Kata Keterangan Adverbia Kata Bilangan Numeralia Kata Tugas

31 5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”. 6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu banyak, misal: masing-masing, sesuatu, para, dsb

5. Kata Keterangan Adverbia

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat 2006:137. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi, misal: di sini, di situ, dll. 2. Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanati, lusa, dll 3. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll. 4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll. 32 5. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.

6. Kata Bilangan Numeralia

Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian Chaer,2006:133 , yaitu: 1. Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dst. 2. Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dll. 3. Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap. 4. Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta. 5. Kata bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dll. 6. Kata bilangan ordinalgiliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dst.

7. Kata Tugas

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990:217-218 Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti : dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat terbatas, misalnya: 33 tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan menyudahkan Ciri-Ciri Kata Tugas Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata tugas sebab sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi kategorinya berbeda Jenis-jenis Kata Tugas dalam Hasan Alwi,dkk 2003:283 : 1. Preposisi kata depan: ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina kata benda, misalnya : dari, ke di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor. 2. Konjungsi kata sambung: ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang sederajat, misalnya : dan, atau serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi kata sambung dapat dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau serta. 34 2. Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi. 3. Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh : Biapun begitu, akan tetapi .... 4. Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu: 1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu. 2. Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau. 3. Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama. 4. Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, sekalipun. 5. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti. 6. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh sebab. 7. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai. 8. Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa. 9. Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa. 10. Konjungsi subordinatif komplementasi : bahwa. 11. Konjungsi subodinatif atribut : yang 35 12. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari. 3. Artikula kata sandang ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang, hang, dang. Kata-kata sandang seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang. Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu: 1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang, hang, dang, sri. 2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok makna korelatif ialah kata para. Karena artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-guru. 3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat. 36 4. Interjeksi kata seru: ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam- macam kata seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah : 1. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll. 2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa, kasihan, dll. 3. kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah, Insya Allah, dll. 5. Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah pun. 2.3. Konjungsi 2.3.1. Pengertian Konjungsi Konjungsi yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa Hasan Alwi, dkk., 2003: 296.

