13. PT. Petrosea, Tbk PTRO
PT. Petrosea adalah salah satu perusahaan pertambangan batubara di Indonesia. Pendirian Petrosea bukanlah hal yang mudah. Berikut sejarah perjalanan PT.Petrosea:
1972 – Didirikan di Jakarta, Indonesia sebagai PT Petrosea International Indonesia 1984 – Diakuisisi oleh Clough Ltd.
1990 – Nama perusahaan diganti menjadi PT Petrosea Tbk. Terdaftar di Bursa Saham Jakarta dan Surabaya sekarang Bursa Saham Indonesia - PTRO sebagai perusahaan rekayasa dan
konstruksi pertama yang terdaftar di Indonesia. Hal ini merupakan tahun kebangkitan bagi Petrosea yang ditandai oleh suksesnya Petrosea di bursa saham Jakarta dan Surabaya.
Sebanyak 4,5 juta saham ditawarkan senilai dengan sepertiga nilai saham total.
2009 - Diakuisisi oleh PT Indika Energy Tbk, Indonesia.
Visi
Menjadi pusat pertambangan Indonesia yang menyediakan solusi pertambangan yang lengkap Pit to Port - PTP yang memberi keuntungan dan tingkat pengembalian aset yang
lebih melalui kemampuan terpadu.
Misi
Memimpin industri dengan penyediaan jasa lengkap yang dihargai oleh kinerja layanan PTP melalui SDM dan sistem kita serta budaya pengembangan yang menerus.
Nilai dasar Satu Petrosea adalah:
Nilai Satu Petrosea
1. Tanggung jawab Pribadi
Universitas Sumatera Utara
Kami berani mempertanggung jawabkan setiap tindakan kami
Kami akan dan dapat mempertanggung jawabkan segala tindakan yang dilakukan oleh seluruh pegawai kami dan hasil pekerjaan kami
2. Akuntabilitas
Kami mempelajari dan mengenali bahaya, mengukur resiko dan mengelola hasil dari seluruh pekerjaan kami
3. Manajemen Resiko
Kami akan selalu memperluas dan memperdalam pengetahuan kami melalui pendidikan,pelatihan dan pengayaan pengalaman
4. Budaya Belajar
Kami memiliki pendekatan seragam dalam menjalankan roda usaha yang berlaku bagi seluruh anggota Grup.
5. Satu Pendekatan Konsisten
14. PT. Timah Persero, Tbk TINS
PT Timah Persero Tbk adalah perusahaan milik negara BUMN yang bergerak dibidang pertambangan timah. Sekitar 35 dari kepemilikannya dimiliki oleh publik yang
menjadikan perseroan ini go public. Hal ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk membuat perusahaan ini mandiri dan transparan dalam pengoperasiannya. Sebagai perusahaan
penambangan timah terbesar di Indonesia dan juga sekaligus eksportir timah terbesar dunia, PT Timah Persero Tbk menguasai hak penambangan timah seluas 522.460 hektar dengan
Universitas Sumatera Utara
114 kuasa pertambangan KP baik di darat Onshore maupun di laut Offshore dengan wilayah operasi yang meliputi provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Kepulauan Riau yang
dikenal sebagai Indonesian Tin Belt.
PT Timah Persero Tbk pun melakukan reorganisasi dengan membentuk lima anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah Persero Tbk sebagai perusahaan
induk holding company dan memperluas cakupan usahanya di bidang pertambangan, industri, teknik, dan perdagangan. Hal ini menciptakan keunikan tersendiri yaitu pelayanan
satu atap, namun dengan tetap menawarkan produk dan layanan berkualitas tinggi. Selain itu, PT Timah Persero Tbk bertindak sebagai lembaga perumusan dan pengendalian korporat,
menentukan strategi pemasaran, membuat anggaran dan pengadaan modal, mengelola keuangan korporat dan anak perusahaan, merumuskan nilai, norma, dan sikap dasar korporat,
menentukan pengembangan usaha, baik akuisisi maupun aliansi oleh anak perusahaan.
VISI
“Menjadi perusahaan pertambangan kelas dunia dan pemimpin pasar timah global”
MISI
1. Membangun nilai Perusahaan, kontribusi kepada pemegang saham, dan tanggung
jawab sosial. 2.
Membangun SDM yang berkompeten dan memiliki integritas, kreatifitas, nilai - nilai positif.
