi tersebut.

B.Sejarah Asuransi

1. Zaman Kebesaran Yunani

Pada zaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great (356–323 BC) seorang pembantunya yang bernama Antimenes memerlukan sangat banyak uang guna membiayai pemerintahannya pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang tersebut Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak belian supaya mendaftarkan budak – budaknya dan membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes. Sebagai imbalannya, Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang melarikan diri, maka dia akan memerintahkan supaya budak itu ditangkap, atau jika tidak dapat ditangkap, dibayar dengan sejumlah uang sebagai gantinya.

Menurut Mr.H.J. Scheltema dalam bukunya “verzekeringsrecht” halaman 3 diceritakan oleh Aristoteles, pada zaman Yunani dibawah pemerintahan Iskandar Zulkarnain (Alexander yang Agung) 356-323 SM ada seorang Menteri Keuangan bernama Antimenes yang pada saat itu mengalami kesulitan keuangan. Pada saat itu ada sekumpulan budak belian dibawah pengawasan tentara, mereka itu kepunyaan beberapa orang kaya di Yunani. Menteri keuangan Antimenes mengusulkan kepada para pemilik budak belian tersebut agar mereka mendaftarkan budak – budak miliknya dan membayarkan sejumlah uang setiap tahunnya kepada Antimenes dengan suatu perjanjian apabila ada diantara budak yang sudah didaftarkan tersebut melarikan diri, Antimenes akan menangkap budak tersebut atau membayarkan sejumlah uang kepada si pemilik budak seharga jual beli dari budak tersebut. Ternyata dengan idenya tersebut Antimenes mendapatkan sejumlah besar uang seperti uang premi dalam asuransi pada masa kini dan yang lebih penting dia mendapatkan uang yang ia butuhkan pada waktu itu. Namun demikian dia juga memikul risiko bahwa dikemudian hari ia mungkin harus membayar sejumlah uang seharga jual beli budak kepada pemilik budak


(22)

apabila ada diantara budak itu yang melarikan diri. Perjanjian yang terjadi antara Antimenes dengan para pemilik budak belian ini pada pokoknya sama dengan perjanjian asuransi atau pertanggungan.

2. Zaman Kebesaran Kerajaan Romawi

Perjanjian seperti pada zama Yunani terus berkembang pada zaman Romawi sampai tahun ke–10 sesudah Masehi. Pada waktu itu dibentuk perkumpulan (collegium). Setiap anggota perkumpulan harus membayar uang pangkal dan uang iuran bulanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang meninggal dunia, perkumpulan memberikan bantuan biaya penguburan yang disampaikan kepada ahli warisnya. Apabila ada anggota perkumpulan yang pindah ke tempat lain, perkumpulan memberikan bantuan biaya perjalanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang mengadakan upacara tertentu, perkumpulan memberikan bantuan biaya upacara. Apabila ditelaah dengan teliti, maka dapat dipahami bahwa perjanjian-perjanjian tersebut merupakan peristiwa hukum permulaan dari perkembangan asuransi kerugian dan asuransi jumlah.

Mr.Scheltema menyebutkan beberapa buku yang menulis tentang sejarah Romawi, antara lain buku yang ditulis oleh Cicero dan Livius, dalam buku-bukunya dapat ditemui hal-hal yang menggambarkan mengenai perjanjian yang mengandung unsur-unsur asuransi ganti kerugian, walaupun tidak dapat dikatakan sama dengan perjanjian asuransi. Sebaliknya, Mr. Scheltema melihat berbagai perjanjian yang memiliki banyak persamaan dengan asuransi sejumlah uang. (sommen-verzekering ). Disebutkan oleh beliau adanya suatu perkumpulan (collegium) yang dinamakan collegium cultorum Dianae et Antinoi, dalam perkumpulan ini para anggotanya membayarkan sejumlah uang pangkal dan uang iuran setiap bulannya, dan ketika para anggota perkumpulan ini meninggal dunia maka ahli warisnya akan mendapatkan sejumlah uang untuk biaya penguburannya. Ada juga perkumpulan yang anggotanya para tentara yang disebut collegium lambaesis, didalam perkumpulan ini para anggotanya juga diwajibkan untuk membayar sejumlah uang pangkal dan uang iuran setiap bulannya, yang besarnya ditentukan. Apabila suatu saat salah seorang anggotanya mengalami kenaikan pangkat maka ia akan mendapatkan sejumlah uang yang dimaksudkan untuk berpesta merayakan kenaikan pangkatnya. Kedua


(23)

perkumpulan tadi mirip sekali dengan suatu asuransi jiwa secara saling menjamin (onderlingne levensverzekering).

3. Zaman Abad Pertengahan

Peristiwa – peristiwa hukum yang telah diuraikan di atas terus berkembang pada abad pertengahan. Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi sejenis membentuk 1 (satu) perkumpulan yang disebut gilde. Perkumpulan ini mengurus kepentingan anggota-anggotanya dengan janji apabila ada anggota yang kebakaran rumah, gilde akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana gilde yang terkumpul dari anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada abad ke-9 dan mirip dengan asuransi kebakaran. 20

Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjut berkembang di Denmark, Jerman, dan negara-negara Eropa lainnya sampai pada abad ke-12. Pada abad ke-13 dan abad ke-14 perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat. Akan tetapi, tidak sedikit bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan melalui laut. 21

Karena ada larangan menarik bunga oleh agama Nasrani yang dianggap sebagai riba, maka pola perjanjian tersebut diubah. Dalam perjanjian peminjaman uang itu, pemberi pinjaman tidak perlu memberikan sejumlah uang lebih dahulu Keadaan ini mulai terpikir oleh para pedagang waktu itu untuk mencari upaya yang dapat mengatasi kemungkinan kerugian yang timbul melalui laut. Inilah titik awal perkembangan asuransi kerugian laut. Akan tetapi, apabila kapal dan barang muatannya tiba dengan selamat di tempat tujuan, uang yang dipinjam itu dikembalikan ditambah dengan bunganya. Ini disebut bodemerij. Untuk kepentingan perjalanan melalui laut, pemilik kapal meminjam sejumlah uang dari pemilik uang dengan bunga tertentu, sedangkan kapal dan barang muatannya dijadikan jaminan. Dengan ketentuan, apabila kapal dan barang muatannya rusak atau tenggelam, uang dan bunganya tidak usah dibayar kembali. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bunga yang dibayar itu seolah-olah berfungsi sebagai premi, sedangkan pemilik uang berfungsi sebagai pihak yang menanggung resiko kehilangan uang dalam hal terjadi bahaya yang menimbulkan kerugian. Jadi, uang hilang itu dianggap seolah-olah sebagai ganti kerugian kepada pemiliki kapal dan barang muatannya.

20A. Hasymi, Pengantar Asuransi, Jakarta, Bumi Aksara, 1993, hal. 20. 21

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya, Yogyakarta, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1983, hal. 7 dan 8.


