Pernyataan Informan tentang Strategi yang dilakukan dalam Mengatasi

tugas pokok dan ada tugas integrasinya. Petugas lain pun tidak bisa membantu karena punya program yang dipegang maisng- masing. Informan 4 Tantangan selama menjalankan penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS ya ketika anak itu rewel sehingga susah ngitung pernapasannya, kan ngitung pernapasan itu harus saat anak tenang, jadi waktu yang diperlukan untuk MTBS ini jadi agak lama. Kalau alat untuk penanganan pneumonia berat disini belum ada. Dari pernyataan informan diatas diketahui bahwa terdapat tantangan internal dan eksternal dari pelaksanaan MTBS khususnya penatalaksanaan pneumonia. Dari tantangan internal yaitu jumlah tenaga kesehatan terlatih MTBS, komitmen untuk melaksanakan MTBS dari puskesmas belum kuat. Sedangkan tantangan eksternal yaitu, terbatasnya sarana dan prasarana untuk penatalaksanaan pneumonia, tidak adanya ruangan khusus untuk MTBS dan pendanaan yang tidak ada untuk pelaksanaan MTBS, dan balita yang rewel saat akan dihitung frekuensi pernapasannya sehingga waktu tunggu pasien menjadi lama.

4.4.9 Pernyataan Informan tentang Strategi yang dilakukan dalam Mengatasi

Kendala Proses Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas Medan Denai Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Strategi yang dilakukan dalam Mengatasi Kendala Proses Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas Medan Denai Informan Pernyataan Informan 1 Yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala internal yang bisa kami lakukan adalah membuat POA setiap puskesmas, melaksanakan rapat sesuai analisa kebutuhan analisa SWOT : Strength, weakness, opportunity, dan treat yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan. Strategi untuk tantangan eksternal bisa dengan bekerjasama dengan orang-orang kunci orang-orang berpengaruh seperti ke Universitas Sumatera Utara perusahaan, dengan dana CSR bisa dibuat seperti perlombaan balita sehat. Bisa juga dengan kerjasama lintas sektor seperti dengan kecamatan, kan di kecamatan kan ada itu program yang mendukung kesejahteraan masyarakat, bisa dimasukkan untuk MTBS itu. Selain itu regulasi pemerintah belum dapat dilaksanakan dengan maksimal, sehingga untuk dapat memperbaiki itu semua maka komitmen kita harus lebih kuat untuk menjalankan sesuai dengan regulasi dari pemerintah. Informan 2 Dalam mengatasi kendala kita mengajukan permohonan ke dinas kesehatan atau dinas terkait untuk fasilitas yang lebih baik lagi apakah itu dengan mendatangkan sarana prasarana atau mendatangkan dokter spesialis, tapi permohonan tersebut sampai sekarang belum terkabulkan. Informan 3 Kalau strategi dari kami ya gak bisa berbuat banyak lah dek, karena kan penentu kebijakan itu dari kepala puskesmas dan dinas kesehatan. Kalau kami paling melapor apa yang kami rasa kurang disaat rapat tiap minggu atau mini lokal karya. Tapi sejauh ini kalau masalah ATK masih bisa diatasi karena kan formulir masih bisa dipakai sisa waktu pelatihan dulu. Strategi untuk memangkas waktu di ruangan ini ya belum ada paling kalau balita ya tidak rewel lebih cepat waktu pemeriksaan. Informan 4 Kalau strategi untuk mengatasi anak yang rewel ya suruh kita diamkan dulu suruh ibunya kasih netek dulu biar bisa dihitung napas anaknya dan bilang sabar menunggu kepada ibunya karena prosesnya agak jadi sedikit lama. Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa untuk menanggulangi masalah keterbatasan sarana dan prasarana tidak banyak strategi yag bisa dilakukan puskesmas karena keterbatasan dana untuk pelaksanaan MTBS. Sedangkan dari dinas kesehatan sendiri menawarkan strategi untuk lebih memaksimalkan pembuatan POA kegiatan dan untuk menaggulangi masalah dana dengan bekerja sama dengan perusahaan yang ada di daerah setempat dalam bentuk CSR dan bekerjasama lintas sektor dengan pihak kecamatan. Universitas Sumatera Utara 4.4.10 Pernyataan Informan tentang Beban Kerja dan Efisiensi Kinerja Tenaga Kesehatan dalam Proses Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas Medan Denai Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Beban Kerja dan Efisiensi Kinerja Tenaga Kesehatan dalam Proses Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas Medan Denai Informan Pernyataan Informan 1 Menurut pendapat saya mengenai beban kerja petugas MTBS, saat ini dilihat dari keseluruhan petugas MTBS masih dalam batas layak. Untuk jumlah petugas yang sudah dilatih MTBS itu belum mencukupi sehingga kinerja pun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Informan 2 Semua petugas di puskesmas sudah tau tentang MTBS tapi ada kesulitan dalam menginput data atau laporan, kalau dalam penatalaksanaan saya rasa sudah bisa karena itu kan sama saja dengan pengobatan. Informan 3 Kayaknya di puskesmas ini siapa yang megang program itulah yang melakukan, jadi tiap petugas itu megang program masing- masing, jadi tidak bisa membantu paling sekali-kali, kalau untuk MTBS ini ada satu orang yang megang jadi ya dia aja yang melakukan MTBS. Kebetulan yang megang program MTBS ini juga megang program integrasinya yaitu posyandu dan KB, jadi kalau ada tugas keluar ya MTBS tidak dilakukan. Informan 4 Saya rasa saya bisa tangani sendiri karena pasien kami gak pala banyak dan gak semua juga yang kami MTBS. Tidak semua yang di MTBS, paling satu hari itu ada 2 orang yang di MTBS. Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa pengelola MTBS tidak merasa terbebani dengan melaksanakan MTBS sendiri karena hanya dua balita saja yang ditangani dengan MTBS dan disampaikan juga oleh dokter kepala ruangan anak bahwa di Puskesmas Medan Denai kalau pengelola MTBS tidak ada maka MTBS tidak dilaksanakan, berbeda dengan yang disampaikan oleh kepala puskesmas bahwa kalau pengelola MTBS tidak ada maka bisa dibantu oeh tenaga kesehatan lain. Hal ini Universitas Sumatera Utara disimpulkan bahwa belum kuatnya komitmen dari instansi kesehatan untuk melaksanakan MTBS. 4.5 Lampiran Hasil Observasi Penatalaksanaan Pneumonia dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Puskesmas Medan Denai Tabel 4.15 Lampiran Hasil Observasi Penatalaksanaan Pneumonia dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Puskesmas Medan Denai Indikator Yang diobservasi Ya Tidak Keterangan Input Kotrimoksasol tablet  Kotrimoksasol sirup  Amoksilin tablet  Amoksilin sirup  Tablet parasetamol  Tablet albendazol  Tablet besi  Sirup ampisilin  Vitamin A  Tablet Zinc  Timer ISPA  1 buah Tensimeter  1buah Infus set  Semprit dan jarum suntik  Timbangan bayi  1 Termometer  1 Kasakapas  Pipa lambung  Alat penumbuk obat  Alat pengisap lendir  Formulir MTBS  Modul MTBS  1 Set modul Depkes RI tahun 2004 Kartu Nasehat Ibu KNI  Memiliki ruangan MTBS  Petugas MTBS 1  Petugas mendapat pelatihan  1 kali Proses Petugas menggunakan modul  Petugas menanyakan kepada ibu  Universitas Sumatera Utara mengenai masalah anaknya Petugas memeriksa tanda bahaya umum  Petugas menilai dan mengklasifikasi batuk atau sukar bernapas  Petugas memberikan tindakan pengobatan atau rujukan segera  Petugas menganjurkan untuk kunjungan ulang  Petugas memberikan konseling kepada ibu  Petugas mengirimkan laporan ke Dinas Kesehatan Kota Medan  Output Semua balita sakit ditangani dengan MTBS  Maks 3 balita per hari Dari hasil observasi yang dilakukan di Puskesmas Medan Denai menunjukkan masih adanya sarana, prasrana dan peralatan yang belum tersedia untuk penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS dan masih terbatasnya peralatan yang tersedia. Penggunaan modul MTBS sebagai pedoman penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS sudah dilakukan dengan baik, namun untuk konseling kepada ibu balita dan penagnjuran untuk kembali setelah dua hari minum obat belum dilakukan dengan maksimal. Universitas Sumatera Utara 68 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan