2. Syarat Objektif adalah suatu syarat yang menyangkut pada objek perjanjian
itu. Dimana hal ini meliputi syarat 3 dan syarat 4 dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal yang
menyangkut perjanjian.
Kalau dengan syarat subjektif, jika suatu syarat tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum pasal 1446 KUH Perdata, artinya dari
semula tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan
suatu perikatan hukum adalah gagal. Dengan demikian tidak ada dasar untuk saling menuntut di depan hakim.
21
Sedangkan syarat-syarat objektif tidak dipenuhi, maka perjanjiannya tidak batal demi hukum, tetapi dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan
pihak yang tidak cakap atau yang memberikan kesepakatan secara tidak bebas pasal 1321 KUH Perdata. Hak untuk meminta pembatalan perjanjian
ini dibatasi dalam jangka waktu 5 lima tahun pasal 1454 KUHPerdata. Jadi perjanjian yang telah dibuat itu mengikat juga selama tidak dibatalkan
oleh hakim, atas pihak yang berhak meminta pembatalan tadi.
22
C. Jenis-jenis perjanjian
Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan
21
Prof. R.Subekti, S.H., op.cit. hal.20..
22
Ibid. hal.21
Universitas Sumatera Utara
sesuatu. Apabila ditinjau dari segi prestasinya, maka perjanjian dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
23
1. Perjanjian untuk memberikanmenyerahkan suatu barang;
2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu;
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.
Perjanjian macam pertama, misalnya: jual beli, tukar-menukar, sewa- menyewa, penghibahan pemberian. Perjanjian macam kedua, misalnya:
perjanjian untuk membuat suatu lukisan, perjanjian perburuhan, perjanjian untuk membuat garasi rumah. Dan perjanjian macam ketiga, misalnya: perjanjian
untuk tidak mendirikan tembok, perjanjian untuk tidak mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan seorang lainnya.
Akan tetapi disamping pembagian diatas, perjanjian dapat lagi dibagi apabila ditinjau dari segi isi dan subjek daripada prestasinya perjanjian
tersebut dibuat. Beberapa jenis perjanjian yaitu :
24
1. Perjanjian Positif dan Negatif.
Perjanjian positif dan negatif ini adalah pembagian perjanjian ditinjau dari segi “isi” prestasi yang harus dilaksanakan. Suatu perjanjian disebut positif
apabila pelaksanaan prestasi yang dimaksudkan dalam isi perjanjian merupakan tindakan positif, baik berupa memberimenyerahkan sesuatu barang atau
melakukan sesuatu perbuatan te doen.
23
Ibid. hal.36.
24
M.Yahya Harahap, S.H., op.cit, hal.34.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan sesuatu perjanjian disebut negatif, apabila prestasi yang menjadi maksud perjanjian merupakan sesuatu tindakan negatif atau persetujuan
yang berupa tidak melakukan sesuatu niet te doen.
2. Perjanjian Sepintas Lalu dan Yang Berlangsung Terus.
Disebut perjanjian sepintas lalu, apabila pemenuhan prestasi berlangsung sekaligus dalam waktu yang singkat dan dengan demikian perjanjian pun berakhir.
Yang paling jelas dalam contoh perjanjian ini adalah perjanjian jual beli, yaitu perjanjian akan berakhir sekejap setelah barang yang dibeli diserahkan dan harga
disetujui telah dibayar. Lain halnya dengan perjanjian yang berlangsung terus, dimana kewajiban
pemenuhan dan pelaksanaan prestasi berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Sebagai contoh, misalnya perjanjian perjanjian kerja. Kewajiban prestasi yang
berlangsung lama sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.
3. Perjanjian Alternatif Alternatieve Verbintenis.
Penggolongan perjanjian alternatif ini didasarkan pada segi isi dan maksud perjanjian maupun dari segi subjek. Dalam perjanjian alternatif, debitur dalam
memenuhi kewajibannya melaksanakan prestasi, dapat memilih salah satu di antara prestasi yang telah ditentukan. Hal yang memudahkan kita mengetahui
apakah suatu perjanjian bersifat alternatif, apabila dalam perjanjian itu terselip pengertian “atau”.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perjanjian ini, debitur tidak dapat memaksa kreditur untuk menerima prestasi dari satu bahagian dan selebihnya dari bahagian lain, jika hal
itu tidak ditentukan secara tegas dalam perjanjian.
4. Perjanjian Kumultatif atau Konjungtif.
Kalau dalam alternatif debitur diberi kebebasan memilih prestasi mana yang akan dipenuhinya, maka di dalam perjanjian kumultatif, prestasi yang
dibebankan terhadap debitur terdiri dari bermacam-macam jenis dan prestasi tersebut dibebankan sekaligus. Oleh karena itu perjanjian kumultatif berbeda
dengan perjanjian alternatif. Memang di dalam perjanjian alternatif ditentukan beberapa prestasi, tetapi debitur dapat memilih atau terserah satu saja
yang dilaksanakannya.
5. Perjanjian Fakultatif.
Perjanjian Fakultatif berbeda dengan perjanjian alternatif dan perjanjian kumultatif. Kalau dalam perjanjian alternatif debitur diberi hak bebas memilih
prestasi yang hendak dilaksanakannya, maka perjanjian fakultatif hanya mempunyai satu objek prestasi. Di dalam perjanjian fakultatif, debitur
mempunyai hak untuk mengganti prestasi yang telah ditentukan dengan prestasi lain, apabila debitur tidak mungkin menyerahkan prestasi yang
telah ditentukan semula. Dengan demikian, dalam perjanjian ini seolah-olah ada prestasi “primair”
dan “subsidair”. Jika yang primair tidak mungkin dilaksanakan debitur, dia
Universitas Sumatera Utara
dapat menggantinya dengan prestasi subsidair. Sebagai contoh, debitur diwajibkan menyerahkan rumah. Akan tetapi bila penyerahan tidak mungkin,
prestasi itu dapat digantinya dengan sejumlah uang. Dengan penyerahan uang sebagai pengganti, berarti debitur telah melaksanakan prestasi dengan
sempurna.