(24)

kepada pemilik kapal dan barang muatannya, tetapi setelah benar-benar terjadi bahaya yang menimpa kapal dan barang muatannya, barulah dapat diberikan sejumlah uang. Namun, pada permulaan berlayar pemilik kapal dan barang muatannya perlu menyetor sejumlah uang kepada pemberi pinjaman sebagai pihak yang menanggung. Dengan ketentuan apabila tidak terjadi peristiwa yang merugikan, maka uang yang sudah disetor itu menjadi hak pemberi pinjaman. Jadi, fungsi uang setoran tersebut mirip dengan premi asuransi.22

Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan asuransi kebakaran mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di negara-negara Eropa Barat, seperti di Inggris pada abad ke-17, kemudian di Perancis pada abad ke-18, dan terus ke negeri Belanda. Perkembangan pesat asuransi laut di Negara-negara tersebut dapat dimaklumi karena Negara-negara tersebut banyak berlayar melalui laut dari dan ke Negara-negara seberang laut (overseas countries) terutama daerah-daerah jajahan mereka. Pada waktu pembentukan Code de Commerce Perancis awal abad ke-19, asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek van Koophandel Nederland, di samping asuransi laut dimasukkan juga asuransi kebakaran, asuransi hasil panen, dan asuransi jiwa. Sementara di Inggris, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Asuransi Laut (Marine Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906. Berdasarkan asas konkordansi, Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan pula di Hindia Belanda melalui Staatsblad Nomor 23 Tahun 1847.23

Kodifikasi hukum perdata dan hukum dagang yang dilakukan Kaisar Napoleon dimuat dalam Kitab Code Civil (KUHPerdata) dan Code De Commerce (KUHD). Pada abad ke 19, Code De Commerce hanya memuat pasal Asuransi Laut. Perkembangan asuransi laut didorong oleh dialihkannya suatu rancangan undang-undang di Inggris dalam tahun 1574 yang menciptakan suatu Dewan Asuransi untuk menjual asuransi tersebut. Beberapa tahun kemudian didirikanlah sebuah pengadilan istimewa untuk menangani perselisihan-perselisihan asuransi, dengan demikian pengadaan asuransi laut berubah dari kegiatan part time/ sampingan untuk para saudagar menjadi bisnis full time bagi para spesialis. Jika sebelumnya semua asuransi laut ditanggung oleh individu-individu

berangsur-22

P.M. Tambunan, Aspek Hukum Reasuransi kerugian, Makalah pada Seminar Pengembangan Hukum Dagang Tentang Hukum Angkutan dan Hukum Asuransi, Jakarta, Departemen Kehakiman Badan Pembinaan Hukum Nasional 21-23 Maret l989 Suara Karya, 6 November 2004, hal. 7.

23


(25)

angsur bergeser menjadi perusahaan. Perusahaan pertama yang diorganisasi untuk melakukan bisnis asuransi laut didirikan dalan tahun 1668 di Paris. Perusahaan ini memperoleh sukses selama periode spekulasi di Inggris yang terkenal sebagai “bubble period” ini adalah disahkannya bubble act dalam tahun 1720, berdasarkan undang-undang ini raja George mengesahkan piagam untuk dua perusahaan asuransi laut yaitu London Assurance Corporation dan Royal Exchange Assurance Corporation. Belakangan perusahaan-perusahaan ini diizinkan untuk bergerak di bidang asuransi kebakaran dan asuransi jiwa disamping asuransi laut. Walaupun perusahaan-perusahaan yang memikul asuransi terus berkembang, namun para penanggung perorangan masih tetap merupakan faktor utama dalam bisnis asuransi di Inggris.

C. Dasar Hukum Asuransi

Menurut KUHPerdata Pasal 246 ” Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilngan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi akan diderita karena sesuatu yang tak tertentu”.

Macam-macam asuransi :

a. Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya, kerugian mana terjadi karena bencana atau bahaya terhadap mana pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu berupa kehilangan nilai pakai, kekurangan nilainya dan kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh tertanggung. Penanggung tidak harus membayar ganti rugi kepada tertanggung apabila selama jangka waktu perjanjian objek pertanggungan tidak mengalami bencana atau bahaya yang dipertanggungkan.

b. Asuransi jiwa adalah perjanjian tentang pembayaran uang dengan nikmat dari premi dan yang berhubungan dengan hidup atau matinya seseorang termasuk juga perjanjian asuransi kembali uang dengan pengertian catatan dengan perjanjian dimaksud tidak termasuk perjanjian asuransi kecelakaan (yang masuk dalam asuransi kerugian). Dalam asuransi jiwa (yang mengandung


(26)

saving) penanggung akan tetap mengembalikan jumlah uang yang diperjanjikan kepada tertanggung.

c. Asuransi sosial ialah asuransi yang memberikan jaminan kepada masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah, yaitu misalnya:24

1. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas (Jasa Raharja). 2. Tabungan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN). 3. Asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek),.

4. Asuransi Kesehatan (ASKES) untuk pegawai negeri dan pensiunan beserta keluarganya.

5. Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI). 6. Asuransi wajib kecelakaan penumpang.

Selain itu, masih ada juga jenis-jenis asuransi yang terdapat di dalam praktek yang diatur di dalam KUHD, misalnya :25

a. Asuransi terhadap pencurian dan pembongkaran. b. Asuransi kecelakaan.

c. Asuransi terhadap kerugian perusahaan.

d. Asuransi terhadap pertanggungjawaban seseorang pada kerugian yang diderita oleh pihak ketiga karena perbuatan melawan hukum sendiri atau bawahannya. e. Asuransi kredit. Asuransi ini sekarang banyak dikenal di dalam praktek, yang

maksudnya menanggung kerugian yang timbul dan diderita berhubung debitur tidak dapat mengembalikan kredit yang diambilnya dari bank.

f. Asuransi atas kerugian yang diderita oleh suatu perusahaan (bedriffsverzekering).

Sekarang ini, peraturan asuransi yang berlaku adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan peraturan organiknya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

Pengaturan hukum asuransi di Indonesia, dewasa ini antara lain dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) mulai Pasal 246 s/d Pasal 286. Adapun peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

24

Hadi Setia Tunggal, Op. Cit., hal 78.

25


(27)

pengaturan usaha perasuransian dalam hubungannya dengan perlindungan bagi pemegang polis adalah sebagai berikut:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Berdasarkan Pasal 1 KUHD, ketentuan umum perjanjian dalam KUHPerdata dapat berlaku pula bagi perjanjian asuransi dengan kepentingan pemegang polis yang diperhatikan. Ketentuan dimaksud antara lain:26

Apabila ternyata penanggung wajib memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang dalam perjanjian asuransi dan ternyata melakukan ingkar janji, maka pemegang polis dapat menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga dengan memperhatikan Pasal 1276 KUHPerdata yang menyatakan bahwa pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga.

Pasal 1266 KUHPerdata mengatur bahwa syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian timbal balik apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Namun demikian disebutkan pula bahwa perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan tersebut juga harus dilakukan meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian.

Bagi kepentingan pemegang polis, ketentuan pasal tersebut perlu diperhatikan sebab kemungkinan misalnya yang bersangkutan terlambat dalam melakukan pembayaran premi.

