b. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perasuransian. c.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 225KMK.0171993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi.
D. Sahnya Perjanjian Asuransi
Asuransi sebagai perjanjian atau persetujuan maka asuransi juga harus mengikuti ketentuan-ketentuan hokum persetujuan pada umumnya yang ada di
Indonesia di atur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata. Asuransi merupakan suatu perjanjian antara pihak penanggung dengan pihak
tertanggung. Karena itu syarat sahnya perjanjian asuransi berlaku syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu ada 4 empat syarat yaitu:
29
1. Kesepakatan para pihak.
2. Kecakapan berbuat bagi para pihak.
3. Adanya objek tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.
1. Kesepakatan para pihak
Sehubungan dengan kata sepakat, maka dalam hal ini kata sepakat itu berarti persesuaian kehendak secara timbal balik. Begitu juga dalam perjanjian
asuransi antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung harus ada persesuaian mengenai benda atau apa yang diasuransikan atau dipertanggungkan,
nilai pertanggungan, lamanya pertanggungan dan syarat-syarat lain yang berlaku bagi perjanjian asuransi tersebut. Mengenai syarat ini diatur lebih lanjut, khusus
untuk perjanjian asuransi diatur di dalam KUHD. Akan tetapi perjanjian asuransi itu tidak akan terjadi karena paksaan
dwang, kekhilafan dwaling, ataupun penipuan berdog. Hal ini dipertegas lagi seperti yang telah ditentukan dalam Pasal 1321 KUHPerdata, yang menentukan
tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena paksaan, kekhilafan atau penipuan.
29
H. M. N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta, Djambatan, 1983, hal. 33.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jadi jelaslah sudah bahwa kata sepakat dalam perjanjian asuransi baru terjadi apabila masing-masing pihak mempunyai persesuaian kehendak secara
timbal balik dan tanpa ada kekhilafan, penipuan maupun paksaan seperti apa yang telah disebutkan dalam Pasal 1321 KUHPerdata.
Mengenai Pasal 1321 KUHPerdata, juga diatur di dalam KUHD, yaitu dalam Pasal 291 KUHD yang menyebutkan:
Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar ataupun setiap tidak memberitahukan hal yang mana diketahui oleh tertanggung, betapapun itikad baik
ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup
dengan syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan. Oleh karena itu akibat hukum tidak ada perjanjian dengan persetujuan
kehendak karena paksaan, kekhilafan, atau penipuan ialah bahwa perjanjian itu dapat dimintakan pembatalannya oleh hakim.
2. Kecakapan Berbuat Bagi Para Pihak