Penyusunan Naskah Akademik Pengembangan dan Pengelolaan Perfilman Jawa Tengah
2015
BAB 1 - PENDAHULUAN 11
C. Tujuan dan Kegunaan Naskah Akademik
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
mengatur ketentuan bahwa naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam
rancangan peraturan daerah provinsi sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat level propinsi.
Berdasarkan definisi tersebut tujuan naskah akademik adalah suatu pengkajian terhadap suatu masalah untuk menemukan solusi atas
masalah tersebut. Solusi tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah. Artinya tepat bahwa
naskah akademik yang di susun ini adalah rangkaian agenda membangun
konstruksi berfikir
bahwa peraturan
daerah pembangunan dan pemberdayaan perfilman daerah menjadi semakin
penting bagi masyarakat, khususnya masyarakat perfilman di Jateng. Secara substanstif, penulisan naskah akademik ini dimaksudkan
untuk memberikan justifikasi akademik atas penyusunan raperda pengembangan dan pengelolaan perfilman daerah, yang tujuannya
adalah:
Penyusunan Naskah Akademis Pengembangan dan Pengelolaan Perfilman Jawa Tengah
2015
BAB 1 - PENDAHULUAN 12
1. Sebagai dasar ilmiah penyusunan kebijakan Perda Pengembangan
dan Pengelolaan Perfilman Provinsi Jateng yang berlandaskan pada kepribadian masyarakat dan kearifan lokal.
2. Sebagai bandul penyeimbang untuk mendorong pembentukan
perda yang partisipatif, baik dari sisi fungsi pengembangan dan pengelolaan perfilman, perkembangan industri film maupun fungsi
pengawasan pada saat produksi film sampai pemutaran. 3.
Melakukan analisis akademik mengenai berbagai aspek dari Perda Pengembangan dan Pengelolaan Perfilman Daerah yang hendak
dirancang dengan melakukan pengkajian secara mendalam mengenai dasar-dasar yuridis, filosofis dan sosiologis, dan
komitmen politik politik hukum. 4.
Mengkaji taraf harmonisasi dan sinkronisasi peraturan daerah yang hendak dirancang dengan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan, baik pada level di atasnya maupun pada level yang setara. Sehingga dikemudian hari tidak terjadi permasalahan yang
berkaitan dengan substansi dan proses pembentukan Perda tersebut misalnya bertentangan dengan Peraturan yang lebih
tinggi atau prosesnya yang tidak sesuai dengan pedoman penyusunan Perda.
5. Sebagai wahana yang memuat materi muatan yang di dalamnya
dilengkapi cakupan materi, urgensi, konsepsi, landasan, alas hukum, prinsip-prinsip yang digunakan serta pemikiran tentang