27

Bahwa ahli waris dari pemegang polis/tertanggung dalam perjanjian asuransi juga mempunyai hak untuk dilaksanakan prestasi dari perjanjian tersebut, yang dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1318 KUHPerdata. Disebutkan dalam pasal tersebut bahwa jika seorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap itu adalah untuk ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak Untuk mencegah penanggung menambah syarat-syarat lainnya dalam memberikan ganti rugi atau sejumlah uang, maka sebaiknya pemegang polis memperhatikan ketentuan Pasal 1253 s/d 1262 KUHPerdata.

26

Djoko Prakoso dan I ketut Murtika, Op. Cit., hal 5.

27

Man Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Bandung, Penerbit Alumni, 1997, hal 11.


(28)

dari padanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian bahwa tidak demikian maksudnya.

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan adanya perkataan ”semua” dalam pasal tersebut berarti juga berlaku bagi perjanjian asuransi. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata melahirkan beberapa asas antara lain asas kebebasan berkontrak, asas kekuatan mengikat dan asas kepercayaan.

Selanjutnya Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata berbunyi bahwa perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.dengan demikian apabila misalnya pemegang polis terlambat membayar premi maka penanggung tidak secara sepihak menyatakan perjanjian asuransi batal.

Pasal 1338 KUHPerdata ditutup dengan ayat (3) yang menegaskan bahwa perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Itikad baik merupakan suatu dasar pokok dan kepercayaan yang menjadi landasan setiap perjanjian termasuk perjanjian asuransi dan pada dasarnya hukum tidak melindungi pihak yang beritikad buruk.

Pasal 1339 KUHPerdata bunyi bahwa perjanjian-perjanjian tidak hanya mengbeikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Ketentuan ini yang melahirkan asas kepatutan yang berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.

Pasal 1324 KUHPerdata mengenai menafsirkan perjanjian harus diperhatikan pula oleh para pihak yang mengadakan perjanjian asuransi.

Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melanggar hukum dapat juga dipergunakan oleh pemegang polis apabila dapat membuktikan penanggung telah melakuakn perbuatan yang merugikannya.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Dalam hubungan dengan perlindungan kepentingan pemegang polis asuransi, di dalam KUHD terdapat pula beberapa peraturan lainnya yang harus diperhatikan. Ketentuan dimaksud antara lain :


(29)

Pasal 254 KUHD yang melarang para pihak dalam perjanjian, baik pada waktu diadakannya perjanjian maupun selama berlangsungnya perjanjian asuransi menyatakan melepaskan hal-hal yang oleh ketentuan undang-undang diharuskan sebagai pokok suatu perjanjian asuransi ataupun hal-hal yang dengan tegas telah dilarang. Apabila hal demikian dilakukan mengakibatkan perjanjian asuransi itu batal.

Dalam Pasal 257 KUHD disebutkan bahwa perjanjian asuransi diterbitkan, seketika setelah ditutup, hak dan kewajiban bertimbal balik dari penanggung dan tertanggung mulai berlaku sejak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani. Dengan demikian perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsensual sehingga telah terbentuk dengan adanya kata sepakat kedua belah pihak.

Mengenai pembuktian adanya perjanjian asuransi diatur dalam Pasal 258 KUHD. Disebutkan bahwa untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian tersebut diperlukan pembuktian dengan tulisan, namun demikian bolehlah lain-lain alat pembuktian dipergunakan juga, manalaka sudah ada permulaan pembuktian dengan tulisan.

Pasal 260 dan Pasal 261 KUHD yang mengatur tentang asuransi yang ditutup dengan perantara makelar. Dari Pasal 260 KUHD diketahui bahwa dalam hal perjanjian asuransi ditutup dengan perantara seorang makelar, maka polis yang telah ditandatangani harus diserahkan dalam waktu 8 hari setelah ditutupnya perjanjian. Demikian pula Pasal 259 KUHD yang mengatur mengenai perjanjian asuransi yang ditutup langsung oleh tertanggung dengan penanggung, diharuskan pihak yang disebut terakhir ini menandatanganinya dalam waktu 24 jam. Apabila waktu yang ditentukan di atas dilampaui, tertanggung perlu memperhatikan Pasal 261 KUHD yang menyatakan bahwa jika ada kelalaian, dalam hal-hal yang ditentukan dalam Pasal 259 dan Pasal 260 KUHD tersebut, maka wajiblah penanggung atau makelara yang bersangkutan memberikan ganti rugi kepada tertanggung dalam hal timbul kerugian yang diakibatkan kelalaian tersebut.

3. Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Peraturan perudang-undangan lainnya yang mengatur yaitu : 28

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

28


(30)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

D. Sahnya Perjanjian Asuransi

Asuransi sebagai perjanjian atau persetujuan maka asuransi juga harus mengikuti ketentuan-ketentuan hokum persetujuan pada umumnya yang ada di Indonesia di atur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Asuransi merupakan suatu perjanjian antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung. Karena itu syarat sahnya perjanjian asuransi berlaku syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu ada 4 (empat) syarat yaitu: 29

1. Kesepakatan para pihak.

2. Kecakapan berbuat bagi para pihak. 3. Adanya objek tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

1. Kesepakatan para pihak

Sehubungan dengan kata sepakat, maka dalam hal ini kata sepakat itu berarti persesuaian kehendak secara timbal balik. Begitu juga dalam perjanjian asuransi antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung harus ada persesuaian mengenai benda atau apa yang diasuransikan atau dipertanggungkan, nilai pertanggungan, lamanya pertanggungan dan syarat-syarat lain yang berlaku bagi perjanjian asuransi tersebut. Mengenai syarat ini diatur lebih lanjut, khusus untuk perjanjian asuransi diatur di dalam KUHD.

Akan tetapi perjanjian asuransi itu tidak akan terjadi karena paksaan (dwang), kekhilafan (dwaling), ataupun penipuan (berdog). Hal ini dipertegas lagi seperti yang telah ditentukan dalam Pasal 1321 KUHPerdata, yang menentukan tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena paksaan, kekhilafan atau penipuan.

29

H. M. N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta, Djambatan, 1983, hal. 33.


(31)

Jadi jelaslah sudah bahwa kata sepakat dalam perjanjian asuransi baru terjadi apabila masing-masing pihak mempunyai persesuaian kehendak secara timbal balik dan tanpa ada kekhilafan, penipuan maupun paksaan seperti apa yang telah disebutkan dalam Pasal 1321 KUHPerdata.

Mengenai Pasal 1321 KUHPerdata, juga diatur di dalam KUHD, yaitu dalam Pasal 291 KUHD yang menyebutkan:

Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar ataupun setiap tidak memberitahukan hal yang mana diketahui oleh tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan.

Oleh karena itu akibat hukum tidak ada perjanjian dengan persetujuan kehendak (karena paksaan, kekhilafan, atau penipuan) ialah bahwa perjanjian itu dapat dimintakan pembatalannya oleh hakim.

