tuntutan itu. Sehingga menjadi jelaslah apa yang menjadi hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak, karena mereka telah
melakukan perjanjian sebelumnya.
B. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrakperjanjian yang berisi dan
macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.
15
Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang terkandung di dalam Buku III KUHPerdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat
sesuai pasal 1320 KUHPerdata, yaitu: 1.
sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; Yang dimaksud dengan sepakat ialah bila kedua belah pihak mengadakan
perjanjian telah tercapai persesuaian kehendak, sehingga apa yang telah dikehendaki oleh salah satu pihak dikehendaki pula oleh pihak yang lainnya
juga. Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya: betul-betul atas kemauan sukarela pihak-pihak, tidak ada paksaan dari pihak manapun, tidak ada kekhilafan
dan tidak ada penipuan Pasal 1321, 1322, 1328 KUHPerdata.
16
Dikatakan tidak ada paksaan, apabila orang yang melakukan perbuatan itu tidak berada di bawah ancaman, baik dengan paksaan, baik dengan kekerasan
15
Prof. R.Subekti, S.H., op.cit. hal.13.
16
Lihat pasal 1321, 1322, 1328 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
jasmani, maupun dengan upaya yang bersifat menakut-nakuti, misalnya dengan membuka rahasia sehingga dengan demikian orang itu terpaksa menyetujui
perjanjian itu Pasal 1324 KUHPerdata.
17
Dikatakan tidak ada kekhilafan ataupun kekeliruan, apabila salah satu pihak tidak khilaf tentang hal pokok yang diperjanjikan atau tentang sifat-sifat
penting barang yang menjadi obyek perjanjian, atau dengan siapa diadakannya perjanjian itu.
Dikatakan tidak ada penipuan, apabila tidak ada tindakan menipu. Menipu adalah dengan sengaja melakukan tipuan muslihat, dengan memberikan
keterangan-keterangan palsu dan tidak benar untuk membujuk pihak lawannya supaya menyetujui atau sepakatPasal 1328 KUHPerdata.
Apabila syarat pertama tersebut tidak dipenuhi maka suatu perjanjian yang sah dianggap tidak ada. Karena sesuai dengan asas “konsensualisme” itu
sendiri, berasal dari perkataan “konsensus” yang berarti kesepakatan, yang telah menjiwai hukum perjanjian dalam kitab undang-undang hukum perdata.
2. cakap untuk membuat suatu perjanjian;
Cakap bekwaam merupakan suatu syarat umum untuk dapat melakukan perbuatan hukum secara sah yaitu harus sudah dewasa, sehat akal pikiran dan
tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu.
18
17
Lihat pasal 1324 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
18
H.Riduan Syahrani, S.H., 2006, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, hal.208.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya seorang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia sudah dewasa. Di dalam KUHPerdata, kriteria dari orang-orang yang
belum dewasa diatur dalam pasal 330 yaitu: “Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap
dua puluh satu tahun dan sebelumnya belum kawin.”
19
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan yang belum
dewasa. Didalam Pasal 1330 KUHPerdata disebutkan beberapa golongan orang yang tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum, yaitu: orang-orang yang
belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah pengampunan, dalam hal-hal yang ditetapkan undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa
undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Jika terjadi salah satu pihak seperti dalam keadaanstatus yang disebutkan
di atas, salah satu pihak tidak cakap untuk membuat perjanjian. Maka perjanjian
itu bercacat, karenanya dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang
tidak cakap untuk membuat perjanjian itu. Sebaliknya, orang yang berhak
meminta pembatalan perjanjian itu juga dapat dilakukan dengan menguatkan
perjanjian tersebut. Penguatan itu dapat dilakukan dengan tegas ataupun secara diam-diam tergantung dari keadaan.
Dengan keluarnya Surat Edaran Mahkamah Agung No.3 Tahun 1963 tanggal 4 Agustus 1963, istri sudah dinyatakan cakap melakukan perbuatan
hukum, jadi tidak perlu lagi izin dari suaminya.
19
Prof. R. Subekti, S.H., R. Tjitrosudibio, 2001, op.cit. hal.90.