2.3.2. Konjungsi Bahasa Jepang Setsuzokushi

Dalam Bahasa Indonesia konjungsi sering disebut juga kata sambung. Kata sambung dalam Bahasa Jepang disebut dengan setsuzokushi. Nagayama Isami secara singkat menjelaskan bahwa yang dimaksud setsuzokushi ialah kelas kata 37 yang dipakai untuk menghubungkan atau merangkaikan kalimat dengan kalimat atau merangkaikan bagian-bagian kalimat Isami, 1986: 157. Fungsi setsuzokushi [konjungsi] yatu: 1. Setsuzokushi dipakai untuk merangkaikan, menjajarkan atau mengumpulkan beberapa kata. Setsuzokushi dipakai di antara kata-kata itu 2. Setsuzokushi dipakai untuk menggabungkan dua klausa atau lebih dalam suatu kalimat, menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Setsuzokushi diapit oleh bagian-bagian kalimat yang digabungkan itu. 3. Setsuzokushi dipakai untuk menggabungkan dua kalimat, menyatakan bahwa kalimat yang disebutkan mula-mula berhubungan dengan kalimat yang disebutkan berikutnya. Setsuzokushi diletakkan setelah titik pada kalimat pertama Setsuzokushi tidak mengenal konjugasi atau deklinasi, termasuk kelas kata yang berdiri sendiri [jiritsugo] dan tidak mempunyai dukungan sintaksis dengan bentuk lain, tidak dapat diatur atau dihubung-hubungkan dengan kata lain dan tidak dapat membentuk kalimat tanpa sokongan kata lain. Setsuzokushi hanya berfungsi menghubungkan beberapa kata, menghubungkan dua klausa atau lebih atau menghubungkan bagian-bagian kalimat, menggabungkan kalimat dengan kalimat. Setsuzokushi tidak dapat menjadi subjek, objek, predikat atau pun adverbia. 38 A. Jenis-Jenis Setsuzokushi Ada beberapa pendapat mengenai setsuzokushi ini. Ada yang membaginya menjadi lima jenis dan ada juga yang membaginya menjadi tujuh jenis. Seperti Uehara Takeshi, Terada Takanao 1984:140 dan Hirai Masao, 1989:156 membagi setsuzokushi menjadi 7 jenis yakni: heiritsu, sentaku, tenka, gyakusetsu, joken, tenkan dan setsumei. Baik Nagayama Isami, 1986:157 maupun Murakami Motojiro tampaknya mengelompokkan jenis setsuzokushi konjungsi jouken, tenkan dan setsumei [yang dikemukakan oleh Uehara Takeshi, Terada Takanao dan Hirai Masao] menjadi jenis junsetsu. Pada bagian ini akan dibahas semua jenis setsuzokushi yang telah dikemukakan di atas. 1. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang setara [heiritsu no setsuzokushi] Setsuzokushi yang dipakai untuk menyatakan hubungan setara di antaranya: oyobi [dan, serta, lagi], narabini [dan, lagipula, serta, begitu pula], mata [dan, lagi, juga, selanjutnya]. Setsuzokushi-setsuzokushi seperti ini berfungsi untuk merangkaikan, menjajarkan atau mengumpulkan beberapa kata atau kalimat yang setara sehingga menjadi satu kesatuan kalimat yang lebih besar. 39 2. Setsuzokushi yang menyatakan pilihan [sentaku no setsuzokushi] Jenis setsuzokushi ini berfungsi menyatakan pilihan di antara kata-kata yang disebutkan sebelumnya dengan kata-kata yang disebutkan kemudian. Setsuzokushi yang menyatakan pilihan ini antara lain: aruiwa [atau, atau pun, boleh jadi, mungkin, barangkali, kalau tidak], soretomo [atau, kalau tidak], matawa [atau], moshikuwa [atau, atau pun] dan sebagainya. 3. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan tambahan [tenki no setsuzokushi] Setsuzokushi yang dipakai untuk menyatakan hubungan tambahan ini di antaranya kata-kata omake ni [tambahan, sebagai tambahan, selain itu, lagipula], shikamo [lagipula, dan, juga, selanjutnya tambahan], soshitesoushite [lalu, dan lagi, selanjutnya], sonoue [di samping itu, selain itu, lagipula, tambahan pula], sorekara [lalu, sesudah itu, maka, selanjutnya], sore ni [lagipula, selain itu, tambahan], nao [lagi, lagipula, selanjutnya dan lagi, demikian juga], mata [lagi, dan juga, selanjutnya tambahan, yang lain]. Setsuzokushi kelompok ini berfungsi menyatakan bahwa tindakan pertama diikuti tindakan berikutnya, bendakeadaan yang pertama diikuti bendakeadaan yang pertama diikuti bendakeadaan berikutnya. Penjelasan yang disebutkan kemudian memperkuat penjelasan yang disebutkan sebelumnya. 40 4. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang berlawanan [gyakusetsu no setsuzokushi]. Setsuzokushi yang dipakai untuk menyatakan hubungan yang berlawanan ialah: ga [[tapi, tetapi, namun], kedokeredokedomokeredomo [tapi, tetapi, akan tetapi, meskipun, walaupun], shikashi [tetapi, walaupun demikian, namun] soredemo [walaupun begitu, walaupun demikian, tetapi], tadashi [tetapi, tapi], dagadesu ga [tetapi, akan tetapi, walaupun demikian], dakedodakeredodesukedodesukeredodesukeredomodakeredomo [walaupun demikian, tapi, tetapi], datte [tetapi], demo [walaupun begitu, biarpun, tetapi, akan tetapi], tokoroga [tetapi, sebaliknya, padahal, melainkan], dan sebagainya. Setsuzokushi yang termasuk kelompok ini berfungsi untuk merangkaikan beberapa kata atau kalimat dan menyatakan bahwa pernyataan yang disebutkan pertama berlawanan dengan pernyataan yang disebutkan kemudian 5. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan sebab-akibat atau hubungan persyaratan [jouken no setsuzokushi]. Setsuzokushi-setsuzokushi yang menyatakan hubungan sebab-akibat ini antara lain: sorede [oleh sebab itu, maka], sokode [oleh karena itu, jadi], suruto [dengan demikian, lantas], dakaradesukara [oleh karena itu, maka, karena, sehingga, jadi], shitagatte [oleh karena itu, oleh sebab itu, jadi, karena], yue ni [oleh karena itu, oleh sebab itu], soreyue [oleh sebab itu, karena itu], totara [karena, sebab, bila, kalau]. Setsuzokushi jenis ini berfungsi merangkaikan beberapa kata atau kalimat dan menyatakan kata- kata atau kalimat yang disebutkan mula-mula merupakan syarat atau sebab, 41 sedangkan kata-kata atau kalimat yang disebutkan kemudian merupakan akibat 6. Setsuzokushi yang menyatakan suatu perubahan atau peralihan [tenkan no setsuzokushi]. Setsuzokushi-setsuzokushi yang termasuk jenis ini di antaranya: sate [kalau begitu, baik, nah, ada pun, jadi, maka, lantas], dewa [kalau begitu, maka, lalu, kemudian, jadi, baiklah], tokini [walaupun demikian, ngomong- ngomong], tokorode [oya, ngomong-ngomong, tetapi], soredewa [kalau begitu, jika demikian, jadi], tonikaku [namun demikian, walau bagaimanapun, pokoknya, pada umumnya, bagaimanapun juga]. 7. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan penjelasan [setsumei no setsuzokushi] Di dalam kelompok setsuzokushi yang menyatakan hubungan penjelasan ini terdapat kata-kata: tsumari [dengan singkat, dengan kata lain, pendek kata, alhasil, ialah, yaitu, akhirnya, yakni], sunawachi [yaitu, yakni, ialah, lalu], tatoeba [misalnya, umpamanya, seandainya], nazenara [sebab, karena], yousuruni [dengan singkat, pendek kata, pokoknya, sebenarnya], dan lain-lain. Setsuzokushi kelompik ini berfungsi merangkaikan beberapa kata atau kalimat dan menyatakan pernyataan yang disebut kemudian merupakan penjelasan atau tambahan pernyataan yang disebut sebelumnya. 42