2. Kecakapan Berbuat Bagi Para Pihak

Para pihak atau orang-orang yang akan membuat perjanjian asuransi haruslah cakap menurut hukum. Orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah orang yang cakap menurut hukum.

Menurut KUHPerdata, orang dikatakan cakap menurut hukum dalam membuat suatu perjanjian adalah orang yang sudah dewasa. Sedangkan pengertian dewasa tidaklah diatur secara tegas dalam Undang-Undang. Untuk itulah kita melihat dengan menyimpulkan sebagaimana diatur dalam Pasal 330 KUHPerdata. Dalam pasal tersebut pengertian

1. Mereka yang sudah berumur 21 tahun.

2. Mereka yang belum berumur 21 tahun tetapi telah kawin terlebih dahulu.

3. Mereka yang telah pernah kawin dan bercerai, walaupun belum berumur 21 tahun.

Pengertian dewasa seperti yang telah disimpulkan dari Pasal 330 KUHPerdata diatas tidaklah sepenuhnya bahwa mereka dapat membuat suatu perjanjian. Maka dalam hal ini selain syarat umur, juga kita harus memperhatikan


(32)

faktor lainnya, seperti faktor kecakapan seseorang untuk mengadakan suatu perjanjian.

Jadi ketentuan dewasa menurut umur belumlah merupakan jaminan bahwa orang tersebut cakap untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu. Harus ada faktor lain seperti sehat pikiran, tidak dilarang atau dibatasi dalam melakukan perbuatan hukum, misalnya orang yang membuat suatu perjanjian tidak sakit ingatan. Karena orang tersebut tidak mampu untuk menginsyafi tanggung jawab yang dipikul sebagai akibat dari perjanjian tersebut. Demikian pula orang yang akan membuat suatu perjanjian harus tidak dilarang oleh Undang-Undang, seperti orang yang dibawah pengampunan.

Ketentuan di dalam KUHPerdata mengenai kecakapan untuk membuat suatu perjanjian dikaitkan pada usia tertentu, yaitu umur 21 tahun. Namun berbeda pengertian seseorang yang sudah dewasa antara KUHPerdata yaitu pada Pasal 330 dengan Undang-Undang Perkawinan yang mengatakan bahwa usia dewasa ditetapkan umur 18 tahun (UU Nomor 1 Tahun 1974).30

3. Adanya Objek Tertentu

Disamping kecakapan dikenal juga adanya kewenangan untuk melakukan suatu perbuatan hukum. Dikatakan mempunyai kewenangan apabila ia mendapat kuasa dari pihak ketiag untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu, seperti membuat perjanjian tertentu. Akibat hukum dari ketidakwenangan membuat perjanjian, maka perjanjian itu dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim. Jika tidka dimintakan pembatalannya oleh pihak yang berkepentingan, maka perjanjian tersebut tetap berlaku bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian itu. Hal tersebut diatas juga berlaku dalam perjanjian asuransi.

Pengertian objek tertentu disini adalah apa yang diwajibkan kepada Debitur dan apa yang menjadi hak dari Kreditur.31

Di dalam perjanjian asuransi pada dasarnya pasti ada benda atau sesuatu yang dipertanggungkan. Untuk itu tertanggung harus mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan benda yang dipertanggungkan itu. Hubungan

Barang yang dijadikan objek dari suatu perjanjian harus ditentukan jenisnya atau setidak-tidaknya dapat ditentukan.

30

R. Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung, 1978, hal. 25.

31


(33)

langsung maksudnya adalah tertanggung memiliki langsung benda tersebut. Sedangkan hubungan tak langsung maksudnya adalah bahwa tertanggung mempunyai kepentingan atas sesuatu yang dipertanggungkan itu.

Jadi dalam hal ini tertanggung harus dapat membuktikan bahwa ia benar-benar mempunyai kepentingan atas sesuatu yang dipertanggungkan. Dan jika tidak, maka asuransi itu menjadi batal. Karena kepentingan adalah juga merupakan syarat dalam perjanjian asuransi.

Jadi dengan demikian pada saat diadakannya perjanjian asuransi, harus ada kepentingan pada si tertanggung. Jadi jika kepentingan itu tidak ada, maka perjanjian asuransi itu tidak sah. Dan jika terjadi peristiwa yang merugikan maka tidak ada ganti rugi bagi tertanggung. Jadi dalam hal perjanjian asuransi asas kepentingan adalah merupakan syarat mutlak. Berarti yang disebutkan dalam Pasal 250 KUHD, yaitu :

Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri atau papabila seseorang yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu maka si penanggung tidak diwajibkan membayar ganti rugi.

Kepentingan dalam perjanjian asuransi dapat dilihat dalam arti luas dan juga dalam arti sempit. Di lihat dalam arti luas, yaitu dimana ada pihak yang berhak, tentu ada kepentingan di sana, yaitu kepentingan terlaksananya hak itu yang berarti juga kepentingan akan pemenuhan kewajiban yang dibebankan kepada pihak lain. Selanjutnya kepentingan dalam arti sempit, yaitu berupa kemungkinan mendapat suatu kenikmatan (genot). Lalu kapankah kepentingan itu harus ada?.

Kepentingan itu harus ada pada si tertanggung pada saat diadakannya perjanjian asuransi itu, dan apabila tidak ada maka perjanjian itu tidak sah dan apabila kemudian terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka penanggung tidak mempunyai kewajiban untuk membayar ganti rugi (Pasal 250 KUHD).

4. Suatu Sebab Yang Halal

Menurut undang-undang, sebab itu halal apabila tidak bertentangan dengan undang-undang dan tidak melanggar kesusilaan (Pasal 1337


(34)

KUHPerdata). Dan suatu perjanjian tanpa sebab, atau dibuat karena sesuatu yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum (Pasal 3135 KUHPerdata). Jadi perjanjian yang dibuat itu tidak mengikat. Sebaliknya perjanjian yang berisi sebab/causa yang halal adalah sah (Pasal 1336 KUHPerdata). Sebenarnya undang-undang tidak memperdulikan sebab orang membuat suatu perjanjian. Yang diperhatikan atau diawasi oleh undang-undang adalah isi perjanjian itu. Oleh karena itu suatu perjanjian harus benar-benar mempunyai maksud dan tujuan yang jelas sehingga tidak merugikan masing-masing pihak.

Tetapi apabila terjadi suatu perjanjian yang berisi sebab atau causa yang tidak halal, maka perjanjian itu batal demi hukum. Dengan demikian tidak ada dasar untuk menuntuk pemenuhan perjanjian di muka hakim, karena sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian itu.

Suatu sebab yang tidak halal yang bertentangan dengan undang-undang, misalnya jual beli candu, ganja, membunuh orang. Yang bertentangan dengan ketertiban umum, misalnya jual beli manusia sebagai budak. Yang bertentangan dengan kesusilaan, misalnya membocorkan rahasia perusahaan, memberikan kenikmatan seksual di luar nikah yang sah.


