Bermental Pejuang dan Pekerja Keras

Seorang pembohong yang dipercaya akan sulit diterima oleh lingkungannya. Ketika dia berkata jujur dan penting maka orang akan memilih tidak akan mempercayainya. Artinya hidupnya akan sulit. Sikap tidak jujur hanya menyulitkan dirinya sendiri. Sudah pasti seorang yang dikenal sebagai pembohong akan sulit mendapat simpati dari orang- orang disekitar maupun dalam pergaulan pada umumnya. 1

B. Bermental Pejuang dan Pekerja Keras

Tidak ada yang muncul begitu saja tanpa perjuangan. Tidak bisa dipungkiri jika hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti, begitulah salah satu judul lagu Dewa19. Hidup memang harus diperjuangkan. Tidak bisa tidak. Seorang anak yang baru belajar berjalanpun sebenarnya berjuang juga. Dia berusaha keras untuk bisa berjalan dengan baik meniru orang dewasa meski dengan tergopoh-gopoh.Setelah melewati masa menjadi bayi, masa anak-anak pun dilalui. Dimasa anak-anak pun kerja keras dan perjuangan pun telah ditanamkan oleh orang tua. Dimasa ini bentuk perjuangan seorang anak adalah dengan belajar. Termasuk anak-anak yang terpaksa oleh keadaan untuk menjadi pekerja. Sebagai pekerja anak itu sebenarnya masih dalam masa belajar. DImana anak itu mengalami pendewasaan lebih cepat karena melakukan apa yang harusnya dilakukan orang dewasa. Tanpa ada kerja keras, dalam sejarah Indonesia tidak akan ada republik Indonesia. Sejarah sudah membuktikan hal itu. Sejarah telah memberikan bukti bahwa kerja keras menuntun pada kesuksesan. Meski banyak juga para pekerja keras yang harus terpental dan gagal dalam perjuangannya. Kegagalan ini biasanya berujung pada rasa malu dan kurang dihargai. Banyak orang hanya melihat keberhasilan tanpa menghargai kegagalan sedikitpun. Gagal sebenarnya hal yang biasa. Gagal adalah resiko yang tidak bisa dihindari dari kerja keras, dan juga hal yang paling ditakuti banyak orang ketika mereka bekerja keras. Kerja keras umumnya hanya dikukan karena terpaksa dan untuk bertahan hidup. Tradisi kerja keras di Indonesia begitu memprihatinkan. Hal ini juga dikarenakan ketakutan mereka pada kegagalan. Ketakutan pada kegagalan itu melahirkan kemalasan. Meski kegagalan ditakuti dan menjadikan itu sebagai bahan ejekan yang hina, maka masih ada orang yang menghargai kegagalan. Dimana mereka selalu berkaca pada kegagalannya. Mereka belajar untuk tidak gagal lagi dengan segala perhitungannya, 1 Petrik Matanasi, Harus bagaimanakah Orang-orang Indonesia Itu?, dalam Istori van Nusantara, http:petrikmatanasi.blogspot.com201103harus-bagaimanakah-orang-orang.html namun tidak pernah takut sedikitpun dengan kegagalan yang bisa jadi akan menimpa mereka. Keberanian menghadapi kegagalan, juga akan menuntun kepada jalan keberhasilan. Ketakutan pada kegagalan hanya akan mematikan langkah. Contoh orang yang bisa menyikapi kekagagalan dalam berjuang adalaha Thomas Nayoan. Dia mungkin tidak pernah benar-benar berhasil kabur dari Digul. Dua kali mencoba kabur, Nayoan akhirnya bisa tertangkap lagi. Hal ini tidak pernah membuat Nayoan kapok untuk kabur. Dia bahkan belajar dari kegagalannya. Ketika gagal kea rah selatan, Nayoan akhirnya mencoba ke arah utara. Meski pelarian ketiga ini dia benar- benar hilang tanpa jejak di pedalaman Papua. Nayoan mengajarkan kita untuk terus berusaha. Nayoan juga mengajarkan kita mengacuhkan rasa takut dan malu mencoba. Bukan halaneh jika banyak pejuang pernah gagal. Tapi pejuang sejati tidak pernah berhenti hanya karena gagal. Banyak tokoh pergerakan maupun pejuang kemerdekaan Indonesia lainnya yang selalu menemui kegagalan. Upaya Syahrir dan kawan-kawan seperjuangannya untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 15 Agustus 1945 juga gagal. Sukarno Hatta tidak bisa dihadirkan di Cirebon. Namun hal itu tidak mengendurkan semangat Syahrir dan kawan-kawannbya. Usaha Syahrir yang gagal itu mungkin bisa terobati dengan adanya Proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasu kemerdekaan itu tidak membuat kaum pergerakan berhenti mereka masih terus berjuang. Berjuang memanbg tanpa akhir. Selesai satu masalah, maka masalah lain muncul. 2

C. Berani berkorban