2.3.3. Konjungsi Bahasa Indonesia

A. Pengertian Konjungsi Menurut Alwi, 2003 : 296 Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam kontruksi hipotaksis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam kontruksi. Konjungsi menghubungkan bagian – bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran. Keanekaragaman bahasa menyebabkan beberapa konjungsi sulit dibedakan dari preposisi. Dapat juga dijelaskan bahwa Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Konjungsi disebut juga dengan istilah kata sambung, kata hubung, dan kata penghubung. Konjungsi adalah sistem semantik yang menghubungkan antarklausa dalam sebuah urutan, consequential, perbandingan, dan penambahan Gerot dan Wignell,1994: 180. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia konjungsi atau konjungtor ini merupakan kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Menurut Tjiptaji dan Negoro 1975: 90 kata penghubung ialah kata yang menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase ataupun kalimat dengan kalimat. Selanjutnya, Ambary 1983: 132 kata sambung atau kata penghubung ialah kata yang bertugas menghubungkan kalimat, bagian kalimat atau kata dengan sekaligus menentukan macam hubungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa konjungi atau kata penghubung adalah kata yang dipergunakan untuk menghubungkan antara satuan dengan satuan yang lain. Hubungan satuan dengan satuan tersebut dapat berupa kata dengan kata, frase 43 dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan paragaf. B. Jenis Dan Fungsi Konjungsi Dalam bahasa Indonesia konjungsi dapat dibagi atas dasar perilaku sintaktisnya seperti berikut ini, Hasan Alwi, dkk., 2003: 296 : 1. Konjungsi Koordinatif Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur tersebut memiliki status yang sama. Selain dapat menghubungkan klausa, konjungsi ini pun dapat menghubungkan kata. Walaupun demikian, frasa yang dihasilkan bukan frasa preposisional. 2. Konjungsi Subordinatif Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintakstis yang sama. Salah satu klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini dapat dikelompokkan sebagai berikut ini. a Konjungsi subordinatif waktu: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai. b Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala. c Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya. 44 d Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, agar supaya, biar. e Konjungsi subordinatif konsesif: biarpun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, kendatipun, padahal. f Konjungsi subordinatif kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana. g Konjungsi subordinatif penyebaban: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab. h Konjungsi suborfinatif pengakibatan: sehingga, sampai-sampai, maka- nya. i Konjungsi subordinatif penjelasan: bahwa. j Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa. 3. Konjungsi Korelatif Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa; dan kedua unsur itu memiliki status sintaktis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Berikut ini contohnya: baik…maupun… tidak hanya…, tetapi juga … bukan hanya…,melainkan juga… demikian…,sehinga… sedemikian rupa sehingga… 45 apakah… atau … entah …entah … jangankan …, … pun … Contoh: 1. Baik anda, maupun istri anda, maupun mertua anda akan menerima cindera mata. 2. Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh 3. Kita harus mengerjakan sedemikian rupa sehingga hasilnya benar-benar baik. 4. Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antar kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Karena itu konjungsi ini selalu memulai kalimat baru dan diawali dengan huruf kapital. Hasan Alwi, dkk., 2003: 296 1. Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya, seperti biarpun demikianbegitu, sekalipun demikianbegitu, sesungguhnya demikianbegitu, walaupun demikianbegitu, dan meskipun demikianbegitu. Contoh : Saya tidak suka dengan cara dia berbicara. Walaupun demikian, saya harus tetap menghormatinya. 46 2. Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, seperti sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya. Contoh : Untuk hari ini, yang akan saya pelajari pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah itu, saya akan belajar Matematika. 3. Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya, seperti tambahan pula, lagi pula, dan selain itu. Contoh : Kami menyambut tahun baru dengan kemeriahan kembang api. Selain itu, suara terompet juga ikut menambah semaraknya suasana tahun baru. 4. Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti sebaliknya. Contoh : Janganlah kita membuang sampah di sungai ini Sebaliknya, kita harus menjaganya agar tetap bersih untuk mencegah terjadinya banjir. 5. Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, seperti sesungguhnya dan bahwasanya. Contoh : Temanku mengalami kecelakaan tadi siang. Sesungguhnya, aku sudah mencegahnya untuk tidak mengendarai sepeda motor saat hujan tadi siang. 47 5. Konjungsi Antarparagraf Konjungsi antarparagraf adalah konjungsi yang menghubungkan antarparagraf dan diletakkan di awal paragraf. Hubungan dengan paragraf sebelumnya didasarkan pada makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya itu. Berikut ini contohnya. - Adapun - akan hal - mengenai - dalam pada itu

