Mau Belajar untuk Menjadi Manusia Berilmu

gerakan penyelamatan dan penghematan energi dunia yang makin terbatas. Hidup sederhana juga membuat kita ikut terlibat dalam menanggulangi Global Warming. Bagi Negara berkembang macam Indonesia, sikap sederhana menjadi sesuatu yang lebih layak daripada bermewah-mewahan. Beberapa tokoh besar, lebih bisa menikmati kesederhanaan. Sebut saja Mahatma Gandi, Hatta, Natsir dan lainnya. Selama ini kesederhanaan diidentikan dengan kemiskinan. Sebenarnya tidak juga. Banyak orang kaya yang punya gaya hidup yang bersahaja dan sederhana. Banyak orang salah mengira dengan berpikir hidup sederhana dan prihatin adalah sebuah keterpaksaan. Hidup sederhana juga belum tentu ujud dari sikap kikir. Hidup sederhana pastinya adalah pilihan untuk bisa hidup lebih nyaman dan santai, bahkan bisa menyatu dengan alam. Kaum Hippies di Amerika Serikat di tahun 1970an, yang dikenal sebagai generasi bunga yang menyuarakan kesederhanaan di tengah modernitas, justru berasal dari kalangan keluarga yang cukup berada. Mereka memilih menjadi Hippies, atau setidaknya separuh Hippies, karena jenuh dengan kehidupan mewah yang membosankan. Hippies tergolong kaum yang dekat dan berusaha mendekatkan diri pada alam. Mereka ikut menjadi penyelamat dunia. Mereka menyuarakan perdamaian dunia, ketika pemimpin dunia yang didukung orang yang suka bermewah-mewahan mendukung peperangan yang saling menghancurkan satu sama lain. 5

