Nilai Tambah KESIMPULAN DAN SARAN

diperoleh pendapatan usaha pembuatan tepung tapioka di daerah penelitian adalah sebesar 58,8 juta minggu, 23,5 juta bulan dan 2825 juta tahun.

5.3 Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi mengalami proses produksi. Nilai tambah produk yang dianalisis dapat diperoleh dari hasil olahan, kemudian dihitung besarnya nilai tambah dari masing-masing output dengan memperhatikan berbagai komponen penting dalam pengolahan, yaitu nilai output, biaya bahan baku, dan biaya penunjang lainnya yang menjadi penetu besarnya nilai tambah yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam menghitung nilai tambah pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka adalah menggunakan metode hayami. Perhitungan nilai tambah dilakukan dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang terjadi akibat adanya proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka yang siap dipasarkan. Berikut ini merupakan perhitungan nilai tambah usaha pengolahan ubi kayu dengan menggunaikna metode hayami. Universitas Sumatera Utara Pengolahan tepung mocaf Tabel 32. Nilai tambah produk tepung mocaf di daerah penelitian tahun 2013. Variabel Nilai

I. Output, Input dan harga

1 Output Kg 15 2 Input 50 3 Tenaga Kerja HKP 0.3 4 Faktor Konversi 0.3 5 Koefisien Tenaga Kerja HKP 0.01 6 Harga output RpKg 5000 7 Upah Tenaga Kerja Langsung RpHKP 20477

II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku RpKg 750 9 Sumbangan Input Lain Rpkg 180 10 Nilai output RpKg 1500 11 a. Nilai Tambah RpKg 570 b. Rasio Nilai Tambah 38 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja 123 Langsung RpKg b. Pangsa Tenaga Kerja 21,49 13 a. Keuntungan RpKg 447 b. Tingkat Keuntungan 78,51

III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi

14 Margin RgKg 750 a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung 16,33 b. Sumbangan Input Lain 24 c. Keuntungan Pemilik Perusahaan 59,67 Sumber: Analisis data primer Lampiran 17a, 2013. Output, Input, dan Harga Dari tabel dapat diuraikan bahwa dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf digunakan bahan baku sebanyak 50 kg dapat dihasilkan output sebanyak 15 kg. sehingga faktor konversi dapat dihasilkan sebanyak 0,3. nilai konfersi ini menunjukkan bahwa 1 kg ubi kayu dapat menghasilkan 0,3 kg tepung Universitas Sumatera Utara mocaf . dalam proses ini tenga kerja yang digunakan sebanyak 0,3 HKP. Sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi 1 kg ubi kayu adalah 0,01 HKP. Penerimaan dan Keuntungan Adapun harga bahan baku usaha pembuatan tepung mocaf di daerah penelitian adalah Rp 750 kg. sedangkan sumbangan input lain adalah Rp 180 kg. dan berikut ini adalah merupakan rincian bahan penunjang sumbangan input lain dalam usaha pembuatan tepung mocaf di daerah penelitian. Tabel 33. Sumbangan input lain. No Uraian Biaya Rp 1 Enzim 7.000 2 Plastik pengemasan 1.500 3 Bensin 500 Total Rp 9.000 Penggunaan bahan baku Kg 50 Sumbangan input lain RpKg 180 Sumber: Analisis data primer Lampiran 5a, 2013. Harga rata-rata produk tepung mocaf adalah Rp 5.000 kg dan nilai output produk tepung mocaf adalah Rp 1.500 kg. Nilai tersebut dihasilkan dari perkalian antara faktor konversi dengan harga output Rpkg. dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan ubi kayu menjadi produk tepung mocaf adalah sebesar Rp 570 kg. Nilai tambah ini diperoleh dari hasil pengurangan nilai output RpKg dengan biaya bahan baku RpKg dan Sumbangan input lain RpKg sedangkan rasio nilai tambah produk tepung mocaf adalah sebesar 38. Artinya 38 dari nilai ouput produk tepung mocaf Universitas Sumatera Utara merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf. Imbalan tenaga kerja diperoleh dari nilai koefisien tenaga kerja HKP dengan upah tenaga kerja langsung RpHKP yaitu sebesar Rp 123 kg. dengan nilai persentase terhadap nilai tambah sebesar 21,49. Sedangkan keuntungan diperoleh dari nilai tambah dikurangi dengan besarnya imbalan tenaga kerja. Keuntungan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf adalah sebesar Rp 447 kg, dengan tingkat keuntungan sebesar 78,51 Balas Jasa Pemilik faktor-faktor produksi Margin diperoleh dari hasil pengurangan nilai output dengan harga bahan baku. Maka diperoleh nilai margin adalah sebesar Rp 750 kg. Sedangkan pendapatan tenaga kerja adalah hasil perbandingan antara pendapatan tenaga kerja langsung dengan margin dikali dengan 100. Maka diperoleh pendapatan tenaga kerja sebesar 16,33. Balas jasa pemilik faktor-faktor produksi untuk sumbangan input lain diperoleh dari perbandingan sumbangan input lain dengan nilai margin dikali 100. Maka diperoleh sumbangan input lain sebesar 24. Keuntungan pelaku usaha tepung mocaf diperoleh dari perbandingan antara keuntungan dengan nilai margin. Maka diperoleh keuntungan sebesar 59,67. Universitas Sumatera Utara Pengolahan tepung tapioka Tabel 34. Nilai tambah produk tepung tapioka di daerah penelitian tahun 2013. Variabel Nilai

