Sarana, Prasarana dan Peralatan

program KIA di puskesmas seharusnya menjadi pusat perhatian dari pemerintah. Pendanaan untuk pemeliharaan kesehatan anak diharapkan bisa sebagai invenstasi pembangunan nasional untuk masa akan datang. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil, dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan disuatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses serta pelayanan yang berkualitas. Oleh karena itu, reformasi kebijakan kesehatan disuatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan efektivitas dari pembiayaan kesehatan itu sendiri Efendi, 2009.

5.1.3 Sarana, Prasarana dan Peralatan

Penanganan balita sakit yang datang ke puskesmas tentunya memerlukan sarana dan prasarana, tidak terkecuali bila penanganannya dengan metode MTBS. Sarana dan prasarana sudah di atur sedemikian rupa sehingga menjadi standar untuk pengadaan barang yang diperlukan. Sebenarnya tidak banyak peralatan dan obat- obatan yang diperlukan untuk terlaksananya MTBS. Peralatan yang diperlukan antara lain timer untuk menghitung nafas, kalaupun tidak ada bisa memakai arloji dengan jarum detik, termometer, timbangan badan, tensi atau manset anak. Obat-obatan yang digunakan dalam penanganan balita sakit adalah obat yang sudah lazim ada. Bahan cetakan juga diperlukan dalam pelaksanaan MTBS, meliputi formulir MTBS, Kartu Nasehat Ibu KNI, buku bagan. Universitas Sumatera Utara Peralatan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan suatu program dan dapat menunjang kelancaran suatu program. Fasilitas harus ada pada setiap puskesmas dan harus dalam kondisi yang baik atau tidak rusak, fasilitas harus ada pada setiap puskesmas untuk membantu para petugas puskesmas melaksanakan kegiatannya Wibowo, 2008. Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Medan Denai cukup tersedia walaupun ada beberapa sarana yang belum tersedia, sehingga penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS belum dapat berjalan dengan baik. Adapun sarana dan prasarana yang sudah tersedia yaitu obat untuk pneumonia, alat hitung pernapasan balita, timbangan bayi dan balita, termometer, stateskop, modul MTBS, dan formulir MTBS. Adapun sarana yang belum tersedia yaitu ruangan khusus untuk MTBS, KNI, pipa lambung dan alat pengisap lendir untuk kasus berat. Kelengkapan sarana dan prasarana dijelaskan oleh penelitia Ardani 2010, yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kader dan sarana prasarana dengan keberhasilan berjalannya suatu program. Pada pelaksanaan perawatan anak sakit, penggunaan buku bagan merupakan pedoman yang digunakan oleh tenaga kesehatan untuk memberikan tindakan dan pengobatan bagi anak sakit. Bagan dan modul MTBS yang dijadikan pedoman untuk pelaksanaan MTBS adalah modul MTBS tahun 2004 yang diberikan saat pelatihan yang diikuti oleh tenaga kesehatan yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Pada pelaksanaan proses manajemen kasus MTBS penggunaan formulir MTBS dan pengisian secara lengkap sangat menentukan keberhasilan penerapan proses manajemen kasus dalam rangka menangani balita sakit dan bayi muda secara komprehensif di fasilitas pelayanan kesehatan dasar Depkes RI, 2008. Formulir yang digunakan dalam pelaksanaan MTBS di Puskesmas Medan Denai adalah formulir yang didapat dari pelatihan MTBS yang diikuti oleh tenaga kesehatan yang bersangkutan yaitu pelatihan pada tahun 2009, jika MTBS berjalan dengan baik maka seharusnya formulir MTBS sudah diganti dengan formulir yang baru. KNI diberikan oleh tenaga kesehatan pada saat konseling yang berguna bagi si ibu sebagai panduan dalam merawat balita sakit di rumah. Puskesmas Medan Denai melakukan konseling kepada ibu balita secara langsung atau lisan, ini disebabkan karena tidak tersedianya KNI sebagai perantara dalam pemberian konseling kepada ibu. Puskesmas Medan Denai belum memiliki ruangan khusus untuk ruang MTBS. Saat ini penanganan penyakit balita dengan MTBS dilaksanakan di ruangan poli anak, dimana di ruangan itu juga ada pemantauan gizi anak, dan juga pelaksanaan program KIA dan KB. Jadi di ruangan poli anak ada sekitar 4 orang tenaga kesehatan dengan tanggungjawab mengelola program yang berbeda-beda. Manajemen yang baik adalah juga melakukan penataan ruangan tempat para tenaga akan bekerja McMahon, 1999. Tujuan akhir dari pengaturan ruangan ini adalah untuk memperlancar komunikasi kerja tenaga kesehatan serta mempermudah koordinasi dan pengawasan dan dengan demikian meningkatkan efisiensi penggunaan waktu Universitas Sumatera Utara pada khususnya dan efisiensi kerja pada umumnya. Memberikan rasa nyaman dan senang bekerja kepada tenaga kesehatan, memberikan kesan yang baik terhadap para pasien Soedjadi, 1989.

5.2 Proses