Tindak Tutur Tidak Literal

4.1.4 Tindak Tutur Tidak Literal

Dalam upacara adat tuturan yang diucapkan penutur terkadang kata-kata yang diutarakan tidak sesuai dengan maksud penutur. Maksudnya berlawanan dengan muatan leksikal kata-kata yang menyusunnya. Seperti pada tuturan berikut. 46. Na jolo hatiha haroroanmunu sian laut, diupa-upa do hamu, PART dulu Konj kedatangan2.Jm PREP laut, diupah-upahnya 2.Jm upa-upa daganak tubu. upah-upah anak lahir. ‘Dulu ketika kedatangan kalian dari laut kalian diupah-upah, upah- upah anak lahir.’ Pada tuturan 46 penutur menyebutkan kedatangan kalian dari laut maksudnya adalah sebuah kelahiran. Anak yang lahir diupah-upah sebagaimana ia diupah-upah kelak setelah menikah. Kata-kata kedatangan dari laut berbeda maknanya dengan maksud penutur menandakan bahwa tuturan tersebut tergolong pada tuturan non literal. Terlihat juga pada contoh di bawah ini. 47. Sai horas ma on tu pudi ni ari baen Selalu berkah PART DEM ke kemudian hari Konj madung marujung pangalahomunu , maninggalkon habujingan, telah berujung tingkah laku2.Jm, meninggalkan kegadisan, mangalangka tu langka matobang. melangkah PREP langkah menua. ‘Selalu berkahlah ini ke kemudian hari karena telah berujung tingkah laku kalian, meninggalkan masa gadis melangkah ke pernikahan.’ Tuturan di atas ini disampaikan penutur terhadap kedua mempelai yang berarti sebuah doa agar keduanya selalu diberkahi oleh Allah. Penutur menyebutkan bahwa telah berakhir tingkah laku mereka. Maksud penutur dalam hal ini adalah bahwa mereka telah mengakhiri masa lajang, perilakunya tidak lagi sama seperti dulu. Keduanya harus menjalankan tugasnya kini sebagai seorang suami dan istri. Kata-kata tersebut menandai bahwa tuturan di atas merupakan tuturan non literal. Terlihat juga pada contoh berikut ini. 48. Tarbege hamu nian jana tarbonggal sai totop di Terdengar 2.Jm mudah-mudahan Konj tersebar selalu tetap PREP bagasan dame. dalam damai. ‘Mudah-mudahan kalian selalu terdengar dan tersebar tetap di dalam damai.’ Tuturan di atas merupakan doa atau harapan yang disampaikan oleh penutur terhadap kedua mempelai. Penutur mengatakan bahwa mudah-mudahan selalu terdengar dan tersebar keduanya di dalam damai. Maksud penutur dalam hal ini adalah semoga keduanya selalu berada dalam kedamaian dan selalu melakukan kebaikan. Hal inilah yang menandakan tuturan ini merupakan non literal. 4.2 Fungsi Tuturan 4.2.1 Deklaratif Tuturan yang disampaikan dalam upacara perkawinan kebanyakan berupa nasihat. Sebagian tuturan dihubungkan dengan kenyataan, baik itu berisi kepasrahan, memberi nama, mengucilkan, mengangkat, menghukum, dan yang lainnya. Dapat dilihat pada contoh berikut ini.