I. Output, Input dan harga

1 Output Kg 3741 2 Input 7667 3 Tenaga Kerja HKP 11 4 Faktor Konversi 0,49 5 Koefisien Tenaga Kerja HKP 0,002 6 Harga output RpKg 4967 7 Upah Tenaga Kerja Langsung RpHKP 33430,84

II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku RpKg 876,7 9 Sumbangan Input Lain Rpkg 41,1 10 Nilai output RpKg 2424 11 a. Nilai Tambah RpKg 1506,2 b. Rasio Nilai Tambah 62,14 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja 60,4 Langsung RpKg b. Pangsa Tenaga Kerja 4,01 13 a. Keuntungan RpKg 1445,81 b. Tingkat Keuntungan 95,99

III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi

14 Margin RgKg 1547 a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung 3,90 b. Sumbangan Input Lain 2,66 c. Keuntungan Pemilik Perusahaan 93,44 Sumber: Analisis data primer Lampiran 19b, 2013. Output, Input, dan Harga Dari tabel dapat diuraikan bahwa dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka digunakan bahan baku sebanyak 7.667 kg dapat dihasilkan output sebanyak 3.741 kg. sehingga faktor konversi dapat dihasilkan sebanyak 0,49. nilai konfersi ini menunjukkan bahwa 1 kg ubi kayu dapat menghasilkan 0,49 kg Universitas Sumatera Utara tepung tapioka. Dalam proses ini tenaga kerja yang digunakan sebanyak 11 HKP. Sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi 1 kg ubi kayu adalah 0,002 HKP. Penerimaan dan Keuntungan Adapun harga bahan baku usaha pembuatan tepung tapioka di daerah penelitian adalah Rp 876,7 kg. sedangkan sumbangan input lain adalah Rp 41,1 kg. dan berikut ini adalah merupakan rincian bahan penunjang sumbangan input lain dalam usaha pembuatan tepung tapioka di daerah penelitian. Tabel 35. Sumbangan input lain. No Uraian Biaya Rp 1 Karung Pengemasan 83.466,67 2 Karung Penirisan 85.500 3 Solar 146.250 Total Rp 315.216,67 Penggunaan bahan baku Kg 7667 Sumbangan input lain RpKg 41,1134 Sumber: Analisis data primer Lampiran 5b, 2013. Harga rata-rata produk tepung tapioka adalah Rp 4.967 kg dan nilai output produk tepung tapioka adalah Rp 3.741 kg. Nilai tersebut dihasilkan dari perkalian antara faktor konversi dengan harga output Rpkg. Dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan ubi kayu menjadi produk tepung tapioka adalah sebesar Rp 1506,2 kg. Nilai tambah ini diperoleh dari hasil pengurangan nilai output RpKg dengan biaya bahan baku RpKg dan Sumbangan input lain RpKg. Sedangkan rasio nilai tambah produk tepung tapioka adalah sebesar 62,14. Artinya 62,14 dari nilai ouput Universitas Sumatera Utara produk tepung tapioka merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Imbalan tenaga kerja diperoleh dari nilai koefisien tenaga kerja HKP dengan upah tenaga kerja langsung RpHKP yaitu sebesar Rp 60,7 kg. dengan nilai persentase terhadap nilai tambah sebesar 4,03. Sedangkan keuntungan diperoleh dari nilai tambah dikurangi dengan besarnya imbalan tenaga kerja. Keuntungan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar Rp 1.445,81 kg, dengan tingkat keuntungan sebesar 95,99. Balas Jasa Pemilik faktor-faktor produksi Margin diperoleh dari hasil pengurangan nilai output dengan harga bahan baku. Maka diperoleh nilai margin adalah sebesar Rp 1.547 kg. Sedangkan pendapatan tenaga kerja adalah hasil perbandingan antara pendapatan tenaga kerja langsung dengan margin dikali dengan 100. Maka diperoleh pendapatan tenaga kerja sebesar 3,92. Balas jasa pemilik faktor-faktor produksi untuk sumbangan input lain diperoleh dari perbandingan sumbangan input lain dengan nilai margin dikali 100. Maka diperoleh sumbangan input lain sebesar 2,65. Keuntungan pelaku usaha tepung tapioka diperoleh dari perbandingan antara keuntungan dengan nilai margin. Maka diperoleh keuntungan sebesar 93,42. Universitas Sumatera Utara Tabel 36. Perbandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian. Uraian Tepung Mocaf Tepung Tapioka Penerimaan Total Total Penerimaan Total Total Biaya Pendapatan Biaya Pendapatan Perminggu 0,39 0,29 0,09 99,1 40,2 58,8 Perbulan 1,56 1,17 0,39 396,5 161,1 23,5 Pertahun 18,81 14,07 4,7 4758,7 1933,7 28,25 Sumber: Analisis data primer Lampiran 12a dan 14b, 2013. Dari tabel dapat dijelaskan bahwa perbandingan antara pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka lebih tinggi dibandingan pendapatan pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf. Dimana pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka sebesar 58,8 juta minggu, 23,5 juta bulan, 28,25 juta tahun sedangkan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf sebesar 0,09 juta minggu, 0,39 jutabulan, 4,7 jutatahun. Menurut analisis penulis, faktor yang menyebabkan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka lebih tinggi dibandingkan pendapatan usaha pengolaha ubi kayu menjadi tepung mocaf dikarenakan total penerimaan usaha pembuatan tepung tapioka lebih tinggi dibandingan penerimaan usaha pembuatan tepung mocaf. Dimana penerimaan juga dipengaruhi oleh jumlah hasil output serta didorong juga penggunaan bahan baku pengolahan tepung tapioka jauh lebih tinggi dibandingan penggunaan bahan baku pengolahan tepung mocaf. Akan Tetapi untuk memperoleh perbandingan pendapatan yang seimbang, maka penulis membuat ketetapan perbandingan pendapatan pembuatan tepung mocaf dan tepung tapioka per 1 Kg bahan baku ubi kayu. Universitas Sumatera Utara Tabel 37. Perbandingan nilai tambah tepung mocaf dan tepung tapioka. Variabel Nilai Mocaf Tapioka I. Output, Input dan harga 1 Output Kg 15 3741 2 Input 50 7667 3 Tenaga Kerja HKP 0.3 11 4 Faktor Konversi 0.3 0.49 5 Koefisien Tenaga Kerja HKP 0.01 0.002 6 Harga output RpKg 5000 4967 7 Upah T. Kerja Langsung RpHKP 20477 33430,84

II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku RpKg 750 876.7 9 Sumbangan Input Lain Rpkg 180 41.1 10 Nilai output RpKg 1500 2424 11 a. Nilai Tambah RpKg 570 1506.2 b. Rasio Nilai Tambah 38 62.14 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja 123 60.4 Langsung RpKg b. Pangsa Tenaga Kerja 21,49 4.01 13 a. Keuntungan RpKg 447 1445.81 b. Tingkat Keuntungan 7851 95.99 III Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Margin RgKg 750 1547 a. Pendapatan Tenaga Kerja 16,33 3.90 b. Sumbangan Input Lain 24 2.66 c. Keuntungan Pengusaha 59,67 93.44 Sumber: Analisis data primer Lampiran 17a dan 19b, 2013. Universitas Sumatera Utara Output, Input, dan Harga Dari tabel dapat diuraikan bahwa dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf digunakan bahan baku sebanyak 50 kg dapat dihasilkan output sebanyak 15 kg. sehingga faktor konversi dapat dihasilkan sebanyak 0,3. nilai konfersi ini menunjukkan bahwa 1 kg ubi kayu dapat menghasilkan 0,3 kg tepung mocaf . dalam proses ini tenga kerja yang digunakan sebanyak 0,3 HKP. Sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi 1 kg ubi kayu adalah 0,01 HKP. Sedangkan dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka digunakan bahan baku sebanyak 7.667 kg dapat dihasilkan output sebanyak 3.741 kg. sehingga faktor konversi dapat dihasilkan sebanyak 0,49. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa 1 kg ubi kayu dapat menghasilkan 0,49 kg tepung tapioka. Dalam proses ini tenaga kerja yang digunakan sebanyak 11 HKP. Sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi 1 kg ubi kayu adalah 0,002 HKP. Dari penjelasan di atas maka dapat di uraikan bahwa perbandingan bahan baku dengan output yang dihasilkan faktor konversi pada pembuatan tepung tapioka lebih tinggi dibanding faktor konversi pada pembuatan tepung mocaf. Dimana faktor konversi untuk pembuatan tepung tapioka adalah sebesar 0,49, sedangkan faktor konversi untuk pembuatan tepung mocaf adalah sebesar 0,3. Artinya untuk 1 kg ubi kayu dapat menghasilkan 0,49 kg tepung tapioka dan 0,3 kg tepung mocaf. Harga output untuk produk tepung mocaf adalah Rp 5.000kg sedangkan harga rata-rata output untuk produk tepung tapioka adalah Rp 4967 kg. Universitas Sumatera Utara Penerimaan dan Keuntungan Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa harga bahan baku usaha pembuatan tepung mocaf di daerah penelitian adalah Rp 750 kg, sedangkan sumbangan input lain adalah Rp 180 kg. Adapun harga bahan baku usaha pembuatan tepung tapioka di daerah penelitian adalah Rp 876,7 kg dengan sumbangan input lain adalah Rp 41,1 kg. Berikut ini adalah merupakan rincian bahan penunjang sumbangan input lain dalam usaha pembuatan tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian. Tabel 38. Sumbangan input lain. No Uraian Biaya Rp Mocaf Tapioka 1 Enzim 7000 - 2 Plastik pengemasan 1500 - 3 Bensin 500 - 4 Karung Pengemasan - 83466.67 5 Karung Penirisan - 85500 6 Solar - 146250 Total Rp 9000 315216.67 Penggunaan bahan baku Kg 50 7667 Sumbangan input lain RpKg 180 41.11 Sumber: Analisis data primer Lampiran 5a dan 5b, 2013. Nilai output yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf adalah sebesar Rp 1.500 kg. Sedangkan nilai output yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar Rp 2.424 kg. Dimana nilai output ini diperoleh dari perkalian antara faktor konversi dengan harga output. Universitas Sumatera Utara Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibanding nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Dimana besar nilai tambah pembuatan tepung mocaf adalah sebesar Rp 570 kg sedangkan nilai tambah pembuatan tepung tapioka adalah sebesar Rp 1.506,2 kg. Menurut penulis hal tersebut disebabkan karena sumbangan input lain untuk pengolahan tepung mocaf jauh lebih tinggi dibandingan sumbangan input untuk pengolahan tepung tapioka yaitu Rp 180kg sumbangan input lain pembuatan tepung mocaf dan Rp 41,1 kg sumbangan input lain pembuatan tepung tapioka. Dengan demikian, hipotesis nilai tambah value added poduk tepung mocaf lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah value added produk tepung tapioka. Ditolak. Adapun rasio nilai tambah produk tepung mocaf adalah sebesar 38 sedangkan rasio nilai tambah produk tepung tapioka adalah sebesar 62,14. Artinya 38 dari nilai ouput produk tepung mocaf merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf dan 62,14 dari nilai ouput produk tepung tapioka merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Sehingga dapat dijelaskan bahwa nilai rasio produk mocaf lebih rendah dibandingkan nilai rasio produk tapioka. Imbalan tenaga kerja pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf diperoleh dari nilai koefisien tenaga kerja HKP dengan upah tenaga kerja langsung RpHKP yaitu sebesar Rp 123 kg dengan nilai persentase terhadap nilai tambah sebesar 21,49. Sedangkan Imbalan tenaga kerja pengolahan ubi kayu menjadi tepung Universitas Sumatera Utara mocaf yaitu sebesar Rp 60,4 kg dengan nilai persentase terhadap nilai tambah sebesar 4,01. Keuntungan diperoleh dari nilai tambah dikurangi dengan besarnya imbalan tenaga kerja. Keuntungan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf adalah sebesar Rp 447 kg, dengan tingkat keuntungan sebesar 78,51 sedangkan keuntungan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar Rp1.445,81 kg, dengan tingkat keuntungan sebesar 93,44 Balas Jasa Pemilik faktor-faktor produksi Margin pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf diperoleh dari hasil pengurangan nilai output dengan harga bahan baku. Maka diperoleh nilai margin adalah sebesar Rp 750 kg. Pendapatan tenaga kerja adalah hasil perbandingan antara pendapatan tenaga kerja langsung dengan margin dikali dengan 100. Maka diperoleh pendapatan tenaga kerja sebesar 16,33. Sedangkan Margin pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar Rp 1.547 kg. Dimana pendapatan tenaga kerja adalah sebesar 3,90. Balas jasa pemilik faktor-faktor produksi untuk sumbangan input lain untuk pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf diperoleh dari perbandingan sumbangan input lain dengan nilai margin dikali 100. Maka diperoleh sumbangan input lain sebesar 24. Sedangkan balas jasa pemilik faktor-faktor produksi untuk sumbangan input lain untuk pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar 2,66. Universitas Sumatera Utara Keuntungan pelaku usaha tepung mocaf diperoleh dari perbandingan antara keuntungan dengan nilai margin. Maka diperoleh keuntungan sebesar 59,67 sedangkan keuntungan pelaku usaha tepung tapioka diperoleh keuntungan sebesar 93,44 . Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Prospek Pengembangan Agroindustri Tapioka di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus : Desa Firdaus dan Desa Cempedak Lobang, Kecamatan Sei Rampah)

0 73 130

Analisis Usahatani Dan Usaha Pengolahan Sukun (Artocarpus Altilis P.) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus : Desa Bantan, Kecamatan Dolok Masihul Dan Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

8 96 92

Analisis Finansial Industri Pengolahan Ubi Kayu dan Industri Penggilingan Jagung (Studi Kasus: Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai dan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

2 60 82

Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Ubi (Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)

11 135 140

Analisis Pendapatan dan Biaya Produksi Ubi Kayu dalam Mengelola Tepung Tapioka (Studi Kasus: PT. Sumatera Telaga Tapioka Kecamatan Rambutan Tebing Tinggi Kabupaten Deli Serdang)

0 30 85

ANALISIS NILAI TAMBAH TEPUNG TAPIOKA DAN GLUKOSE (Studi Kasus Di Desa Ngemplak Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati)

0 14 1

Analisis Nilai Tambah Pengolahan Tepung Tapioka di Kabupaten Bogor

2 14 55

Analisis Nilai Tambah, Keuntungan dan Efisiensi Pengolahan Tepung Umbi Garut, Ubi Ungu dan Ubi Kayu Kelompok Wanita Tani (KWT) “Melati” di Kabupaten Kulon Progo

1 7 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Ma

1 23 14

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

0 0 13