e. Node-5 berhubungan dengan Node-1 menggunakan
λ9, dan dengan Node -2 menggunakan
λ10. f.
Node-6 berhubungan dengan Node-3 menggunakan λ11, dan dengan Node -4
menggunakan λ12.
g. Node-7 berhubungan dengan Node-1 menggunakan
λ13, dan dengan Node -2 menggunakan
λ14. h.
Node-8 berhubungan dengan Node-3 menggunakan λ15, dan dengan Node -4
menggunakan λ16.
2.3.2 Routing Wavelength Passive
Dalam hal jumlah wavelength available yang kita miliki terbatas maka jaringan dapat menggunakan routing passive untuk melalukan suatu sinyal pada
jaringan yang hanya berbasis pada panjang gelombangnya sendiri. Routing didesain dengan jalan menggunakan kembali wavelength pada link-link lainnya
non-shared links. Dapat dilihat pada Gambar 2.17, dimana user I dapat menggunakan panjang gelombang
λ1 untuk berhubungan dengan user II dan secara bersamaan user V dapat menggunakan kembali panjang gelombang yang
sama, λ1, untuk komunikasi dengan user III. Fungsi ini sesuai dengan prinsip
cross-connect, dimana route sinyal input pada suatu wavelength menentukan output sinyal. Operasi cross-connect DWDM passive dapat dilihat pada Gambar
2.18 [3]. Cross-connect terdiri dari:
a. Demultiplex Wavelength untuk arah sinyal masuk
b. Multiplexer Wavelength untuk sinyal arah keluar
c. Fiber yang menghubungkan tingkat input dan output
Walaupun hanya ada 2 wavelength namun terdapat 4 kemungkinan path routing tanpa saling mengganggu yang berdasar kepada wavelength dan
transmitternya origin. Pada umumnya, N wavelength untuk N kemungkinan koneksi path tetapi sekarang N wavelength untuk N
2
koneksi path. Panjang gelombang yang sama dapat digunakan kembali oleh setiap port input untuk akses
ke port output yang sama sekali berbeda dan menentukan penambahan koneksi. Teknik ini mengingkatkan kapasitas dari jaringan DWDM.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.17 Jaringan yang dilengkapi dengan wavelength reuse dengan routing wavelength passive
Gambar 2.17 menunjukkan suatu jaringan yang dilengkapi dengan wavelength reuse dengan routing wavelength passive yaitu routing tanpa terjadi
perubahan wavelength [3]. a.
User Node-1 berhubungan dengan User Node-2 menggunakan λ1 dan dengan
User Node -5 menggunakan λ3.
b. User Node-2 berhubungan dengan User Node-1 menggunakan
λ1 dan dengan User Node -4 menggunakan
λ2. c.
User Node-3 berhubungan dengan User Node-5 menggunakan λ1.
d. User Node-4 berhubungan dengan User Node-2 menggunakan
λ2. e.
User Node-5 berhubungan dengan User Node-1 menggunakan λ3 dan dengan
User Node -3 menggunakan λ1.
Gambar 2.18 Cross-Connect Wavelength 2x2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.18 menunjukkan contoh jaringan Cross Coonnect Wavelength 2 x 2 dimana routing port outputnya ditentukan oleh Input wavelength tertentu dan
input port tertentu pula. Dua buah Wavelength DEMUX masing-masing menerima input 2 wavelength
λA dan λB. Masing-masing wavelength ditransmisikan ke dua wavelength Mux yang berbeda [3].
2.3.3 Shifting Wavelength Active