3. Mewujudkan hubungan yang harmonis dengan pihak - pihak yang berkepentingan
stakeholder
Universitas Sumatera Utara
Strategi Perseroan
1. Optimalisasi Produksi
2. Optimalisasi Pemasaran
3. Diversifikasi Usaha
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS DESKRIPTIF
SEKTOR PERTAMBANGAN 1.
Analisa Deskriptif Variabel Yang Mempengaruhi Return Saham a
Deskripsi Nilai Variabel Return On Equity pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009
Tabel 4.1 Return On Equity
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Periode 2005-2009
EMITEN PERUSAHAAN
Return On Equity ROE 2005
2006 2007
2008 2009
ANTM PT. Aneka Tambang, Tbk
0.52 51.85
83,32 23,93
9,62 ARTI
PT. Ratu Prabu Energi, Tbk 17,8
-128,08 -48,29
3,74 -40,96
ATPK PT. ATPK Resources, Tbk
-2 -66,49
-27,92 -13,89
-23,46 BUMI
PT. Bumi Resources, Tbk 0.66
62,49 68,2
80,84 22,17
CITA PT. Cita Mineral Investindo,
Tbk 17,8
225,2 0,39
0,37 0,6
CNKO PT
Exploitasi Energi Indonesia Tbk
0,043 0.31
-35,53 2,72
24,66 CTTH
PT. Citatah Industri Marmer, Tbk
-1,69 614,83
2,71 1,75
322,55 DOID
PT. Delta Dunia Makmur, Tbk 17,8
1,15 -1,55
0,5 -81,4
ENRG PT. Energi Mega Persada, Tbk
10 0,22
120,91 30,46
14,97 INCO
PT. International Nickel Indonesia, Tbk
0.69 44,27
-32,08 44,64
32,05 KKGI
PT. Resouce Alam Indonesia, Tbk
-0,03 -24,68
21,3 68,16
7,13 MEDC
PT. Medco Energi Internasional, Tbk
0.14 31,64
3,28 5,98
34,97 MITI
PT. Mitra Investindo, Tbk 17,8
-34,25 37,8
63,82 65,98
PTBA PT. Tambang Batubara Bukit
Asam, Tbk 0,23
29,14 14,94
7,13 5,7
PTRO PT. Petrosea, Tbk
13,33 13,92
79,01 55,2
16,01 TINS
PT. Timah, Tbk 0,07
20,72 76,2
65,49 35,19
Universitas Sumatera Utara
sampel penelitian, perusahaan yang memiliki nilai ROE paling tinggi di tahun 2005 ada pada tiga emiten perusahaan yaitu ARTI, CITA, dan MITI dengan nilai 17,8. Sedangkan nilai ROE
yang paling kecil di tahun 2005 ada pada emiten ATPK dengan nilai -2. Untuk tahun 2006 nilai ROE tertinggi ada pada emiten CTTH dengan nilai 614,83, dan nilai ROE terendah ada
pada emiten ARTI dengan nilai sebesar -128,08. Pada tahun 2007 nilai ROE tertinggi ada pada emiten ENRG dengan nilai ROE sebesr 120.91 sedangkan untuk nilai ROE terendah ada
pada emiten ARTI dengan nilai sebesar -48,29. Tahun 2008 nilai ROE tertinggi berada pada emiten BUMI dengan nilai sebesar 80,84 dan nilai ROE terendah berada pada emiten ATPK
dengan nilai sebesar -13,89. Pada tahun 2009 nilai ROE tertinggi berada pada emiten CTTH dengan nilai 322,55 sedangkan nilai ROE terendah pada emiten DOID dengan nilai -81,4.
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa nilai ROE pada setiap emiten mengalami fluktuasi yang tajam atas nilai ROE yang terjadi pada tahun 2005 sampai 2009. Ini
menandakan kinerja ROE pada sektor pertambangan pada tahun 2005 sampai 2009 bisa mengalami lonjakan nilai yang cukup tajam pada tahun tertentu namun bisa mengalami
penurunan drastis di tahun berikutnya.
