Penyusunan Naskah Akademik Pengembangan dan Pengelolaan Perfilman Jawa Tengah
2015
BAB 1 - PENDAHULUAN 3
Bantal, Pasir Berbisik, Laskar Pelangi, Modus Anomali, The Witness, Lovely
Man, dan
Denias Senandung
di Atas
Awan http:www.pusakaindonesia.org. Di wilayah Jawa Tengah Jateng
juga muncul film-film terbaik, misalnya di Purbalingga sudah ada film yg terkenal yatu
“langka rence”, selain itu banyak karya lainnya yang telah mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional.
Pada sisi yang lain, peranan pemerintah dalam bidang perfilman di Indonesia sangat besar, namun kondisi ini belum terkelola dengan
baik dan maksimal. Peranan ini dimulai dari tahapan inisiasi kebijakan dan peningkatan kualitas produksi
– pertunjukan – promosi – pendistribusian - pengawasan perlindungan, serta peningkatan
kualitas SDM bagi insan perfilman. Realitasnya masih belum terciptanya kesamaan pemahaman seluruh pemangku kepentingan
yang berkaitan dengan bidang perfilman, sehingga harus diakui bahwa peranan pemerintah yang besar tidak di dukung oleh
kebijakan dan political will yang baik. Artinya, saat ini kondisi perfilman di Indonesia dan khususnya di Jateng kurang diperhatikan
oleh Pemerintah baik Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten Kota. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2009 Tentang Perfilman, Pasal 54 menyebutkan bahwa pemerintah daerah berkewajiban:
a. memfasilitasi pengembangan dan kemajuan perfilman;
b. memberikan bantuan pembiayaan apresiasi dan pengarsipan film;
Penyusunan Naskah Akademis Pengembangan dan Pengelolaan Perfilman Jawa Tengah
2015
BAB 1 - PENDAHULUAN 4
c. memfasilitasi pembuatan film untuk pemenuhan ketersediaan film
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32; dan d.
memfasilitasi pembuatan film dokumenter tentang warisan budaya bangsa di daerahnya.
Selain itu, pemerintah daerah memiliki tugas sesuai dengan Pasal 55:
a. melaksanakan kebijakan dan rencana induk perfilman nasional;
b. menetapkan serta melaksanakan kebijakan dan rencana perfilman
daerah; dan c.
menyediakan sarana dan prasarana untuk pengembangan dan kemajuan perfilman.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut pemerintah daerah memiliki kewajiban dan tugas untuk memfasilitasi segala kegiatan
perfilman di daerah untuk menunjang ekonomi di daerah. Selain itu, pemerintah daerah berwenang menetapkan serta melaksanakan
kebijakan dan rencana perfilman daerah. Pemerintah daerah harus memposisikan
diri lebih
sebagai fasilitator
bagi pendorong
perkembangan film yang merupakan ekspresi kreatifitas anak bangsa, karena selama ini pemerintah daerah dirasakan kurang
serius mendorong perfilman nasional terutama perfilman di daerah. Adapun pembinaan dari pemerintah tidak berjalan maksimal baik dari
fasilitas, anggaran, dan koordinasi karena pembuatan film dilakukan