Universitas Sumatera Utara
Dan pasal 108 serta pasal 110 KUHPerdata tentang wewenang seorang istri untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di depan
pengadilan tanpa izin atau bantuan dari suaminya, sudah tidak berlaku lagi. Selain kecakapan, ada lagi yang disebut dengan kewenangan. Kewenangan
dalam hal ini ialah apabila seseorang mendapat kuasa dari pihak lain untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya membuat suatu perjanjian.
Tidak ada kewenangan apabila tidak mendapatkan kuasa untuk itu. Jadi untuk dapat membuat suatu perjanjian, seseorang itu harus dewasa, sehat pikirannya
dan tidak dibatasi atau tidak dikurangi wewenangnya di dalam melakukan perbuatan hukum.
3. mengenai suatu hal tertentu;
Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi obyek suatu perjanjian. Dalam Pasal 1332 KUHPerdata disebutkan bahwa barang-
barang yang dapat dijadikan objek perjanjian hanyalah barang-barang yang dapat diperdagangkan. Lazimnya barang-barang yang dipergunakan untuk
kepentingan umum dianggap sebagai barang-barang di luar perdagangan, sehingga tidak bisa dijadikan objek perjanjian. Hal ini dikarenakan barang-barang
tersebut merupakan milik Negara dan peruntukannya bagi masyarakat atau kepentingan umum.
Menurut Pasal 1333 KUHPerdata yaitu barang yang menjadi objek suatu perjanjian ini harus ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu
ditentukan asalkan saja kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, dalam Pasal 1334 ayat1 KUHPerdata menyebutkan bahwa ditentukan barang-barang yang baru akan kemudian hari juga dapat menjadi
objek suatu perjanjian.
4. suatu sebab yang halal.
Suatu sebab yang halal merupakan syarat keempat untuk sahnya suatu perjanjian. Yang dimaksud sebab atau causa yaitu mengenai isi perjanjian yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak. Misalnya dalam perjanjian jual-beli, isi perjanjian adalah pihak yang satu menghendaki hak
milik atas barang, dan pihak yang lainnya menghendaki sejumlah uang, tujuannya ialah hak-hak milik berpindah dan sejumlah uang diserahkan.
Selanjutnya, Pasal 1337 KUHPerdata menentukan bahwa sesuatu sebab dalam perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan
ketertiban umum. Perjanjian yang dibuat dengan sebab yang demikian tidak mempunyai kekuatanPasal 1335 KUHPerdata.
Sebenarnya keempat syarat tersebut di atas dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu :
20
1. Syarat Subjektif adalah suatu syarat yang menyangkut pada subjek perjanjian
itu atau dengan perkataan lain, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang membuat perjanjian. Dimana hal ini meliputi syarat 1 dan syarat 2 dalam
pasal 1320 KUHPerdata yaitu, kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya dan kecakapan pihak yang membuat perjanjian.
20
Prof. DR. Mariam Darus, S.H., op.cit. hal.98
Universitas Sumatera Utara
2. Syarat Objektif adalah suatu syarat yang menyangkut pada objek perjanjian
itu. Dimana hal ini meliputi syarat 3 dan syarat 4 dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal yang
menyangkut perjanjian.
Kalau dengan syarat subjektif, jika suatu syarat tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum pasal 1446 KUH Perdata, artinya dari
semula tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan
suatu perikatan hukum adalah gagal. Dengan demikian tidak ada dasar untuk saling menuntut di depan hakim.
21
Sedangkan syarat-syarat objektif tidak dipenuhi, maka perjanjiannya tidak batal demi hukum, tetapi dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan
pihak yang tidak cakap atau yang memberikan kesepakatan secara tidak bebas pasal 1321 KUH Perdata. Hak untuk meminta pembatalan perjanjian
ini dibatasi dalam jangka waktu 5 lima tahun pasal 1454 KUHPerdata. Jadi perjanjian yang telah dibuat itu mengikat juga selama tidak dibatalkan
oleh hakim, atas pihak yang berhak meminta pembatalan tadi.
22
C. Jenis-jenis perjanjian