Organisasi-organisasi pada Masa Pergerakan Nasional
58
Pada perkembangannya BU mengalami stagnasi, aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah Goeroe Desa dan beberapa petisi yang
ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kelambanan aktivitas BU disebabkan para pengurus
atau pemimpin mereka berstatus sebagai pegawai atau bekas pegawai pemerintah, sehingga mereka takut bertindak dan lemah dalam gerakan
kebangsaan. Di samping itu, BU kekurangan dana dan pemimpin yang dinamis.
Pada tahun 1912 R.T Tirtokusumo berhenti sebagai ketua digantikan oleh Pangeran Noto Dirodjo, putra dari Paku Alam V yang berusaha
mengejar ketertinggalan organisasi itu dalam aktivitasnya. Ketua baru tidak banyak membawa perubahan. Hasil-hasil yang dicapai antara lain
perbaikan pengajaran di daerah Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, serta mendirikan organisasi dana belajar Darmoworo.
Peran BU semakin memudar seiring berdirinya organsasi yang lebih aktif dan penting bagi pribumi. Beberapa di antaranya bersifat
keagamaan, kebudayaan dan pendidikan serta organisasi yang bersifat politik. Organisasi baru tersebut antara lain: Sarekat Islam, Indische Partij,
dan Muhammadiyah. Dengan munculnya organisasi-organisasi baru tersebut menyebabkan BU mengalami kemunduran. BU tidak bergerak
dalam bidang keagamaan dan politik sehingga anggota yang merasa tidak puas dengan BU keluar dari organisasi itu dan masuk ke organisasi
baru yang dianggap lebih sesuai. Keadaan yang demikian menjadikan BU berubah haluan ke arah
politik. Hal ini dapat dibuktikan dengan peristiwa sebagai berikut: a.
Dalam rapat umum BU di Bandung tanggal 5 dan 6 Agustus 1915 menetapkan mosi, agar dibentuk milisi bagi bangsa Indonesia
namun melalui persetujuan parlemen. Pembentukan milisi berhubungan dengan meletusnya Perang Dunia I tahun 1914.
b. BU menjadi
bagian dalam Komite “Indie Weerbaar” yaitu misi ke Negeri Belanda dalam rangka untuk pertahanan Hindia Belanda.
Meski undang-undang wajib militer atau pembentukan suatu milisi gagal dipenuhi pemerintah Belanda, ternyata parlemen Belanda
menyetujui pembentukan Volksraad Dewan Rakyat sebagai Hindia