atau eksekusi atas barang, daripada kreditur-kreditur yang lain-lain dari penjual. Dengan demikian pembeli berhak menuntut pembebasan beban-beban yang
terletak pada barang-barang tidak bergerak yang dibelinya dari kreditur-kreditur penjual yang lain.
Demikianlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari penjual dan pembeli dalam hal perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali. Dari uraian
tersebut dapat dilihat bahwa pada dasarnya hak dan kewajiban para pihak baik penjual maupun pembeli dalam hal perjanjian jual beli dengan hak
membeli kembali adalah sama dengan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian jual beli.
Hanya saja dalam perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali ini ada sedikit nilai tambahnya, yaitu hak penjual untuk membeli kembali dalam
jangka waktu tertentu yang diadakan dengan suatu perjanjian. Apabila penjual tidak mempergunakan haknya tersebut dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, maka pembeli menjadi pemilik mutlak atas objek jual beli dengan hak membeli kembali itu.
D. Berakhirnya Perjanjian Jual Beli Dengan Hak Membeli Kembali
Apabila suatu perjanjian sudah dilaksanakan, maka tercapailah tujuan dari perjanjian itu. Dengan tercapainya tujuan perjanjian tersebut maka berakibat
hapusnya perjanjian itu, artinya akan berhentilah adanya hubungan hukum yang dinamakan dengan perjanjian. Dan dengan hapusnya suatu perjanjian
Universitas Sumatera Utara
maka akan menghapus semua pernyataan kehendak yang telah dituangkan oleh pihak-pihak dalam persetujuan.
Jika ditinjau dari segi teoritis, maka hapusnya suatu persetujuan sebagai hubungan hukum antara kreditur dan debitur dengan sedirinya akan
menghapuskan seluruh perjanjian. Umpamanya dalam suatu perjanjian jual beli, apabila para pihak menyatakan persetujuan jual beli tadi dibatalkan
maka dengan sendirinya perjanjian jual beli akan hapus dan pihak-pihak kembali pada keadaan semula, seolah-olah diantara pihak tidak pernah terjadi
apa-apa. Akan tetapi dengan hapusnya perjanjian belum tentu dengan sendirinya mengakibatkan hapusnya persetujuan, tetapi dengan hapusnya
perjanjian, persetujuan yang bersangkutan tidak lagi mempunyai kekuatan pelaksanaan sebab dengan hapusnya perjanjian berarti pelaksanaan persetujuan
telah dipenuhi debitur. Dalam hal perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali, dimana
perjanjian tersebut dapat berakhir apabila : 1.
Dilakukan pembayaran oleh pihak yang berkepentingan. Pasal 1382 KUHPerdata mengatakan bahwa pembayaran dapat dilakukan
oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan dalam hal pembayaran itu serta dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga, dalam hal ini bertindak atas nama
orang yang berkepentingan tersebut. Jadi pembayaran disini dilakukan oleh pihak yang berkepentingan, yaitu
si penjual pemilik semula yang mempunyai hak untuk membeli kembali barangnya yang telah dijual tersebut, dengan mengembalikan harga pembelian
Universitas Sumatera Utara
semula kepada pembeli dengan jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sebelumnya.
Di samping pengembalian harga semula, pembayaran dalam jual beli dengan hak membeli kembali juga meliputi adanya penggantian biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh pembeli untuk menyelenggarakan pembelian serta penyerahan barang tersebut, ataupun segala biaya yang dikeluarkan oleh
pembeli yang berupa pembetulan-pembetulan yang menyebabkan barang yang dijual itu bertambah harganya pasal 1488 jo 1532 KUHPerdata.
Dengan telah dilunasinya segala biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak penjual, maka tindakan tersebut harus diimbangi oleh pembeli dengan
menyerahkan kembali barang yang telah dibelinya tersebut kepada penjual. Maka sejak saat itu perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali
berakhir. Dengan dipenuhinya syarat hak membeli kembali oleh penjual, dengan sendirinya perjanjian mempunyai kekuatan untuk kembali kepada
keadaan semula sebelum perjanjian jual beli terjadi. Dapat dilihat bahwa dalam hal perjanjian jual beli dengan hak membeli
kembali ini, maka sebenarnya perjanjian tersebut merupakan suatu perjanjian dimana pihak penjual diberikan kekuasaan untuk secara sepihak dan di luar
hakim membatalkan perjanjiannya dan menuntut kembali barangnya sebagai miliknya. Daya kekuatan membatalkan ini juga berlaku terhadap pihak ketiga
dalam hal benda tak bergerak.
Universitas Sumatera Utara
2. Daluwarsa.
Yang dimaksud dengan daluwarsa ialah apabila pihak penjual tidak menggunakan haknya untuk membeli kembali selama jangka waktu yang
telah ditentukan. Dalam pasal 1521 KUHPerdata diatur bahwa apabila si penjual lalai
memajukan tuntutan untuk membeli kembali barang yang telah dijualnya kepada si pembeli dalam tenggang waktu yang telah ditentukan maksimum
5 tahun, maka tetaplah si pembeli sebagai pemilik barang yang telah dibelinya. Selanjutnya dalam pasal 1524 KUHPerdata dikatakan bahwa
barang siapa membeli dengan janji membeli kembali, menggantikan segala hak-hak dari penjualnya, ia dapat menggunakan daluwarsa baik terhadap si
pemilik atau lain-lain hak atas barang yang dijualnya. Jadi apabila jangka waktu telah dilampaui daluwarsa, maka akan
memberikan hak sepenuhnya atas benda kepada pembeli. “Pengadilan berpendapat bahwa hak milik yang diperoleh pembeli harus dikuatkan
dengan putusan hakim. Walaupun di dalam perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali, waktu untuk menebus barang tersebut telah lewat
padahal si peminjam uang tidak menebus kembali barang itu, namun kreditur tidak secara otomatis menjadi pemilik barang-barang yang dijamin
dalam perjanjian tersebut”.
49
49
H. Ny.Basrah, S.H., op.cit. hal.56.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembatalan oleh hakim.
Apabila salah satu pihak dalam perjanjian tersebut merasa dirugikan dan mengajukan tuntutan pembatalan perjanjian di muka hakim. Hakim
dalam putusannya dapat membatalkan perjanjian itu apabila dibuat dengan suatu sebab yang terlarang, yaitu apabila dilarang oleh undang-
undang, ataupun apabila berlawanan dengan kesusilaan baik serta ketertiban umum.
Sebab yang dilarang oleh undang-undang yaitu apabila perjanjian itu dibuat dengan paksaan, kekhilafan atau penipuan dapat menerbitkan
suatu tuntutan
untuk membatalkannya
pasal 1449
KUHPerdata. Hakim berwenang untuk meneliti dan menentukan apakah para pihak
berada dalam keadaan seimbang atau tidak, apabila jika ternyata salah satu kedudukan para pihak tidak seimbang maka hal itu adalah merupakan
perjanjian sepihak.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI