Nahdatul Ulama URAIAN MATERI

66 dengan MIAI Majelis Islam A’la Indonesia sebagai bentuk kerja sama antarelemen-elemen Islam untuk menghadapi tantangan dari luar, yaitu ancaman pasukan Jepang yang mulai bersikap ekspansif.

3.6. Perhimpunan Indonesia PI

Kemunculan organisasi di tanah air membuat para pemuda Indonesia yang bermukim di negeri Belanda ingin ikut berperan dengan mendirikan sebuah perkumpulan. Perkumpulan itu dinamakan Indische Vereeniging yang artinya “Perhimpunan Hindia” pada tanggal 25 Oktober 1908 dengan pendirinya antara lain Sutan Kasayangan dan Notosuroto. Pada awalnya organisasi ini tidak bertujuan untuk perjuangan politik namun pada upaya memperhatikan kepenting-an bersama dari penduduk Hindia Belanda yang ada di negeri Belanda. Setelah berakhirnya Perang Dunia I di Eropa, semangat nasionalisme berkembang di kalangan pemimpin Indische Vereeniging. Tujuan organisasi ini adalah: a. Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab terhadap rakyat Indonesia. b. Kemerdekaan harus dicapai oleh orang-orang Indonesia sendiri tanpa bantuan apapun. c. Persatuan nasional harus dipupuk, segala macam perpecahan harus dihindarkan agar tujuan perjuangan segera tercapai. Pada tanggal 1 Maret 1916 diterbitkan majalah “Hindia Putera” yang merupakan alat penghubung para anggota Indische Vereeniging. Pada tahun 1922 nama Indische Vereeniging diubah menjadi “Indonesche Vereeniging” yang berarti Perhimpunan Indonesia. Perubahan ini juga bermakna pada perubahan kegiatan organisasi yang tidak semata –mata bersifat sosial tetapi juga politik. Pada tahun 1924 tujuan dari Perhimpunan Indonesia dengan tegas mencantumkan ”Kemerdekaan Indonesia”. Propaganda tentang kemerdekaan tersebut antara lain melalui majalah “Indonesia Merdeka” yang sebelumnya bernama “Hindia Putera”. Semakin bertambahnya mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di negeri Belanda maka kekuatan PI bertambah besar. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij yang dieksternir ke negeri Belanda pada tahun 1913 seperti Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi Soeryaningrat sangat 67 menguntungkan perkembangan PI. Pada tahun 1925 dibuat anggaran dasar yang baru yang merupakan penegasan yang lebih jelas dari perjuangan PI. Di dalamnya disebutkan bahwa kemerdekaan penuh bagi bangsa Indonesia dapat diperoleh dengan aksi bersama seluruh kaum nasionalis dan berdasarkan kekuatan sendiri. Dalam konggres ke-6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian pada bulan Agustus 1926 di Paris Perancis, Muhammad Hatta yang mewakili PI dengan tegas menyatakan tuntutan untuk kemerdekaan Indonesia. PI juga ikut ambil bagian dalam kongres Anti Kolonial Liga Anti Kolonial pada bulan Pebruari 1927 di Brussel Belgia. Delegasi Indonesia yang dipimpin Muhammad Hatta menuntut agar menghapus kolonialisme di Indonesia serta melepaskan tokoh-tokoh Indonesia yang ditawan. Kegiatan PI di tingkat internasional dianggap merugikan pemerintah Belanda sehingga muncul reaksi keras. Para tokoh PI dituduh telah menghasut untuk melakukan pemberontakan sehingga pada tanggal 10 Juni 1927 empat tokoh PI yaitu Muhammad Hatta, Nazir Pamuncak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdulmajid Joyodiningrat ditahan namun mereka dibebaskan karena tidak adanya bukti yang lengkap berkaitan dengan tuduhan dari pemerintah Belanda. Gerakan PI mempengaruhi organisasi pergerakan di Indonesia sehingga nanti lahir partai-partai atau organisasi yang bersikap radikal terhadap kolonialisme seperti PNI dan lainnya.

3.7 Partai Komunis Indonesia PKI

Pada tanggal 4 Mei 1914 di Semarang berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Social Democratische Vereeniging ISDV. Pendirinya adalah orang Belanda yang berfaham komunis, yaitu H.J.F.M. Sneevliet bersama J.A. Brandsteder, H.W.Dekker dan P. Bergsma. Organisasi ini tidak mendapat sambutan dari rakyat sehingga namanya kemudian diubah menjadi Partai Komunis Hindia tanggal 20 Mei 1920. Kemudian bulan Desember 1920 diubah menjadi Partai Komunis Indonesia PKI oleh Semaun ketua, Darsono wakil ketua, dan Bergsma sekretaris. Untuk menarik minat masyarakat agar mau masuk dalam organisasi ini dilakukan penyusupan ke organisasi-organisasi yang 68 sudah ada, serta melakukan propaganda yang menggunakan ayat-ayat suci Al-Quran. Organisasi ini melakukan kegiatan pemberontakan pada pemerintah Belanda. Namun pemberontakan yang kurang persiapan tersebut dapat dipatahkan Belanda. Pemberontakan PKI tahun 1926- 1927 menyebabkan PKI dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah dan segala bentuk pergerakan ditekan oleh kolonial.

3.8 Partai Nasional Indonesia PNI

Setelah PKI dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial, dirasa perlu adanya organisasi baru untuk menyalurkan aspirasi masyarakat yang sulit ditampung oleh organisasi atau partai politik yang telah ada. Pengambil inisiatif gerakan ini adalah Ir. Sukarno yang pada tahun 1925 mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Perkumpulan ini yang di dalamnya terdapat mantan aktivis Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda yang telah kembali ke Indonesia, menempuh jalan non- kooperasi atau tidak bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah kolonial. Pada tanggal 4 Juli 1927 atas inisiatif Algemeene Studie Club diadakan rapat untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia yang dihadiri oleh Ir. Sukarno, Cipto Mangunkusumo, Sujadi, Iskaq Cokrohadisuryo, Budiarto, dan Sunario. Dalam rapat tersebut, Cipto Mangunkusumo tidak setuju dengan pembentukan partai baru sebab PKI baru saja ditindak oleh pemerintah akibat melakukan pemberontakan. Dalam anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini akan dicapai dengan asas “kepercayaan pada diri sendiri”, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik, bank nasional, perkumpulan koperasi, dan lain-lain. Hal ini berarti sikap PNI adalah non- kooperasi dengan pemerintah Hindia Belanda Notosusanto, 1975: 215. PNI menolak bergabung dengan dewan-dewan yang dibentuk pemerintah seperti Volksraad Dewan Rakyat, Gemeenteraden Dewan-dewan kotapraja, Provincieraden Dewan-dewan propinsi atau