terjadi. Dinding penahan tanah selain digunakan untuk menahan lereng, juga digunakan untuk menahan kestabilan tanah pada galian, basement, waterfront construction,
konstruksi sementara serta penggunaan lainnya.
2.4.1. Jenis Dinding Penahan Tanah
Jenis dinding penahan tanah yang umum digunakan G.N. Smith and Ian G.N Smith, 1998 adalah:
1. Gravity Wall
a. Mass Construction Gravity Wall
Dinding penahan tanah ini mengandalkan beratnya sendiri untuk menjaga stabilitas tekanan tanah lateral.
b. Reinforced Concrete Wall
• Cantilever Wall
Dinding penahan tanah ini memiliki bagian “batang” vertikal yang monolit dengan base slab yang mampu menopang sampai dengan ketinggian 7 m.
Desain yang langsing dari dinding penahan tanah ini tidak mengurangi kekuatannya karena terdapat perkuatan baja pada bagian “batang” dan base
slab. •
Relieving Platform Dinding penahan tanah ini hamper sama dengan cantilever wall, namun
terdapat slab tambahan platform yang berada pada bagian belakang yang berhubungan langsung dengan tanah dan terhubung langsung dengan dinding
“batang”. Fungsi platform adalah mengurangi bending moment sehingga dimensi dinding penahan tanah tereduksi dan menguntungkan secara
ekonomis. •
Counterfort Wall
Dinding penahan tanah ini digunakan untuk ketinggian lebih dari 6 m. Dinding “batang” merupakan bentang slab yang menerus diantara counterfort
yang terpasang, biasanya antar counterfort memiliki spasi 0,67 H tetapi tidak kurang dari 2,5 m. Counterfort digunakan sebagai penopang dinding penahan
tanah. c.
Crib Wall Dinding penahan tanah ini terdiri dari rangkaian kayu prafabrikasi, beton
pracetak, atau susunan baja yang digunakan untuk menahan material granular. Crib wall yang pemasangannya dilakukan secara miring ini, sangat baik untuk
menahan erosi dan differensial settlement yang relatif besar. d.
Gabbion Wall Dinding penahan tanah ini dibentuk dari keranjang persegi yang terbuat dari
baja dan diisi dengan batu-batu yang dijadikan satu kesatuan. 2.
Embedded Wall Embedded wall mengandalkan tahanan pasif tanah untuk mencapai kestabilannya.
Penggunaan anchor membantu sebagai additional support dinding penahan tanah. a. Sheet Pile Walls
Dinding penahan tanah ini terdiri dari bagian-bagian yang dikaitkan dan saling mengunci. Material yang digunakan dapat berupa baja, beton pracetak maupun
kayu. Terdapat 2 jenis sheet pile, yaitu cantilever wall dan anchored wall. •
Cantilever Wall Jenis sheet pile ini mengandalkan tekanan aktif maupun pasif tanah pada
bagian bawahnya untuk mencegah keruntuhan. •
Anchored Wall Jenis sheet pile ini terjepit pada bagian bawahnya namun didukung dengan
menggunakan anchor sebagai additional support yang mengandalkan gaya
tarik dengan partikel tanah untuk mencegah keruntuhan.
b. Diaphragm Walls Dinding penahan tanah ini dibuat dengan menggali “parit” menerus yang
selanjutnya diisi dengan tulangan baja dan di cor secara menerus dengan menggunakan bentonite slurry.
c. Contiguous and Secant Bored Pile Walls - Contiguous Bored Pile Walls
Dinding penahan tanah ini terdiri dari tiang-tiang pancang yang dipasang berdampingan satu sama lain. Terdapat celah antara tiang pancang tersebut
yang memperbolehkan rembesan air pada kondisi tanah granular. •
Secant Bored Pile Walls Dinding penahan tanah ini secara umum mirip contiguous bored pile, namun
diantara tiang-tiang pancang yang berdampingan tersebut dilakukan pengeboran yang mengiris bagian samping tiang pancang utama dan
selanjutnya diapasang casing untuk pengecoran secant pile. Adanya pemasangan secant pile membuat celah antara tiang-tiang pancang tertutupi
dan rembesan tidak bisa masuk karena terhalang dinding menerus tiang pancang tersebut.
2.4.2. Dinding Penahan Tanah yang Digunakan