Śrīwijaya URAIAN MATERI 1. Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia
                                                                                33
Sanna. Ia adalah seorang raja gagah berani yang telah menaklukkan raja-raja di sekelilingnya dan raja yang ahli dalam kitab-kitab suci.
Mendirikan  lingga  adalah  lambang  mendirikan  atau  membangun  kembali suatu kerajaan. Sanjaya memang dianggap Wamçakarta kerajaan Mataram. Hal
ini juga terlihat dari prasasti para raja yang menggantikannya, misal prasasti dari Balitung  yang  memuat  silsilah  yang  berpangkal  dari  Rakai  Mataram  Sang  Ratu
Sanjaya. Bahkan ada pula prasasti yang menggunakan tarikh Sanjaya. Kecuali  prasasti  Canggal  tidak  ada  prasasti  lain  dari  Sanjaya,  yang  ada
ialah  prasasti-prasasti  dari  keluarga  raja  lain  yaitu  Syailendrawangsa.  Istilah Syailendrawangsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan tahun 700 S
778 M. Prasasti ini ditulis dengan huruf pra-nagari dan berbahasa sansekerta. Isinya adalah pendirian bangunan suci bagi Dewi Tarā dan sebua biara bagi para
pendeta  oleh  Maharaja  Tejahpurna  Panaŋkaran.  Bangunan  tersebut  adalah Candi Kalasan di Yogyakarta. Rupa-rupanya keluarga Sanjaya ini terdesak oleh
para Syailendra, tetapi masih mempunyai kekuasaan di sebagian Jawa Tengah. Meskipun  demikian  masih  ada  kerjasama  antara  keluarga  Sanjaya  dan
Syailendra Soekatno, 2010. Tejahpurna  Panaŋkaran  adalah  Rakai  Panaŋkaran,  pengganti  Sanjaya,
seperti  nyata  dari  prasasti  Mantiyasih  yang  dikeluarkan  raja  Balitung  tahun  907 M. Prasasti ini bahkan memuat silsilah raja-raja yang mendahului Balitung yang
bunyinya sebagai berikut: Rahyangta rumuhun ri Mdang ri Poh Pitu,
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, Çri Maharaja Rakai Panangkaran,
Çri Maharaja Rakai Panunggalan, Çri Maharaja Rakai Warak,
Çri Maharaja Rakai Garung, Çri Maharaja Rakai Pikatan,
Çri Maharaja Rakai Kayuwangi, Çri Maharaja Rakai Watuhumalang,
Çri Maharaja Rakai Watukuro Dyah Balitung Dharmodaya Mahaçambu. Jelaslah  bahwa  pemerintaha  Sanjayawangsa  berlangsung  terus  di
samping  pemerintahan  Syailendrawangsa.  Keluarga  Sanjaya  beragama  Hindu memuja Siwa dan keluarga Syailendra beragama Buddha Mahayana yang sudah
34
cenderung  kepada  Tantrayana.  Demikian  juga  ada  kecenderungan  candi-candi dari  abad  VIII  dan  IX  yang  ada  di  Jawa  Tengah  bagian  utara  bersifat  Hindu
Candi  Dieng,  Gedongsongo,  sedangkan  yang  ada  di  Jawa  Tengah  bagian selatan  bersifat  Buddha  candi  Kalasan,  Borobudur,  maka  daerah  kekuasaan
keluarga  Sanjaya  adalah  bagian  utara  Jawa  Tengah  dan  Syailendra  adalah bagian selatan Jawa Tengah Soekmono, 1985.
Pada  pertengahan  abad  IX  kedua  wangsa  ini  bersatu  melalui  perkawinan Rakai Pikatan dan Pramodawardani, raja puteri dari keluarga Syailendra. Dalam
masa  pemerintahan  Syailendra  banyak  bangunan  suci  didirikan  untuk memuliakan  agama  Buddha,  antara  lain  candi  Kalasan,  Sewu,  dan  Borobudur.
Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya telah pula mendirikan bangunan suci agama Hindu seperti candi Loro Jonggrang di Prambanan.
Mengenai wangsa raja-raja yang berkuasa di kerajaan Mataram ini terdapat dua  pendapat  yang  berbeda.  Casparis  1956  berpendapat  bahwa  sejak
pertengahan abad VIII ada 2 wangsa raja yang berkuasa yaitu wangsa Sanjaya yang  beragama  Siwa  dan  para  pendatang  baru  dari  Funan  yang  menamakan
dirinya  wangsa  Syailendra  yang  beragama  Buddha  Mahayana.  Pendapat Casparis  tersebut  ditentang  oleh  Poerbatjaraka.  Menurut  Poerbatjaraka  1956,
hanya  ada  satu  wangsa  saja  yaitu  wangsa  Syailendra  yang  merupakan  orang Indonesia  asli  dan  anggota-anggotanya  semula  menganut  agama  Siwa,  tetapi
sejak  pemerintahan  Rakai  Panangkaran  menjadi  penganut  agama  Buddha Mahayana,  untuk  kemudian  pindah  lagi  menjadi  penganut  agama  Siwa  sejak
pemerintahan Rakai Pikatan. Pengganti  Pikatan  adalah  Rakai  Kayuwangi  yang  memerintah  tahun  856-
886  M.  Pengganti  Kayuwangi  adalah  Watuhumalang  yang  memerintah  tahun 886-898  M.  Kemudian  menyusullah  raja  Balitung  Rakai  Watukura  yang
memerintah  tahun  898-910  M.  Prasastinya  terdapat  di  Jawa  Tengah  dan  Jawa Timur,  sehingga  dapat  disimpulkan  ia  adalah  raja  pertama  yang  memerintah
kedua bagian pulau Jawa itu, mungkin kerajaan Kanjuruhan di Jawa Timur telah ia  taklukkan,  mengingat  ia  dalam  pemerintahan  di  Jawa  Tengah  ada  sebutan
Rakryan Kanuruhan yaitu salah satu jabatan tinggi langsung di bawah raja. Raja-raja sesudah Balitung adalah Daksa 910-919 M, Tulodong 919-924
M,  kemudian  Wawa  924-929  M.  Sejak  929  M  prasasti  hanya  didapatkan  di
                                            
                