2.4. Konjungsi -tara ~

Penggunaan kata kerja bentuk -tara ― Bentuk Syarat ; Bentuk lampau biasa dari [K. Kerja K. Sifat-i K.Sifat-na K.Benda] + , ~Artinya: Kalau…, maka… Dengan membubuhkan pada bentuk waktu lampau, terbentuklah anak kalimat persyaratan berupa sesuatu hal atau gerakan. Ini dipakai untuk menunjukkan kedudukan, opini, permintaan, keadaan, dll dari si pembicara di bawah persyaratan tersebut. Contohnya: 雨 ッ ニッ 行 Kalau turun hujan, tidak pergi piknik. 48 1. Menunjukkan pengandaian dan hasilnya : jika.....maka menyatakan persyaratan 例: 金 新 靴 買 . 2. Menyatakan suatu perbuatan atau keadaan yang terjadi di masa mendatang, jika suatu persyaratan telah terpenuhi 例: 時間 テ 見 jika tidak ada waktu, saya tidak akan menonton televisi Note: pemakaian ~ hampir sama dengan pemakaian ~ ~ ~ digunakan apabila hasilnya merupakan suatu tujuan, permintaan perintah atau pertanyaan. 3. Menunjukkan urutan waktu; 4. Menunjukkan alasan 5. Menunjukkan makna sono toki ketika itu; 6. Menunjukkan makna sono atode setelah itu 7. Menunjukkan penemuan hakken. 8. Menunjukkan pengajuan suatu idegagasan; 9. Menunjukkan iritasi ketidaksabaran dan ajakan. 49

2.5. Konjungsi kalau

1. Konjungsi Kalau dipakai untuk ‘menggabungkan menyatakan syarat’ digunakan dibelakang klausa yang menjadi anak kalimat pada suatu kalimat majemuk bertingkat Chaer,1988:154. Contoh: - Kamu akan lulus ujian dengan baik kalau kamu belajar sungguh-sungguh dari sekarang - Saya akan datang kalau diberi ongkos Dimana letak klausa yang menjadi anak kalimat dan klausa yang menjadi induk kalimat dapat bertukar tempat, maka letak konjungsi kalau dapat menduduki posisi awal kalimat dan tengah kalimat. 2. Penggunaan konjungsi kalau ialah untuk menggabungkan menyatakan syarat dan letak klausa yg menjadi induk kalimat dapat berada sebelum subjek,predikat, atau sebelum objek dalam sebuah kalimat.kridalaksana ,1976:81 Contoh: a. Saya dapat menyelesaikan pekerjaan itu kalau kamu mau membantu dengan baik b. Kalau kamu sudah sembuh, kita akan pergi berlibur keluar kota. 50 BAB III ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI -TARA BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI KALAU BAHASA INDONESIA

3.1. Perbedaan penggunaan konjungsi -tara bahasa Jepang dengan konjungsi kalau bahasa Indonesia.

1. Konjungsi -tara yang menunjukkan urutan waktu.