Landasan Teori KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Tindak tutur speech acts merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu Chaer dan Leonie Agustina, 1995:50. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Konteks situasi merupakan lingkungan nonlinguistis ujaran yang merupakan alat untuk memperinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk memahami makna ujaran Kridalaksana, 1984: 109. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahamai bersama oleh penutur dan lawan tutur. Wijana 1995:11 menyatakan bahwa konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur, yang diyakini mampu menjelaskan fenomena yang terdapat pada tuturan upacara perkawinan masyarakat Tapanuli Selatan. Jenis tindak tutur menyangkut tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, dan tindak tutur tidak literal Wijana 1996. Secara ringkas pandangan Wijana dikemukakan sebagai berikut: 1. Tindak Tutur Langsung Sebuah kalimat menghasilkan tindak tutur langsung apabila kalimat tersebut memiliki kesesuaian dengan modus kalimatnya, seperti modus “deklaratif”, modus “interogatif”, dan modus “imperatif”. Dapat dilihat dalam contoh berikut. 6 Pak Ali memiliki tiga ekor kerbau. 7 Di manakah letak pulau Bali? 8 Ambilkan baju saya Tindak tutur 6 sampai 8 merupakan tindak tutur langsung. Tuturan 6 bermodus deklaratif untuk memberitakan bahwa ada tiga ekor kerbau. Tuturan 7 bermodus interogatif untuk menanyakan letak pulau Bali. Tuturan 8 bermodus imperatif untuk memerintah seseorang mengambilkan baju. 2. Tindak Tutur Tidak Langsung Tindak tutur tidak langsung terbentuk apabila penutur menyampaikan sebuah kalimat perintah dengan menggunakan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah merasa dirinya tidak diperintah, seperti pada tuturan berikut ini. 9 Ada makanan di lemari. 10 Di mana sapunya? Tuturan 9 apabila diucapkan kepada seorang teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah petutur mengambil makanan di lemari, bukan sekadar menginformasikan bahwa ada makanan di dalam lemari tersebut. Begitu pula, tuturan 10 apabila diutarakan oleh seorang ibu kepada anaknya, tidak berfungsi menanyakan letak sapu, tetapi secara tidak langsung menyuruh anaknya untuk mengambil sapu tersebut. 3. Tindak Tutur Literal Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan muatan leksikal kata-kata yang menyusunnya Wijana, 1996:32. Terlihat dalam contoh berikut. 11 Penyanyi itu suaranya bagus. 12 Radionya keraskan Aku ingin mencatat lagu itu. Jika tuturan 11 diutarakan untuk memuji kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan, tuturan itu merupakan tindak tutur literal. Demikian pula, tuturan 12 tergolong tindak tutur literal sebabb penutur menginginkan petutur untuk mengeraskan radio agar lebih mudah mencatat lagu yang didengarnya. 4. Tindak Tutur Tidak Literal Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan muatan leksikal kata-kata yang menyusunnya Wijana, 1996:32. Misalnya, 13 Suaramu bagus, tapi tak usah nyanyi saja. 14 Radionya kurang keras. Tolong keraskan lagi. Aku mau belajar. Tuturan 13 menyarankan petutur tidak usah bernyanyi karena suaranya tidak bagus. Pada 14 penutur menginginkan petutur mematikan radionya, yang berlawanan dengan makna leksikalnya. Fungsi tindak tutur pada upacara perkawinan masyarakat Tapanuli Selatan digunakan acuan pada Searle dalam Yule, 2006. Ada lima fungsi tindak tutur yang dijelaskan sebagai berikut: 1 Deklaratif Deklaratif merupakan jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan, menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan; misalnya, berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum, seperti pada contoh berikut. 15 Pendeta: Sekarang saya menyebut Anda berdua suami-istri. 16 Hakim: Kami nyatakan terdakwa bersalah. 2 Representatif Representatif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur yang menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia kepercayaannya. Hal ini terlihat pada contoh berikut. 17 Bumi itu datar. 18 Chomsky tidak menulis tentang kacang. 19 Suatu hari yang cerah yang hangat. 3 Ekspresif Ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan- pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau petutur, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia perasaannya. Perhatikan contoh berikut ini. 20 Sungguh, saya minta maaf. 21 Selamat 22 Oh, yah, baik, mmmm....aahh 4 Direktif Direktif merupakan jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu menggunakan direktif, penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata lewat pendengar, seperti pada contoh berikut. 23 Berilah aku secangkir kopi. Buatkan kopi pahit. 24 Dapatkah Anda meminjami saya sebuah pena? 25 Jangan menyentuh itu 5 Komisif Komisif merupakan jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar, dan dapat ditampilkan sendiri oleh penutur sebagai anggota kelompok. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-kata lewat penutur. Cermati contoh berikut ini. 26 Saya akan kembali. 27 Saya akan membetulkannya lain kali. 28 Kami tidak akan melakukan itu. Selanjutnya, terkait dengan makna lokusi, makna ilokusi, dan makna perlokusi digunakan teori tindak tutur Leech 1993, Yule 2006, Wijana 1996. Dalam teori ini dimuat tiga komponen tindak tutur, yaitu: a. Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Dalam tindak lokusi tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur. Misalnya, kepalaku gatal semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan kepada petutur bahwa kepala penutur dalam keadaan gatal. b. Tindak Ilokusi Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu. Misalnya, tuturan Awas ada anjing gila. Tidak hanya berfungsi memberi informasi, tetapi berfungsi memberi peringatan. c. Tindak Perlokusi Tindak perlokusi adalah tindak memengaruhi petutur. Tindak tutur ini disebut the act of affecting someone. Misalnya, tuturan Kemarin saya sangat sibuk yang bila diutarakan oleh seseorang yang tidak menghadiri undangan kepada pengundangnya, menyatakan permohonan maaf, dan perlokusi efek yang diharapkan adalah pengundang dapat memakluminya

2.3 Tinjauan Pustaka