(35)

BAB III

TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGAN JAMINAN HARI TUA

A. Pengertian Jaminan Hari Tua

Jaminan Hari Tua merupakan sebuah perlindungan bagi karyawan yang diambil setiap bulannya dari upah karyawan yang bertujuan agar ketika karyawan telah pensiun kesejahteraan karyawan tetap dapat terjaga.

Untuk jaminan hari tua di PT. Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Bukit Barisan Medan dipakai Asuransi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dari Asuransi AIA Financial. Tidak banyak berbeda dengan Jaminan Hari Tua yang dipakai pada umumnya diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Asuransi AIA Financial dalam menetapkan dan mengatur mengenai Jaminan Hari Tua pada PT. Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Bukit Barisan Medan juga berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Program jaminan hari tua bagi karyawan sesuai Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan karyawan pada Pasal 3 disebutkan setelah melewati masa percobaan selama tiga bulan dan dinyatakan lulus, maka karyawan akan memperoleh surat pengangkatan sebagai karyawan tetap perusahaan, dan akan diikutsertakan dalam program dana pensiun (DPLK). Perusahaan dan karyawan akan memberikan kontribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Besarnya iuran program Jaminan Hari Tua yang ditanggung oleh PT. Bank CIMB Niaga Tbk adalah sebesar 3,7% (tiga koma tujuh persen) dan yang ditanggung oleh karyawan adalah sebesar 2% (dua persen).32

1. Program DPLK menyediakan manfaat pensiun bagi karyawan. Hal ini membantu karyawan dalam hal :

2. Manfaat utama adalah untuk menjaga kesinambungan penghasilan karyawan pada masa pensiun.

3. Selain itu juga menjaga kesinambungan penghasilan bagi ahli warisnya apabila karyawan meninggal dunia sebelum usia pensiun.

Selain itu, karyawan juga memperoleh manfaat lain yaitu :

32


(36)

1. Jaminan kesinambungan penghasilan di masa tua. 2. Pendanaan yang “sudah pasti” dari Perusahaan. 3. Disiplin menabung.

4. Fasilitas pajak, yaitu iuran sebagai pengurang pajak penghasilan karyawan, dan hasil investasi dari program ini bebas pajak sampai dengan manfaat ditarik. 5. Bebas sitaan.

Bagi PT. CIMB Niaga Tbk, manfaat yang diperoleh yaitu :

1. Untuk memenuhi kewajiban Pemberi Kerja kepada karyawannya, sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 167. 2. Untuk mengatasi masalah cash flow di kemudian hari.

3. Iuran Perusahaan dapat diakui sebagai biaya pensiun sehingga mengurangi pajak Perusahaan.

4. Program yang murah dalam segi pembiayaan. 5. Mempertahankan karyawan yang berkualitas.

6. Faktor keunggulan dalam mendapatkan karyawan berkualitas

Oleh karena itu, perusahaan mewajibkan karyawan untuk mengikuti program DPLK. Karena selain memiliki manfaat bagi karyawan, DPLK juga memberikan manfaat bagi perusahaan. Tidak heran banyak perusahaan yang saat ini telah memberlakukan ketentuan untuk mengikuti program Jaminan Hari Tua. Karyawan merupakan salah satu aset yang berharga bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu menunjukkan kepeduliannya atas kesejahteraan karyawan dengan menyediakan berbagai manfaat yang dapat membuat karyawan merasa bekerja ditempat yang nyaman sehingga menimbulkan semangat bekerja.

Jaminan hari tua ini dibayarkan secara sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan berkala kepada tenaga kerja karena :

1. Telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun. 2. Cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter.

Hal di atas juga diterapkan oleh PT. CIMB Niaga Tbk, setiap karyawan yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun dan/atau telah ditetapkan cacat total oleh Dokter dapat diberikan pembayaran DPLK.

Apabila karyawan telah meninggal dunia, pembayaran Jaminan Hari Tua dilakukan sekaligus kepada janda atau duda atau anak sesuai Pasal 26 ayat (1)


(37)

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa pembayaran Jaminan Hari Tua dilakukan sekaligus kepada janda atau duda atau anak dalam hal :

a. Tenaga kerja yang menerima pembayaran jaminan hari tua secara berkala meninggal dunia, maka menerima sebesar sisa jaminan hari tua yang belum dibayarkan.

b. Tenaga kerja meninggal dunia.

Dalam hal tidak ada janda atau duda atau anak maka pembayaran jaminan hari tua dilakukan kepada orang tua, cucu, kakek atau nenek, saudara kandung atau mertua dari tenaga kerja yang bersangkutan secara berurutan.

Pengajuan pembayaran jaminan hari tua disampaikan kepada Badan Penyelenggara. Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai janda atau duda, anak, orang tua, cucu, kakek atau nenek, saudara kandung atau mertua maka jaminan hari tua dibayar kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga kerja dalam wasiatnya.

Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai wasiat maka jaminan hari tua dibayarkan oleh Badan Penyelenggara kepada Balai Harta Peninggalan sesuai peraturan perundang-undangan.

Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayarkan kepada janda atau duda atau anak yatim. Jaminan hari tua dapat dibayarkan sebelum tenaga kerja mencapai usia 55 tahun, setelah mencapai masa kepesertaan tertentu, yang diatur dalam Peratauran Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

P.T CIMB NIAGA Tbk mengerti betapa pentingnya jaminan hari tua/DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) bagi perusahaan untuk merancang kesejahteraan hari tua bagi karyawannya. Dengan produk dan layanan yang lengkap dan menyeluruh, AIA Financial menyediakan program jaminan hari tua dan pesangon yang sesuai kebutuhan kesejahteraan karyawan di hari tua, sehingga kehidupan karyawan di masa pensiun dapat tetap terjamin.

1. Dana Pesangon

AIA Financial mempersembahkan program Dana Pesangon untuk melengkapi produk-produk yang sudah ada agar dapat memenuhi alternatif solusi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendanakan kewajiban karyawan. Dana


(38)

Pesangon adalah produk asuransi jiwa kumpulan yang memiliki Nilai Tunai dan diadministrasikan secara kelompok (Pooled Fund) dan bukan secara individu. Manfaat yang didapatkan:

Manfaat Bagi Karyawan

a. Kepastian bahwa Peserta akan mendapatkan hak pesangon pada saat karyawan berhenti kerja, berupa nilai tunai yang telah didanakan oleh perusahaan.

b. Uang Pertanggungan asuransi jiwa (bila Peserta meninggal dunia). c. Pembayaran manfaat secara sekaligus.

Manfaat Bagi Perusahaan

a. Untuk membantu dalam proses pendanaan atas kewajiban Perusahaan kepada karyawannya apabila terjadi PHK sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 150-Pasal 172.

b. Untuk mengatasi masalah cash flow di kemudian hari.

c. Program yang fleksibel dalam segi pembiayaan, dimana iuran/ pendanaan bisa dilakukan sesuai dengan cash flow Perusahaan.

d. Iuran ke depan atau iuran atas masa kerja lalu (Past Service Liability/ PSL) dapat digunakan sebagai pengurang pajak Perusahaan (deductable expense), sehingga bisa digunakan sebagai tax planning tool bagi Perusahaan.

e. Besarnya pembayaran manfaat kepada Peserta dapat disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan oleh Perusahaan.