Tabel 4.2 Price Earning Ratio
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Periode 2005-2009
EMITEN PERUSAHAAN
Price Earning Ratio PER 2005
2006 2007
2008 2009
ANTM PT. Aneka Tambang, Tbk
7.87 9.83
8,32 7,6
53,78 ARTI
PT. Ratu Prabu Energi, Tbk 43,32
-13,12 -3,24
35,49 23,93
ATPK PT. ATPK Resources, Tbk
50 -1,15
-41,27 -6,83
-9,18 BUMI
PT. Bumi Resources, Tbk 7,93
8,7 7,98
4,65 20,33
CITA PT. Cita Mineral Investindo, Tbk
43,32 7,98
479,98 128,99
119,25 CNKO
PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk 10
485,39 -41,46
17,56 4,07
CTTH PT. Citatah Industri Marmer, Tbk
-14,83 -1,43
691,11 834,33
-1357,9 DOID
PT. Delta Dunia Makmur, Tbk 43,32
205,45 188,56
-34,62 -5,99
Universitas Sumatera Utara
ENRG PT. Energi Mega Persada, Tbk
7,75 36,89
8,07 4,87
25,44 INCO
PT. International Nickel Indonesia, Tbk 925,92
6,65 48,99
48,99 48,99
KKGI PT. Resouce Alam Indonesia, Tbk
-12,5 50.18
36,73 2,03
41,66 MEDC
PT. Medco Energi Internasional, Tbk 4,17
34,34 274,02
556 126,19
MITI PT. Mitra Investindo, Tbk
43,32 -14,75
33,93 9,31
13,38 PTBA
PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 2,38
16,72 11,81
19 -13,16
PTRO PT. Petrosea, Tbk
0,613 10,68
8,57 4,05
44,16 TINS
PT. Timah, Tbk 2,34
10,7 11,95
2,5 10,12
Tabel 4.2 menyajikan nilai PER sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Pada tabel dapat terlihat bahwa di tahun 2005 nilai PER tertinggi ada pada emiten INCO dengan nilai
925,92 dan nilai PER terendah ada pada emiten CTTH dengan nilai -14,83. Tahun 2006 nilai PER tertinggi ada pada emiten perusahaan CNKO dengan nilai 485, 39 dan nilai PER
terendah ada pada emiten MITI dengan nilai -14,75. Tahun 2007 nilai PER tertinggi ada pada emiten CTTH dengan nilai 691,11 dan nilai PER terendah ada pada emiten CNKO
dengan nilai -41,46. Tahun 2008 nilai PER tertinggi ada pada emiten CTTH dengan nilai 834,33 dan nilai PER terendah ada pada emiten DOID dengan nilai -34,62. Tahun 2009 nilai
PER tertinggi ada pada emiten MEDC dengan nilai 126,19 dan nilai PER terendah ada pada emiten CTTH dengan nilai -1357,9.
Maka secara keseluruhan dari lima tahun perhitungan nilai PER yang dimulai dari tahun 2005 sampai 2009, CTTH memiliki nilai PER tertinggi pada tahun 2007 dan 2008.
Sedangkan nilai PER terendah setiap tahunnya terjadi pada emiten yang berbeda beda.
Tabel 4.3 Price To Book Value
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Periode 2005-2009
EMITEN PERUSAHAAN
Price To Book Value PTBV 2005
2006 2007
2008 2009
ANTM PT. Aneka Tambang, Tbk
-3,68 3.56
4,87 1,29
2,68
Universitas Sumatera Utara
ARTI PT. Ratu Prabu Energi, Tbk
9,45 1.44
2,49 1,26
0,99 ATPK
PT. ATPK Resources, Tbk 83.49
0.65 4,76
1,06 1,24
BUMI PT. Bumi Resources, Tbk
0,19 1.33
4,1 2,15
2,27 CITA
PT. Cita Mineral Investindo, Tbk 9,45
5 1,37
0,33 0,39
CNKO PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk
1,89 4.08
-18,64 1,35
1,37 CTTH
PT. Citatah Industri Marmer, Tbk 19,97
0.92 10,99
9,79 33,11
DOID PT. Delta Dunia Makmur, Tbk
9,45 2.45
6,62 0,33
0,91 ENRG
PT. Energi Mega Persada, Tbk 239,68
1.28 4,85
1,15 2,3
INCO PT. International Nickel Indonesia, Tbk
1,02 3.54
3,57 3,57
3,57 KKGI
PT. Resouce Alam Indonesia, Tbk 134.573
2.54 3,38
0,78 1,2
MEDC PT. Medco Energi Internasional, Tbk
0,16 2.03
14,67 6,53
6,89 MITI
PT. Mitra Investindo, Tbk 9,45
0.99 10,77
3,98 7,42
PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
0,26 5.89
