Gambar 2.18 menunjukkan contoh jaringan Cross Coonnect Wavelength 2 x 2 dimana routing port outputnya ditentukan oleh Input wavelength tertentu dan
input port tertentu pula. Dua buah Wavelength DEMUX masing-masing menerima input 2 wavelength
λA dan λB. Masing-masing wavelength ditransmisikan ke dua wavelength Mux yang berbeda [3].
2.3.3 Shifting Wavelength Active
Berbeda dengan routing passive yang dibatasi pada kondisi jaringan statis, pada shifting wavelength active sifatnya dinamis dapat menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi pada kondisi jaringan. Hal ini berarti bahwa perubahan routing tergantung pada wavelength dan link yang ada. Konsep jaringan ini
memerlukan shifting wavelength active. Pada Gambar 2.20 diperlihatkan 2 LAN kecil dihubungkan ke suatu WAN yang lebih besar dimana setiap LAN hanya
dapat mentransmisikan melalui Node-II ke Node-I, yaitu
a
λ dan
b
λ . Node-I ingin berhubungan dengan Node-II. Apabila Node-I ingin mentransmit, maka
wavelength yang dapat digunakan hanya
a
λ . Karenanya, jika sinyal muncul pada LAN kanan, hal ini akan revealed bahwa
a
λ sudah digunakan oleh LAN kanan. Berarti, hanya ada satu cara bagi sinyal yang akan muncul di Node-II, yaitu
dengan mengaktifkan switch ke
b
λ yang dapat digunakan [3]. Gambar 2.19 Active Wavelength Switching di dalam satu WAN dinamis, 2
jaringan LAN yang lebih dapat saling berhubungan hanya dengan menggunakan sepasang wavelength yang terbatas yaitu
λa dan λb [3]. a.
Pada Ring A : untuk komunikasi digunakan λb.
b. Pada Ring B : untuk komunikasi digunakan
λa.
Gambar 2.19 Active Wavelength Switching di dalam suatu WAN dinamis
Universitas Sumatera Utara
Untuk komunikasi antara Ring A dan Ring B, dari Ring A sampai Wavelength Router menggunakan
λa. Pada Wavelength Router panjang gelombang dihubungkan dari
λa ke λb. λb dari Wavelength Router diteruskan ke Ring B. LAN lainnya yang membutuhkan switching wavelength aktif adalah suatu
kondisi dimana satu set wavelength yang digunakan secara eklusif oleh antar LAN. Wavelength yang digunakan di dalam suatu LAN dapat digunakan lagi oleh
suatu LAN yang lainnya, selama diantara wavelength tersebut tidak saling mengganggu interference [3].
Gambar 2.20 Jaringan Wide Area Network WAN
Gambar 2.20 menunjukkan jaringan Wide Area Network WAN dimana beberapa jaringan LAN A –B –C –D saling dihubungkan. Satu set Wavelength
Lokal yang dapat digunakan lagi oleh tiap-tiap LAN dan satu set Wavelength Global yang digunakan untuk menghubungkan antar LAN. Penggeseran satu
panjang gelombang ke panjang gelombang yang lainnya merupakan pekerjaan yang sangat sulit di dalam suatu jaringan. Satu metode untuk membentuk
switching panjang gelombang aktif adalah dengan menggunakan optoelectronic penggeser panjang gelombang. Metode ini membutuhkan pengubah
optoelectronic dan akan menyebabkan suatu kejadian dimana kecepatan optoelectronic menjadi leher botol. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
jalan digunakannya all-optical active wavelength shifting yang bekerja pada kecepatan tinggi. All-optical disini berarti bahwa semua penggeser panjang
gelombang shifter harus optical murni misalnya tidak menggunakan pengubah optoelectronic data optik. Dalam hal ini ada beberapa metode untuk all-optical
Universitas Sumatera Utara
wavelength shifting dimana setiap methode mempunyai keuntungan dan kerugian [3].
Gambar 2.21 Jaringan Multihop 8 node dengan dual-rail DWDM bus
Gambar 2.21 menunjukkan suatu jaringan multihop dengan 8 node yang menggunakan bus WDM dual-rail, Node-1 berhubungan dengan Node-5
λ1 dan Node-1 berhubungan dengan Node-2
λ1 dan λ10 melalui Node-5 dimana masing-masing node dapat bekerja dengan 2 pasang wavelength yang berbeda
kombinasi λ1 sd λ16. Semua node dapat saling berhubungan. Node-1
berhubungan dengan Node-5 menggunakan λ1. Node-2 melalui Node-5 dengan
menggunakan λ10 [3].
2.4 Sistem Proteksi