2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Program pensiun bagi Karyawan dengan iuran pasti

a. Program DPLK menyediakan manfaat pensiun bagi Karyawan. Manfaat utama adalah untuk menjaga kesinambungan penghasilan Peserta pada masa pensiun.

b. Selain itu juga menjaga kesinambungan penghasilan bagi ahli warisnya apabila Peserta meninggal dunia sebelum usia pensiun.

Dengan demikian, diharapkan kesejahteraan diri sendiri dan keluarga dapat dipelihara, tidak membebani orang lain pada saat pensiun.

Karyawan merupakan salah satu aset yang berharga bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu menunjukkan kepeduliannya atas kesejahteraan


(39)

karyawan dengan menyediakan berbagai manfaat yang dapat membuat karyawan merasa bekerja ditempat yang nyaman sehingga menimbulkan semangat bekerja.

Seiring terjadinya hubungan kerja antara karyawan dengan majikan dalam suatu wadah perusahaan, maka telah membuka peluang bahwa pada suatu waktu hubungan kerja tersebut akan berakhir pula. Berakhirnya hubungan kerja dapat disebabkan berupa hal diantaranya:

1. Tenaga kerja memasuki usia pensiun. 2. Tenaga kerja cacat total dan tetap. 3. Tenaga kerja meninggal dunia.

Di sisi lain hubungan kerja dapat pula berakhir akibat timbulnya permasalahan antara karyawan dengan majikan yang lazim disebut sebagai perselisihan perburuhan. Di sisi lain yang menjadi kajian penulis adalah berakhirnya hubungan kerja yang tidak mungkin dihindari oleh setiap tenaga kerja, yaitu memasuki usia pensiun, cacat total dan tetap ataupun meninggal dunia. Pengadaan program jaminan hari tua merupakan satu langkah tepat untuk menjamin kehidupan sosial para karyawan setelah mereka tidak bekerja lagi.

Oleh sebab itu, maka perusahaan diwajibkan untuk mengikuti program ini, yaitu dengan cara mempertanggungkan karyawannya dalam program jaminan hari tua pada badan penyelenggara, yaitu AIA Financial.

AIA Financial mengatur program jaminan hari tua sebagai bentuk tabungan wajib yang mempunyai tujuan untuk memberikan bekal uang pada hari tua dan pembayarannya dapat dilakukan apabila karyawan berhenti bekerja, karena telah mencapai usia 55 tahun atau cacat total dan tetap. Iuran untuk pembayaran program tabungan hari tua ditanggung oleh perusahaan dan karyawan dengan perincian adalah sebagai berikut:

a. 3,7% upah dari perusahaan b. 2% upah dari karyawan

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut perusahaan diberi wewenang untuk melakukan pemotongan upah karyawan sepanjang yang menjadi kewajiban karyawan, dan wajib membayarkannya kepada AIA Financial bersama-sama dengan iuran dari perusahaan dalam hal karyawan meninggal dunia sebelum usia 55 tahun, maka tabungan hari tua tersebut dibayarkannya kepada ahli warisnya. 33

33


(40)

Kesejahteraan rutin karyawan dipandang perlu tetap terpelihara dan bahkan ditingkatkan, di samping penjagaan terhadap resiko kecelakaaan kerja. Untuk memelihara sedapat mungkin kesejahteraan hidup yang stabil dan langgeng, tentunya diperlukan suatu dana khusus untuk mengejawantahkannya secara praktis.

Sumber dana yang teraplikasi dalam bentuk tabungan merupakan langkah tepat sebagai jaminan bagi setiap karyawan setelah ianya tidak produktif lagi dalam arti memasuki masa pensiun, meninggal dunia atau cacat total dan tetap.

Hal inilah yang dimaksudkan dengan dana tabungan bagi karyawan yang dikenal dengan program hari tua. Namun demikian perlu kiranya dibatasi bahwa tabungan hari tua tidaklah sama dengan pensiun. Tabungan hari tua merupakan dana tersendiri bagi karyawan dalam bentuk iuran yang mereka setorkan selama melaksanakan hubungan kerja ditambah iuran dari perusahaan, dihitung sejak karyawan tersebut bekerja dan tentu saja terdaftar sebagai peserta tabungan hari tua menurut ketentuan yang berlaku.

Dana tabungan hari tua merupakan suatu program yang dicanangkan oleh perusahaan sebagai jaminan masa depan dan kehidupan sosial yang memadai bagi setiap karyawan yang tidak produktif lagi.

Dari uraian tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan tabungan hari tua adalah bentuk tabungan wajib yang mempunyai tujuan untuk memberi bekal uang pada hari tua dan yang pembayaran kembalinya hanya dapat dilakukan apabila tenaga kerja berhenti bekerja karena telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, meninggal dunia, atau cacat total dan tetap sehingga tidak dapat berpenghasilan.34

B. Ketentuan Perjanjian Jaminan Hari Tua

Sesuai dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan hajat hidup rakyat banyak, seperti yang tertuang dalam Pasal 27 Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka karyawan sebagai pendukung hak dan kewajiban di dalam hubungan kerja juga harus dipikirkan kesejahteraan sosial ekonominya.35

34

Imam Soepomo, Ibid, hal. 146.

35

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2011, hal. 27.


(41)

setiap manusia, demikian pula halnya dengan karyawan. Memasuki hari tua seringkali menimbulkan keresahan pada karyawan, hal ini disebabkan memasuki masa pensiun dimana pendapatan/penghasilan cenderung berkurang.

Di sisi lain produktivitas karyawan memasuki usia tua juga menurun. Hal ini disebabkan berbagai faktor, diantaranya:

Kemampuan manusia bekerja terbatas, baik dalam berpikir maupun daya bekerja secara fisik. Oleh sebab itu didalam masyarakat dikenal istilah pensiun. Artinya berhenti bekerja pada perusahaan. Akibatnya upah yang diterima menjadi berkurang, bahkan sering menjadi kehilangan penghasilan. Timbullah keluhan jaminan hari tua. Sesungguhnya keluhan seperti itu tidak akan terjadi sekiranya sejak usia muda telah membuat perencanaan.36

“Adapun yang dimaksud dengan asuransi jaminan hari tua adalah suatu asuransi atau pertanggungan resiko yang diadakan khusus dalam bidang ketenagakerjaan atau perburuhan dengan maksud untuk memberikan jaminan bagi kedua belah pihak, baik yakni bagi pengusaha atau perusahaan maupun bagi karyawan”.

Untuk hal tersebut perusahaan bersama-sama dengan tenaga kerja turut mempersiapkan pertanggungan dalam bentuk dana hari tua yang dapat diterima oleh tenaga kerja memasuki usia pensiun untuk menjamin kesejahteraan karyawan setelah tidak bekerja lagi.

Latar belakang timbulnya ketentuan jaminan hari tua ini erat kaitannya denagn keberadaan AIA Financial sehingga resmi menjadi perusahaan yang mengelola kepentingan kesejahteraan karyawan P.T. BANK CIMB NIAGA Tbk.

Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa tenaga kerja dalam menjalankan produktivitasnya harus dilindungi dari segala kemungkinan yang merugikan, baik yang diakibatkan karena kecelakaan kerja, maupun hilangnya pendapatan diakibatkan cacat, memasuki usia 55 tahun yang erat kaitannya dengan tenaga kerja tersebut.

37

36

Rience G. Widyaningsih, Himpunan Materi-materi Penting dalam Menunjang Keberhasilan Studi Hukum Kerja, Armico, Bandung, 1983, hal. 94.

37

A. Ridwan Halim dan Sri Subiandini, Sari Hukum Perburuhan Aktual, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, hal. 65.


(42)

Merujuk pada pengertian jaminan hari tua sebagai pertanggungan atas setiap resiko sosial yang dapat menimpa karyawan, maka tujuan dari keberadaan AIA Financial itu sendiri adalah:

Salah satu usaha yang lebih nyata untuk memelihara dan meningkatkan lesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya, peningkatan kesejahteraan tersebut terutama ditujukan pada kesejahteraan kini dan hari tua, yaitu pada saat mereka tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidupnya, penghasilan tenaga kerja secara langsung akan terhenti ataupun berkurang apabila mereka mengalami kecelakaan, menderita sakit atau mencapai usia lanjut dan setiap orang pasti mengalaminya, dan begitu juga apabila mereka tidak berstatus sebagai karyawan. Untuk inilah cara yang paling tepat mengadakan pertanggungan sosial yang dipikul oleh semua pihak. Di dalam kenyataan sehari-hari dapat dikatakan masih banyak perusahaan yang belum memanfaatkan atau mengikuti program asuransi ini, padahal apabila ditelusuri lebih jauh, program ini demikian besar manfaatnya, baik bagi pengusaha itu sendiri maupun bagi buruh atau karyawan. Untuk pembiayaan program jaminan hari tua ditanggung secara bersama-sama oleh perusahaan dengan karyawan. Untuk hal tersebut pihak perusahaan diberikan wewenang untuk melakukan pemotongan tiap-tiap bulan dari upah tenaga kerja untuk kemudian disetorkan kepada AIA Financial sepanjang hal tersebut adalah kewajiban dari karyawan, dan perusahaan wajib membayarkannya bersama-sama dengan iuran perusahaan.

Sedangkan untuk asuransi kematian iuran dalam program ini ditanggung oleh perusahaan sebesar 0,5% (setengah persen) upah karyawan. Uang jaminan kematian diberikan kepada ahli waris tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum usia 55 tahun dan bukan karena kecelakaan kerja. Di samping itu anak yang berhak menerima jaminan kematian dari tenaga kerja sebagai penerima jaminan pensiun yatim piatu adalah:

a. Anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah dengan isteri atau suami yang terdaftar sebagai yang berhak menerima jaminan pensiun janda atau duda. Yang dianggap dilahirkan dari perkawinan yang sah adalah selain anak yang dilahirkan selama perkawinan, juga anak yang lahir selambat-lambatnya 300 (tiga ratus) hari setelah perkawinan itu terputus.


(43)

b. Anak angkat yang disahkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan terdaftar di perusahaan..

Dari beberapa uraian tersebut di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latar belakang dikeluarkannya ketentuan tunjangan tabungan hari tua adalah merupakan wujud kepedulian perusahaan untuk turut memikirkan kesejahteraan social karyawan setelah memasuki usia tua dan tidak mampu lagi untuk bekerja.

C. Syarat-syarat Penerimaan Jaminan Hari Tua Bagi Karyawan

Jaminan hari tua dimaksudkan untuk memberikan bekal bagi tenaga kerja setelah purna kerja sehingga dapat memberikan bekal untuk hidupnya atau sebagai modal untuk membuka usaha, sehingga kesejahteraan sosial ekonomi tenaga kerja dapat terjamin.

Adapun yang menjadi syarat-syarat penerimaan jaminan hari tua bagi setiap tenaga kerja adalah sebagai berikut:

1. Memasuki usia 55 (lima puluh lima) tahun.

Dalam hal ini jaminan tabungan hari tuanya akan diberikan kepada tenaga kerja setelah usia 55 tahun, dalam arti kata akan memasuki usia pensiun seperti yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku atau menurut

ketentuan di perusahaan di mana si tenaga kerja tersebut bekerja. 2. Cacat total dan tetap.

Yang dimaksudkan dengan cacat total dan tetap di sini adalah suatu keadaan atau hilangnya fungsi anggota badan dari tenaga kerja, yang secara langsung maupun tidak langsung mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.

Keadaan cacat dari seseorang tenaga kerja haruslah dinyatakan atau dikuatkan dengan surat keterangan dari seorang dokter yang menyatakan keadaan cacat sehingga tidak mampu lagi bekerja.

3. Meninggal dunia sebelum usia 55 (lima puluh lima) tahun.

Seorang tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum memasuki usia 55 tahun juga mendapatkan jaminan hari tua. Dana jaminan hari tua tersebut akan diberikan kepada ahli waris dari yang meninggal dunia.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dan penguraian dalam skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Peranan utama Asuransi AIA Financial adalah memberikan jaminan tersedianya sejumlah uang tunai atau memberikan manfaat penghasilan bagi keluarga atau ahli waris apabila tertanggung meninggal dunia. Polis-polis asuransi mempunyai sifat tabungan, mempunyai tujuan utama selain tersedianya sejumlah uang pada saat tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi, juga dapat menyediakan sejumlah uang bagi tertanggung apabila mencapai usia tertentu atau pada masa selesai perjanjian, yang dapat dipergunakan sebagai modal keluarga di hari tua. Asuransi jiwa dapat mendorong seseorang untuk menghemat dan menabung sebagian penghasilannya secara teratur, yang berarti dapat turut mendidik masyarakat untuk hidup secara terencana dan hemat demi kesejahteraan keluarga di masa yang akan datang.

2. Hubungan Hukum antara Perusahaan Asuransi AIA Financial dengan Karyawan Bank CIMB Niaga terletak dalam hal karyawan akan menerima sejumlah uang asuransi dari iuran yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi AIA Financial semenjak yang bersangkutan atau karyawan pertama kali diangkat sebagai karyawan tetap di Bank CIMB Niaga. Asuransi jaminan hari tua yang merupakan hak dari pada karyawan hanya dapat diambil satu kali saja yaitu pada saat karyawan mencapai batas usia pensiun atau pada saat karyawan meninggal dunia, maka yang berhak mendapat asuransi jaminan hari tuanya adalah ahli warisnya atau asuransi jaminan hari tua dapat juga merupakan hak bagi karyawan yang keluar/berhenti sebagai karyawan/pegawai tetap bukan karena pensiun atau meninggal dunia, tetapi oleh karena sebab-sebab lain yang menyebabkan karyawan diberhentikan dari pegawai tetap atau sebagai karyawan.