0,84 0,48
1,49 PTRO
PT. Petrosea, Tbk 6,38
5.38 5,1
1,42 3,05
TINS PT. Timah, Tbk
12,7 -7,72
14,31 1,02
2,66 Tabel 4.3 menyajikan nilai PTBV sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Pada tabel
dapat terlihat bahwa di tahun 2005 nilai PTBV tertinggi ada pada emiten ENRG dengan nilai 239,68 dan nilai PTBV terendah ada pada emiten ANTM dengan nilai -3,68. Tahun 2006
nilai PTBV tertinggi ada pada emiten perusahaan PTBA dengan nilai 5,89 dan nilai PTBV terendah ada pada emiten TINS dengan nilai -7,72. Tahun 2007 nilai PTBV tertinggi ada
pada emiten MEDC dengan nilai 14,67 dan nilai PTBV terendah ada pada emiten CNKO dengan nilai -18,64. Tahun 2008 nilai PTBV tertinggi ada pada emiten CTTH dengan nilai
9,79 dan nilai PTBV terendah ada pada emiten CITA dan DOID dengan nilai 0,33. Tahun 2009 nilai PTBV tertinggi ada pada emiten CTTH dengan nilai 33,11 dan nilai PTBV
terendah ada pada emiten DOID dengan nilai 0,91. Maka secara keseluruhan dari lima tahun perhitungan nilai PTBV yang dimulai dari
tahun 2005 sampai 2009, ENRG memiliki nilai PTBV tertinggi selama lima tahun dengan nilai sebesar 239,68 sedangkan nilai PTBV terendah terjadi pada emiten CNKO dengan nilai
-18,64.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Book Value Per Share
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Periode 2005-2009
Emiten PERUSAHAAN
Book Value Per Share BVPS 2005
2006 2007
2008 2009
ANTM PT. Aneka Tambang, Tbk
-135,87 2244.39
918,76 845,33
854,32 ARTI
PT. Ratu Prabu Energi, Tbk 1240.42
316.55 224,01
460,01 273,42
ATPK PT. ATPK Resources, Tbk
2.4 129.78
229,14 198,33
155,37 BUMI
PT. Bumi Resources, Tbk 2631,58
167,41 162,47
302,35 339,12
CITA PT. Cita Mineral Investindo, Tbk
1240.42 118,81
153,41 153,79
154,44 CNKO
PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk 52,9
186,95 34,19
37,04 50,61
CTTH PT. Citatah Industri Marmer, Tbk
25,04 -4,53
106,78 102,12
28,4 DOID
PT. Delta Dunia Makmur, Tbk 1240,42
105,15 232,78
257,71 120,92
ENRG PT. Energi Mega Persada, Tbk
0,417 127,3
1314,34 1676,04
1501,2 INCO
PT. International Nickel Indonesia, Tbk 245,1
15284,37 333,36
495,26 603,27
KKGI PT. Resouce Alam Indonesia, Tbk
1.49 431.13
1483,05 2409,04
2006,26 MEDC
PT. Medco Energi Internasional, Tbk 625
1451,22 7,66
7,66 11,14
MITI PT. Mitra Investindo, Tbk
1240,42 3331,26
1214,83 1735,2
2474,41 PTBA
PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 1923
996,24 7014,77
7540,88 7483,05
PTRO PT. Petrosea, Tbk
78,37 6586,14
6674,02 7591,03
681,51 TINS
PT. Timah, Tbk 39,37
129,78 544,62
889,87 715,09
Tabel 4.4 menyajikan nilai BVPS sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Pada tabel dapat terlihat bahwa di tahun 2005 nilai BVPS tertinggi ada pada emiten BUMI dengan nilai
2631,58 dan nilai BVPS terendah ada pada emiten ANTM dengan nilai -135,87. Tahun 2006 nilai BVPS tertinggi ada pada emiten perusahaan INCO dengan nilai 15284,37 dan nilai
BVPS terendah ada pada emiten CTTH dengan nilai -4,53. Tahun 2007 nilai BVPS tertinggi ada pada emiten PTBA dengan nilai 7014,77 dan nilai BVPS terendah ada pada emiten
MEDC dengan nilai 7,66. Tahun 2008 nilai BVPS tertinggi ada pada emiten PTRO dengan nilai 7591,03 dan nilai BVPS terendah ada pada emiten MEDC dengan nilai 7,66. Tahun
2009 nilai BVPS tertinggi ada pada emiten PTBA dengan nilai 7483,05 dan nilai BVPS terendah ada pada emiten MEDC dengan nilai 11,14.
