9
3. Teori penggunaan -tara menurut Yokobayashi dan Shimomura
Menurut Yokobayashi dan Shimomura dalam Lelita 2012:13, ada beberapa penggunaan konjungsi -tara, yaitu:
- Menunjukkan Katei Jouken, yaitu yang menunjukkan urutan waktu dimana setelah apa yang diungkapkan pada klausa pertama terjadi, maka dilakukan apa
yang diungkapkan pada klausa akhir. Biasanya pada klausa akhir terdapat harapankeinginan si pembicara kibou, maksudkemauan ishi, perintahmeirei
dan kemungkinan suisatsu. Contoh : 明日
朝早 ンッ
う Besok pagi kalau saya bisa bangun cepat, saya bermaksud jogging.
Yokobayashi, 1988:66 - Menunjukkan alasan riyuu, akhir kalimat merupakan bentuk lampau, contoh:
う Kalau makan Aoume, perut saya menjadi sakit.
- Menunjukkan makna sono toki ketika itu dan sono atode setelah itu, contoh: う
Ketika berjalan-jalan, mendadak turun hujan Yokobayashi, 1988:71
- Menunjukkan makna penemuan hakken. Pada akhir kalimat terdapat kenyataan yang tidak ada hubungannya dengan maksudkemauan si pembicara. Akhir
kalimat menggunakan bentuk lampau, contoh : 友
家 Ketika berkunjung kerumah teman, ia tidak ada.
Yokobayashi, 1988:72
10
4. Teori penggunaan -tara menurut Toshiko
Menurut Toshiko 1991:118, konjungsi -tara dipakai untuk menyatakan keadaan yang berlawanan sebagai kenyataan yang terjadi saat sekarang, seperti
contoh: わ
う
5. Teori penggunaan -tara menurut Takayuki Tomita
Menurut Takayuki Tomita dalam Lelita 2012:15, bentuk -tara digunakan untuk mengungkapkan keadaan dimana “dimasa yang akan datang ketika X
selesai, ketika X telah dilaksanakan, ketika telah menjadi X, atau ketika tahu bahwa itu X, maka dilakukan upaya Y”. Contoh :
K わ
わ
K, kalau sudah selesai baca Koran, perlihatkan pada saya. わ
Ya, saya mengerti. Berdasarkan kalimat diatas, bahwa maksud pernyataan A itu adalah, ‘Nanti
beberapa menit atau beberapa puluh menit yang akan datang, pada waktu saudara K sudah selesai membaca Koran, maka perlihatkanlahpinjamkanlah
koran itu kepada saya’.
6. Teori penggunaan -tara menurut Naoko Chino