F. Mau Belajar untuk Menjadi Manusia Berilmu

Ilmu adalah seseutu yang sangatmembantu kehidupan manusia. Perubahan sejarah juga didukung ilmu pengetahuan. Karenany ilmu pengetahuan begitu dihargai. Menguasai suatu ilmu adalah sebuah kebahagian yang besar manfaatnya dalam hidup. Ilmu, membuat seorang manusia menjadi berharga. Manusia berilmu adalah manusia yang memiliki peran dalam kehidupan. Ilmu pula yang menentukan peradaban dan jalannya sejarah Indonesia Islam adalah salah satu agama yang begitu menghargai ilmu. Nabi Muhamad bahkan pernah bersabda, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.” Islam sendiri pernah dikenal sebagai kaum yang berjasa pada perkembangan Ilmu pengetahuan. Dimana tokoh seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Sina dan lainnya kemudian menjadi legenda ilmu pengetahuan juga. Setelah dikembangkan oleh orang-orang Islam, ilmu pengetahuan itu 5 Ibid. dikembangkan oleh orang-orang Barat lalu muncullah dunia modern. Dan akhirnya ilmu pengetahuan tidak lagi milik barat semata, atau islam semata, melainkan milik dunia. Indonesia membutuhkan manusia-manusia yang berilmu dalam banyak hal. Indonesia membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian dan bukan sekedar orang-orang bermental pegawai. Orang Islam percaya, banyak hal yang harus dilakukan dengan ilmu. Karenanya belajar adalah hal penting. Wajib bagi generasi muda untuk mempelajari sebuah keterampilan maupun mendalami suatu bidang kajian. Bukan rahasia lagi jika dunia modern menuntut manusia yang memiliki keterampilan. Manusia modern adalah manusia yang menghargai keterampilan. Sangat penting bagi pemerintah Indonesia mengembangkan lebih serius pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan di sekolah menengah sebenarnya sangat menguntungkan. Karena sejak dini, anak-anak Indonesia bisa memulai lebih dini untuk mempelajari apa yang menjadi minatnya. Melalui pengembangan minat, bakat seorang anak bisa ditemukan. Selama ini pemerintah Indonesia lebih banyak memperbanyak sekolah menengah umum ketimbang sekolah kejuruan tingkat menengah. Berpuluh tahun silam pernah ada sekolah kejuruan tingkat sekolah menengah pertama seperti Sekolah Guru Bantu SGB, Sekolah Tehnik ST, Sekolah Menengah Ekonomi Pertama SMEP. Di zaman Hindia Belanda pernah ada Ambachtschool Sekolah tukang. Sekolah semacam ini sangat penting bagi anak lulusan sekolah dasar belajar keterampilan. Sayangnya, sekolah macam ini tidak berkembang dan kurang diminati. Keterampilan dan keahlian adalah hal tidak dianggappenting oleh penentu kebijakan Negara. Dalam dunia nyata yang dialami jutaan pemuda Indonesia, keterampilan dan keahlian apapun bentuknya sangatlah berharga untuk bertahan hidup bahkan membangun sebuah masyarakat. Pendidikan Indonesia selama ini hanya menekankan jenjang bukan keahlian ataupun keterampilan. Dimata orang Indonesia, semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, maka orang tersebut akan semakin dihargai. Artinya pendidikan sudah selesai jika jenjangnya tinggi namun tidak pernah dihargai arti keahlian dan keterampilan. Sementara orang yang terampil dan ahli bukan orang yang layak dihargai jika pendidikan mereka rendah. Orang Indonesia nampaknya belum bisa hidup di alam nyata hingga kemampuan bertahan hidup tidak dianggap penting. Dimana prestis dan jenjang melebihi segalanya. Ujud payahnya orang Indonesia yang tidak bisa menghargai pendidikan yang sebenarnya adalah pada penghargaan mereka terhadap bacaan. Tradisi membaca di Indonesia tergolong payah. Anak-anak SMA masa kini tergolong anak-anak yang miskin bacaan. Berbeda dengan anak-anak SMA di zaman Hindia Belanda. Entah dimana sebenarnya letak kemajuan pendidikan yang dimaksud pemerintah saat ini? Di zaman Hindia Belanda, yang penuh dengan diskriminasi pendidikan, anak-anak Algemene Middelsbare School AMS atau SMA diwajibkan membaca sebanyak mungkin buku. taufik Ismail, sang pujangga 66 itu, pernah berujar ”AMS mewajibkan siswanya membaca 25 judul buku selama 3 tahun.” 6 Kualitas lulusan SMA itu bisa terlihat dimasa tuanya. Dimana mentalitas anak-anak lulusan AMS nyaris tidak bisa dikalahkan sarjana lulusan masa kini. Tradisi di kalangan mahasiswa masa kini pun memprihatinkan. Kultur SMA masih terbawa ke bangku kuliah. Banyak mahasiswa seolah tidak siap kuliah yang menuntut belajar mandiri. Mahasiswa masa kini lebih banyak terpaku pada diktat yang diberikan dosen. Dimana diktat dosen itu seperti kitab suci. Karena pertanyaan yang akan keluar tentunya hanya berasal dari diktat sang dosen. Beberapa dosen pun rupanya hanya akan membenarkan jawaban yang keluar dari diktatnya saja, yang diluar itu disalahkan. Hal ini membunuh daya nalar mahasiswa yang menjadi didikan dosen tersebut. Hal ini justru membuat banyak mahasiswa makin malas membaca. Kemalasan mahasiswa, maupun generasi muda lainnya, untuk membaca bisa berakibat fatal dimasa depan pada sebuah bangsa. Padahal jalan terbesar untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan membaca. Banyak ilmu yang terdokumentasikan dari buku, menyia-nyiakan buku sama saja dengan menyia-nyiakan Ilmu pengetahuan. Kemalasan tentunya akan mengancam akan mandegnya dunia intelektual Indonesia. Hal ini bisa menjerumuskan Indonesia sebagai negara bar-bar yang tidak bisa menghasilkan sebuah peradaban yang membanggakan. 7

G. Berani Menjadi Pelopor