Universitas Sumatera Utara
Maka secara keseluruhan dari lima tahun perhitungan nilai BVPS yang dimulai dari tahun 2005 sampai 2009, INCO memiliki nilai BVPS tertinggi selama lima tahun dengan
nilai sebesar 15284,37 sedangkan nilai BVPS terendah terjadi pada emiten MEDC dengan nilai 7,66.
2. Analisa Deskriptif Return Saham
Tabel 4.5 Return Saham
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Periode 2005-2009
EMITEN PERUSAHAAN
Return Saham 2005
2006 2007
2008 2009
ANTM PT. Aneka Tambang, Tbk
0,776 1,24
0,38 -0,67
-0,25 ARTI
PT. Ratu Prabu Energi, Tbk 0,49
0,2 -0,32
0,88 -0,206
ATPK PT. ATPK Resources, Tbk
0,07 -0,617
9 -0,48
-0,66 BUMI
PT. Bumi Resources, Tbk 0,31
0,019 0,47
0,02 0,14
CITA PT. Cita Mineral Investindo, Tbk
-0,32 0,95
1,31 0,25
-0,46 CNKO
PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk -0,75
0,7 0,99
-0,23 0,1
CTTH PT. Citatah Industri Marmer, Tbk
-0,15 -0,36
6,45 0,55
0,72 DOID
PT. Delta Dunia Makmur, Tbk 3,03
-0,45 0,33
-0,1 -0,68
ENRG PT. Energi Mega Persada, Tbk
0,67 -0,05
1,94 -0,19
-0,3 INCO
PT.International Nickel Indonesia, Tbk -0,46
14,39 2,41
2,64 0,2
KKGI PT. Resouce Alam Indonesia, Tbk
0,297 -0,51
0,07 -0,06
-0,28 MEDC
PT.Medco Energi Internasional, Tbk 0,98
0,22 2,17
-0,34 -0,3
MITI PT. Mitra Investindo, Tbk
0,48 -0,354
1,17 0,69
0,09 PTBA
PT.Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
-0,42 0,82
-0,09 -0,12
0,88 PTRO
PT. Petrosea, Tbk 0,78
0,295 5,72
0,31 -0,91
TINS PT. Timah, Tbk
-0,078 10,25
2,46 0,73
-0,6
Tabel 4.5 menyajikan nilai return sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Pada tabel dapat terlihat bahwa di tahun 2005 nilai return tertinggi ada pada emiten DOID dengan nilai
3,03 dan nilai return terendah ada pada emiten TINS dengan nilai -0,078. Tahun 2006 nilai return tertinggi ada pada emiten perusahaan INCO dengan nilai 14,39 dan nilai return
terendah ada pada emiten ATPK dengan nilai -0,617. Tahun 2007 nilai return tertinggi ada
Universitas Sumatera Utara
pada emiten CTTH dengan nilai 6,45 dan nilai return terendah ada pada emiten PTBA dengan nilai -0,09. Tahun 2008 nilai return tertinggi ada pada emiten INCO dengan nilai 2,64
dan nilai return terendah ada pada emiten KKGI dengan nilai -0,06. Tahun 2009 nilai return tertinggi ada pada emiten PTBA dengan nilai 0,88 dan nilai return terendah ada pada emiten
PTRO dengan nilai -0,91. Maka secara keseluruhan dari lima tahun perhitungan nilai return yang dimulai dari
tahun 2005 sampai 2009, INCO memiliki nilai return tertinggi selama lima tahun dengan nilai sebesar 14,39 sedangkan nilai return terendah terjadi pada emiten PTBA dengan nilai -
0,09. B.
UJI ASUMSI KLASIK I.
SEKTOR PERTAMBANGAN
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.
a. Pendekatan Histogram
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Situmorang et, al 2010: 91 grafik histogram yang berdistribusi normal jika grafik berbentuk seperti lonceng dan tidak menceng ke kanan atau menceng ke kiri. Pada
grafik histogram terlihat bahwa grafik berbentuk seperti lonceng dan tidak menceng ke kiri atau ke kanan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel berdistribusi normal.
b. Pendekatan Grafik
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Plot Probability Normal P-P Plot.
PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis sumbu x melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel sumbu y. Apabila plot dari keduanya berbentuk linier dapat didekati
oleh garis lurus, maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Seringkali ditemui bahwa ujung-ujung plot pada pp plot agak menyimpang dari garis lurus.
Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, maka dapat disimpulkan bahwa sebaran
data adalah menyebar normal.
Universitas Sumatera Utara
Data yang digunakan untuk menguji scatterplot adalah data Logaritma Natural Ln karena data awal tidak berdistribusi normal. Pada scatterplot terlihat titik-titik yang mengikuti
data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi normal. c. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Pendekatan Kolmogrov-Smirnov dilakukan untuk menjelaskan hasil pengujian hipotesis apakah sebuah distribusi data dapat dikatakan normal ataukah tidak. Pedoman
pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a. Nilai signifikansi atau probabilitas Sig. 0,05; maka data berdistribusi normal simetris.
b. Nilai signifikansi atau probabilitas Sig. 0,05; maka data tidak berdistribusi normal tidak simetris.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual
N 37
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 1.30242931
Most Extreme Differences
Absolute .077
Positive .066
Negative -.077
Kolmogorov-Smirnov Z .471
Asymp. Sig. 2-tailed .980
a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.6 adalah output SPSS Windows 16.00 dari uji normalitas yang menggunakan data dalam bentuk Logaritma Natural Ln. Data dalam bentuk Ln digunakan sebagai
alternatif untuk menghindari data yang tidak berdistribusi normal akibat data awal yang tidak normal. Hasil output dari tabel 4.6 berdasarkan hasil SPSS Windows 16.00 terlihat nilai
Asymp.Sig. 2-tailed adalah 0,98 dan di atas nilai signifikansi 0,05. Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.
2. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya. Jika variance
dari satu residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka terjadi
Universitas Sumatera Utara
homoskedastisitas, jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Untuk melihat apakah heteroskedastisitas atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni:
1. Cara Grafik
Dari grafik scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi sejauh mana rasio modal saham
mempengaruhi return. 2. Cara Statistik Uji Glejser
Adapun hipotesis yang akan diuji dapat dinyatakan sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak
dari residualnya.
Universitas Sumatera Utara
Ha : Ada hubungan yang sistematik antara variable yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya. Output dari uji heteroskedatisitas seperti pada kriteria yang digunakan untuk
menyatakan apakah terjadi heteroskedatisitias atau tidak di antara data pengamatan tersebut adalah menggunakan koefisien signifikansi probabilitas two-tailed. Koefisien signifikansi
probabilitas harus dibandingkan dengan alpha yang ditetapkan 5. Apabila koefisien signifikansi probabilitas lebih besar dari alpha yang ditetapkan, maka dinyatakan tidak
terjadi heteroskedatisitas di antara data pengamatan tersebut, yang berarti menerima H0.
Tabel 4.7 Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-.051 .623
-.082 .935
LnROE .203
.118 .490
1.726 .094
LnPER .109
.103 .231
1.064 .295
LnPTBV -.080
.156 -.137
-.513 .611
LnBVPS .046
.090 .118
.516 .610
a. Dependent Variable: absut
Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa tidak satupun variabel independen yaitu ROE, PER, PTBV, dan BVPS yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen return
absolut Ut abSut. Output SPSS Windows 16.00 yang dihasilkan berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai LnROE sebesar 0,094 , nilai LnPER sebesar 0,295 , nilai LnPTBV sebesar
0,611 , dan nilai LnBVPS sebesar 0,610. Dengan demikian hal ini menunjukkan nilai
Universitas Sumatera Utara
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5, jadi disimpulkan model regresi
tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
3. Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance 0,1 sedangkan variance inflation factor VIF 5.
Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat toleransi dan variance inflation factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut:
1. VIF 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas
2. VIF 5 maka tidak terdapat multikolinearitas
3. Tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas
4. Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.
Tabel 4.8 Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1
Constant -2.774
1.146 -2.419
.021 LnROE
-.387 .217
-.497 -1.787
.083 .318
3.141
Universitas Sumatera Utara
LnPER -.013
.189 -.014
-.067 .947
.548 1.826
LnPTBV .674
.287 .612
2.347 .025
.361 2.768
LnBVPS .428
.165 .578
2.584 .015
.492 2.034
a. Dependent Variable: LnRETURN
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa VIF 5, yaitu nilai LnROE sebesar 3,141, nilai LnPER sebesar 1,826, Nilai LnPTBV sebesar 2,768, dan nilai LnBVPS sebesar 2,034.