6. Perjanjian Generik dan Perjanjian Spesifik.
Perjanjian Generik ialah perjanjian yang hanya menentukan jenis dan jumlah atau bendabarang yang harus diserahkan debitur seperti yang diatur dalam
pasal 1392 KUHPerdata. Sesuai dengan ketentuan pasal tersebut, pada perjanjian generik debitur dalam memenuhi kewajibannya guna membebaskan dirinya atas
pemenuhan prestasi, tidak berkewajiban untuk menyerahkan yang terbaik. Tetapi sebaliknya, debitur tak boleh pula menyerahkan jenis yang terburuk.
Lain halnya dengan perjanjian spesifik pasal 1391 yang ditentukan ialah hanya ciri-ciri khusus yang menjadi objek perjanjian, sehingga jelaslah perbedaan
yang dapat dilihat dari perjanjian generik yang lebih cenderung ke jenis benda objek perjanjian dan perjanjian spesifik yang lebih mengarah ke ciri-ciri khusus
dari bendanya.
7. Perjanjian Yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi.
Suatu perjanjian dapat dibagi adalah perjanjian yang prestasinya dapat dibagi, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakikat prestasi itu. Sedangkan
perjanjian yang tidak dapat dibagi adalah perjanjian yang prestasinya tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
dibagi. Soal dapat tidak dapat dibaginya prestasi itu tergantung pada sifat barang yang tersangkut di dalamnya, tetapi juga dapat disimpulkan dari maksudnya
perjanjian itu. Atau, kriteria untuk membedakannya ialah apakah suatu perikatan itu ditinjau dari segi pengertian hukum dapat dibagi atau tidak.
25
8. Perjanjian Tanggung-menanggung.
Perjanjian Tanggung-menanggung merupakan perjanjian yang lazim disebut dengan perjanjian tanggung renteng. Perjanjian Tanggung-menanggung
adalah suatu perjanjian dimana debitur danatau kreditur terdiri dari beberapa orang. Perjanjian tanggung-menanggung diatur dalam Pasal 1749 dan 1836
KUHPerdata, serta Pasal 18 KUHDagang.
26
Jika debiturnya terdiri dari beberapa orang maka tiap-tiap debitur dapat dituntut untuk memenuhi seluruh prestasi. Sedangkan jika krediturnya terdiri
dari beberapa orang, maka tiap-tiap kreditur berhak menuntut pemenuhan seluruh prestasi. Dengan dipenuhinya prestasi oleh salah seorang debitur
kepada kreditur, perjanjian menjadi hapus.
27
9. Perjanjian Pokok dan Tambahan.
Perjanjian pokok adalah perjanjian antara debitur dan kreditur yang berdiri sendiri tanpa bergantung kepada adanya perikatan yang lain, misalnya perjanjian
peminjaman uang.
25
Prof. DR. Mariam Darus, S.H., op.cit. hal.70.
26
Lihat pasal 1749, 1836 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
27
H.Riduan Syahrani, S.H.,op.cit. hal.216.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan perjanjian tambahan adalah perjanjian antara debitur dan kreditur yang diadakan sebagai perjanjian tambahan daripada perjanjian
pokok, misalnya perjanjian gadai dan hipotik. Perjanjian tambahan ini tidak akan dapat berdiri sendiri, tetapi bergantung pada perjanjian pokok, sehingga
apabila perjanjian pokok berakhir, maka perjanjian tambahan ikut berakhir pula.
28
10. Perjanjian Bersyarat.
Perjanjian bersyarat adalah perjanjian yang lahirnya maupun berakhirnya digantungkan kepada suatu peristiwa yang belum dan tidak tentu akan
terjadi. Apabila suatu perjanjian yang lahirnya digantungkan pada terjadinya peristiwa itu dinamakan perjanjian dengan syarat tangguh. Misalnya, A berjanji
memberikan buku-bukunya kepada si B kalau ia lulus ujian. Sedangkan apabila suatu perjanjian yang sudah ada yang berakhirnya
digantungkan pada peristiwa itu dinamakan perjanjian dengan syarat batal. Misalnya, perjanjian sewa-menyewa rumah antara A dan B yang sekarang sudah
ada dijanjikan akan berakhir kalau A dipindahkan ke kota lain.
11. Perjanjian Dengan Ancaman Hukuman.
Menurut Pasal 1304 KUHPerdata menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ancaman hukuman adalah suatu ketentuan yang sedemikian rupa dengan
28
Ibid. hal.216.
Universitas Sumatera Utara
mana seorang untuk jaminan pelaksanaan suatu perjanjian diwajibkan melakukan sesuatu manakala perjanjian itu tidak dipenuhi.
29
Maksud dari ancaman hukuman itu adalah : untuk memastikan agar perjanjian itu benar-benar dipenuhi dan untuk menetapkan jumlah ganti rugi
tertentu apabila terjadi wanprestasi, serta untuk menghindari pertengkaran tentang hal itu.
30
Janji ancaman hukuman bersifat accesoir, karena teragantung pada perjanjian pokoknya.
D. Subjek dan Sifat Perjanjian