Ompu i do na martua na gabe, sarihon hamu

tuturan 38 bahwa petuah yang terus diingat adalah kita harus berbaik hati dalam kehidupan agar ada bekal menghadap kepada Tuhan.

4.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung

Tuturan dalam upacara adat identik dengan kata-kata yang santun. Ciri seperti itu terlihat ketika penutur banyak menggunakan tuturan tidak langsung untuk menyampaikan maksudnya agar lebih santun dan tidak kasar. Mari kita lihat pada contoh di bawah ini.

39. Ompu i do na martua na gabe, sarihon hamu

Nenek DEM 3.Tg PART bertuah PART berkuasa, pikirkan 2.Jm hami na marsuada on. 1.Jm PART miskin DEM. ‘Raja itulah yang bertuah dan berkuasa, pikirkan kalian kami yang miskin ini.’ Penutur memiliki maksud lain ketika menyampaikan tuturan tersebut kepada petutur. Tidak hanya ingin menyatakan bahwa raja adat dalam persidangan tersebut adalah orang yang paling berkuasa, tetapi menginginkan sesuatu untuk dikabulkan. Dalam hal ini, penutur merupakan rombongan dari pihak laki-laki yang diutus ketika upacara adat dilangsungkan di tempat pihak perempuan. Penutur dengan santun memuji sekaligus menghiba menyebut diri miskin agar permohonan mereka diterima dan segera diselesaikan urusan adatnya. Yang berhak menerima dan memutuskannya adalah raja adat setempat. Contoh lain dapat dilihat di bawah ini. 40. Molo diida diparsidangan taon di pattar bolak adong Konj terlihat PREP-persidangan 1.JmDEM PREP lantai lebar ada maon natamunang dibagasan roa ni suhut bolon. PART-DEM PART-terbit PREP-dalam hati 3.TG tuan rumah besar. ‘Kalau dilihat di persidangan kita di rumah ini ada sesuatu yang terbit di dalam hati tuan rumah.’ Penutur dalam hal ini menyampaikan bahwa di dalam rumah tempat berlangsungnya upacara adat tersebut, tuan rumahnya menyimpan sesuatu di dalam hatinya. Tuturan di atas disampaikan secara tidak langsung oleh penutur dengan maksud agar petutur mengabarkan atau memberitakan apa yang telah terjadi sehingga diadakan perkumpulan tersebut. Sehingga urusan atau keinginan tuan rumah pada hari itu dapat dibicarakan dan diselesaikan segera, yakni terkait pernikahan anak gadisnya. Berikut juga merupakan contoh tuturan tidak langsung, silakan cermati. 41. Anggo taringot di pancarian dohot pangomoan, nada Konj teringat pada pencaharian Konj usaha, tidak pola sai umolat hita sian dongan na dua tolu. berarti harus sama 1.Jm dari teman PART dua tiga. ‘Kalau teringat pada pencaharian dan usaha tidak berarti harus sama dengan teman yang dua tiga.’ Tuturan di atas disampaikan penutur secara tidak langsung kepada petutur. Penutur menyampaikannya dengan santun, bahwa ketika sudah menikah kita tidak harus sama dengan teman-teman kita. Tuturan tersebut dinasihatkan kepada kedua mempelai, bahwa ketika menjalani sebuah rumah tangga kita tidak harus memaksakan diri seperti orang lain. Ketika orang lain memiliki sesuatu, mampu membeli benda-benda berharga, atau melakukan hal-hal yang menurut kita luar biasa lalu kita ingin seperti itu padahal kita tidak mampu, maka akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik bagi rumah tangga kita.

4.1.3 Tindak Tutur Literal