Sedangkan untuk nilai Tolerance, nilai LnROE sebesar 0,318, nilai LnPER sebesar 0,548, nilai LnPTBV sebesar 0,361, dan nilai LnBVPS sebesar 0,492. Maka dari hasil Output SPSS
tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF dan Tolerance memenuhi semua persyaratan. 4.
Autokorelasi Uji autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deret waktu atau ruang seperti dalam data cross-section. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Metode deteksi terhadap
autokorelasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara The Runs Test. Metode ini sebagai uji nonparametik dengan tanda positif dan negatif. Kaidah keputusan dari metode ini adalah
tidak menolak hipotesis nol jika taksiran The Runs Test berada pada jarak interval dan menolak hipotesis nol jika taksiran The Runs Test diluar batas interval.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Runs Test
Unstandardiz ed Residual
Test Value
a
-.02794 Cases Test Value
18 Cases = Test
Value 19
Total Cases 37
Number of Runs 17
Z -.663
Asymp. Sig. 2- tailed
.507 a. Median
Hasil output SPSS Windows 16.00 menunjukkan bahwa nilai test adalah -0,02974 dengan nilai Asymp.Sig. 0,507 yang artinya nilai signifikan diatas 0,05 yang berarti
hipotesis nol diterima , sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
C. ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel bebas yaitu variabel pembentuk rasio modal saham yang terdiri dari variabel
Return On Equity ROE, variabel Price Earning Ratio PER, variabel Price To Book Value PTBV, dan variabel Book Value Per Share BVPS terhadap variabel terikat yaitu variabel
Return saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Analisis regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan metode enter melalui bantuan program software
SPSS versi 16.00 for windows. Dengan metode enter, seluruh variabel akan dimasukkan ke
Universitas Sumatera Utara
dalam analisis untuk dapat diketahui apakah variabel bebas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat.
Hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan melalui bantuan program software SPSS versi 16.00 for windows dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-2.774 1.146
-2.419 .021
LnROE -.387
.217 -.497
-1.787 .083
LnPER -.013
.189 -.014
-.067 .947
LnPTBV .674
.287 .612
2.347 .025
LnBVPS .428
.165 .578
2.584 .015
a. Dependent Variable: LnRETURN Berdasarkan hasil pengolahan data analisis regresi linier berganda pada Tabel 4.10, maka
diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = -2,774 - 0.387X
1
- 0.013X
2
+ 0.674X
3
+ 0.428X
4
Interpretasi model berdasarkan hasil estimasi parameter yang diperoleh dari analisis persamaan regresi linier berganda pada Tabel 4.10 adalah sebagai berikut:
+ e
1. Konstanta a bernilai -2,774 menunjukkan harga konstan, dimana jika tidak ada pengaruh dari variabel bebas yaitu variabel Return On Equity X
1
, variabel Price
Universitas Sumatera Utara
Earning Ratio X
2
, variabel Price To Book Value X
3
, dan variabel Book Value Per Share X
4
2. Variabel Return On Equity bertanda negatif terhadap return saham dengan koefisien regresi sebesar -0.387. Artinya, setiap terjadi peningkatan variabel Return On Equity
sebesar 1 satuan, maka return saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan berkurang sebesar 0.387 satuan.
, maka Return saham akan tetap ada sebesar -2,774 satuan.
3. Variabel Price Earning Ratio bertanda negatif terhadap return saham dengan koefisien regresi sebesar -0.013. Artinya, setiap terjadi peningkatan variabel Price
Earning Ratio sebesar 1 satuan, maka Return saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan berkurang sebesar 0.013 satuan.
4. Variabel Price To Book Value bertanda positif terhadap return saham dengan koefisien regresi sebesar 0.674. Artinya, setiap terjadi peningkatan variabel Price To
Book Value sebesar 1 satuan, maka Return saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan meningkat sebesar 0.674 satuan.
5. Variabel Book Value Per Share bertanda positif terhadap return saham dengan koefisien regresi sebesar 0.428. Artinya, setiap terjadi peningkatan variabel Book
Value Per Share sebesar 1 satuan, maka Return saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan meningkat sebesar 0.428 satuan.
D. PENGUJIAN HIPOTESIS
1. Anova Uji F Uji secara serempaksimultan