3. Pembayaran klaim dana jaminan Hari dalam asuransi AIA Financial klaim dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu (1) klaim meninggal dunia, yaitu


(2)

pihak asuransi wajib membayar klaim tersebut kepada tertanggung atau orang yang akan ditunjuk sebagai ahli waris dalam bentuk uang santunan yaitu sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat; (2) klaim habis kontrak, dimana setelah berakhirnya jangka waktu perjanjian asuransi jiwa antara tertanggung dengan penanggung maka pihak asuransi wajib menyerahkan apa yang menjadi hak tertanggung dengan membawa persyaratan dengan lengkap yang telah ditetapkan dalam polis; dan (3) klaim untuk bisa ditebus (dijual) yaitu pihak asuransi AIA Financial memberikan kemudahan kepada tertanggung dalam hal peminjaman uang dengan menggunakan polis sebagai jaminan kepada pihak asuransi (perusahaan) untuk mendapatkan pinjaman uang yang besarnya maksimal sama dengan nilai tebus dengan tidak mengurangi kewajiban pemegang polis untuk tetap membayar premi lebih lanjut.

B. Saran

Setelah melakukan penulisan ini, ada beberapa hal yang akan penulis kemukakan sebagai saran. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya Asuransi AIA Financial lebih meningkatkan pelayanan dalam

memberikan jasa kepada nasabah khususnya karyawan terutama dalam hal pembayaran klaim agar tujuan adanya jaminan hari tua yaitu untuk mensejahterakan karyawan dapat lebih tercapai.

2. Hendaknya Asuransi AIA Financial harus selalu memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada karyawan tentang pentingnya menabung pada masa kerja, sehingga pada saat memasuki usia pensiun dan tidak mampu lagi bekerja, kesejahteraan karyawan itu sendiri maupun keluarganya dapat lebih terjamin. 3. Bagi karyawan yang akan mengurus hak jaminan hari tuanya hendaknya

pengurusannya dilakukan pada asuransi AIA Financial dimana karyawan berada atau dimana karyawan pensiun sehingga lebih memudahkan pengurusan haknya baik bagi karyawan itu sendiri maupun bagi asuransi AIA

Financial. Karena ada kalanya karyawan yang pensiun pada suatu daerah menginginkan pengambilan hak pensiunnya dan hak jaminan hari tuanya pada daerah dimana karyawan berasal sehingga di dalam pengurusan mutasinya memerlukan waktu yang agak lama karena harus melalui suatu proses dalam pemindahan haknya.


(3)

4. Bagi karyawan atau bagi ahli warisnya di dalam mengajukan klaim/permohonan pembayaran hak jaminan hari tua hendaknya melengkapi syarat-syarat yang telah ditetapkan asuransi AIA Financial agar nantinya permintaan jaminan hari tuanya tidak mengalami kesulitan/tidak ditolak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abbas Salim. A, 1985, Dasar-Dasar Asuransi, Tarsito, Bandung.

---, 1989, Dasar-Dasar Asuransi (Principle of Insurance), Jakarta, Rajawali Pers.

Bambang Sunggono, 1998, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Pustaka.

Ensiklopedia Umum, 1977, Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Halim, Ridwan, A dan Sri Subiandini, 1987, Sari Hukum Perburuhan Aktual, Pradnya Paramita, Jakarta.

Hasymi Ali, 1993, Pengantar Asuransi, Jakarta, Bumi Aksara.

Hartono Sunaryati, 1994, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Bandung, Alumni.

Ichsan Ahmad, 1969, Hukum Perdata I, Pembimbing Masa, Jakarta.

Muhammad Abdul Kadir, 1983, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Alumni Bandung.

Nurdin, Fadhil, M, 1990, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, Angkasa, Bandung.

Pangaribuan Simanjuntak, Emmy, 1980, Hukum Pertanggungan, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Poerwadaminto, W. J. S., 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

Purwosutjipto, H. M. N, 1979, Pengertian Hukum Dagang Indonesia (Bentuk-Bentuk Perusahaan), Djambatan, Jakarta,

Santoso Poejosubroto, 1969, Beberapa Aspek tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Barata, Jakarta.

Sastrawidjaja Man Suparman, 1997, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Bandung, Alumni.

Singarimbun Masri, 1989, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES. Soekanto Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press.

Soemitro Ronny Hanitijo, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Junimetri, Jakarta, Ghalia Indonesia.


(5)

Soepomo, Imam, 1982, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta. ---,1992, Hukum Perburuhan Undang-Undang dan

Peraturan-Peraturan, Djambatan, Jakarta.

Subekti. R, 1978, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni Bandung. Sutanto. D, 1912, Ikhtisar tentang Pengertian dan Perkembangan Asuransi Jiwa,

Yayasan Darmasiswa Bumi Putra, Jakarta.

Tambunan P.M., 6 November 2004 Aspek Hukum Reasuransi kerugian, Makalah pada Seminar Pengembangan Hukum Dagang Tentang Hukum Angkutan dan Hukum Asuransi, Jakarta, Departemen Kehakiman Badan Pembinaan Hukum Nasional 21-23 Maret l989 Suara Karya.

Widyaningsih, G, Rience, 1983, Himpunan Materi-Materi Penting dalam Menunjang Keberhasilan Studi Hukum Kerja, Armico, Bandung.

Wirjono Prodjodikoro, 1982, Hukum Asuransi Indonesi, P.T. Intermasa, Jakarta.

Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2011,

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Internet


(6)

Wawancara

Wawancara dengan Bapak Fahreza, Manager Human Resources Development


Dokumen yang terkait

Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Dalam Hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian Di PT. Bank Cimb Niaga TBK, Cabang Medan Bukit Barisan)

7 147 147

Aspek Hukum dalam Proses Penggabungan Bank (Merger) Studi Pada PT. CIMB Niaga

6 112 105

Perjanjian Kerjasama Antara Developer Dengan Bank Dalam Pemberian Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian di PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Medan Bukit Barisan)

22 304 137

Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Untuk Menabung Kembali Pada PT Bank Cimb Niaga, Tbk Cabang Bukit Barisan Medan

2 27 65

PELAKSANAAN PENGGABUNGAN PT BANK NIAGA TBK DAN PT BANK LIPPO TBK MENJADI PT BANK CIMB NIAGA TBK

0 8 69

Pelaksanaan Penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk Menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk

1 15 69

PENGGUNAAN CEK SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DAN PERMASALAHANNYA DI PT BANK CIMB NIAGA Tbk PENGGUNAAN CEK SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DAN PERMASALAHANNYA DI PT BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG SURAKARTA.

0 1 15

Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Dalam Hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian Di PT. Bank Cimb Niaga TBK, Cabang Medan Bukit Barisan)

0 0 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI A. Pengertian Asuransi - Aspek Hukum Pertanggungan Jaminan Hari Tua Bagi Karyawan Pt. Bank Cimb Niaga Tbk Cabang Bukit Barisan Medan Pada Perusahaan Asuransi Aia Financial

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Pertanggungan Jaminan Hari Tua Bagi Karyawan Pt. Bank Cimb Niaga Tbk Cabang Bukit Barisan Medan Pada Perusahaan Asuransi Aia Financial

0 0 7