10
4. Teori penggunaan -tara menurut Toshiko
Menurut Toshiko 1991:118, konjungsi -tara dipakai untuk menyatakan keadaan yang berlawanan sebagai kenyataan yang terjadi saat sekarang, seperti
contoh: わ
う
5. Teori penggunaan -tara menurut Takayuki Tomita
Menurut Takayuki Tomita dalam Lelita 2012:15, bentuk -tara digunakan untuk mengungkapkan keadaan dimana “dimasa yang akan datang ketika X
selesai, ketika X telah dilaksanakan, ketika telah menjadi X, atau ketika tahu bahwa itu X, maka dilakukan upaya Y”. Contoh :
K わ
わ
K, kalau sudah selesai baca Koran, perlihatkan pada saya. わ
Ya, saya mengerti. Berdasarkan kalimat diatas, bahwa maksud pernyataan A itu adalah, ‘Nanti
beberapa menit atau beberapa puluh menit yang akan datang, pada waktu saudara K sudah selesai membaca Koran, maka perlihatkanlahpinjamkanlah
koran itu kepada saya’.
6. Teori penggunaan -tara menurut Naoko Chino
Menurut Naoko Chino 2008:90, penggunaan konjungsi -tara adalah sebagai berikut:
11
- Menunjukkan pengajuan suatu idegagasan; Contoh : Mou osoi kara, sono shigoto ashita ni nasattara.
Sudah terlambat, bagaimana kalau pekerjaan itu dikerjakan besok saja - Menunjukkan iritasi ketidaksabaran dan ajakan. Contoh:
う [Ayo, tidurlah]
Berdasarkan pendapat yang disebutkan diatas, maka fungsi bentuk -tara adalah sebagai berikut :
1. Menunjukkan sifat pengandaian; 2. Menunjukkan syarat dari suatu gatra;
3. Menunjukkan urutan waktu; 4. Menunjukkan alasan;
5. Menunjukkan makna sono toki ketika itu; 6. Menunjukkan makna sono atode setelah itu;
7. Menunjukkan penemuan hakken; 8. Menunjukkan pengajuan suatu idegagasan;
9. Menunjukkan iritasi ketidaksabaran dan ajakan.
1. Teori Penggunaan Konjungsi kalau Menurut Abdul Chaer.
Konjungsi Kalau dipakai untuk ‘menggabungkan menyatakan syarat’ digunakan dibelakang klausa yang menjadi anak kalimat pada suatu kalimat majemuk
bertingkat chaer,1988:41.
12
Contoh: 1. Kamu akan lulus ujian dengan baik kalau kamu belajar sungguh-sungguh.
2. Kalau buku itu hilang, dia akan menggantinya.
2. Teori penggunaan konjungsi kalau menurut Harimurti Kridalaksana.
Penggunaan konjungsi kalau ialah untuk menggabungkan menyatakan syarat dan letak klausa yg menjadi induk kalimat dapat berada sebelum subjek,predikat,
atau sebelum objek dalam sebuah kalimat.kridalaksana ,1976:81
Contoh: a. Saya dapat menyelesaikan pekerjaan itu kalau kamu mau membantu
dengan baik b. Kalau kamu sudah sembuh, kita akan pergi berlibur keluar kota.
Berdasarkan pendapat dari beberapa teori yang telah dikemukakan diatas, yaitu Anthony Alfonso, Shigeyuki Suzuki, Yokobayashi dan Shimomura, Toshiko,
Takayuki Tomita, dan Naoko Chino yang menyatakan ada 9 fungsi penggunaan bentuk -tara bahasa jepang dan dari teori Chaer serta Harimurti Kridalaksana
maka fungsi konjungsi kalau bahasa Indonesia adalah untuk menyatakan syarat. Selanjutnya penulis menggunakan teori kontrastif yang dikemukakan oleh
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan untuk melihat perbedaan dan persamaan penggunaan konjungsi -tara bahasa Jepang dan konjungsi kalau bahasa
Indonesia. Tarigan 1992:3, kontrastif adalah memperbandingkan struktur bahasa pertama B1 dan struktur bahasa kedua B2 untuk mengidentifikasi perbedaan
kedua bahasa.
13
1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penggunaan konjungsi -tara bahasa Jepang 2. Mengetahui penggunaan konjungsi kalau bahasa Indonesia
3. Mengetahui perbedaan dan persamaan penggunaan konjungsi -tara bahasa Jepang dengan konjungsi kalau bahasa Indonesia.
b. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti sendiri dapat penambah wawasan dan pengetahuan tentang kontrastif
konjungsi -tara bahasa Jepang dengan konjungsi kalau bahasa Indonesia 2. Memberikan informasi kepada masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa
Fakultas Ilmu Budaya khususnya Sastra Jepang tentang kontrastif konjungsi - tara bahasa Jepang dengan konjungsi kalau bahasa Indonesia
3. Dapat dijadikan sumber ide dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang kontrastif konjungsi -tara bahasa Jepang dengan
konjungsi kalau bahasa Indonesia.
1.6. Metode Penelitian
Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode Deskriptif. Menurut
Koentjaraningrat 1976:30, penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan
14
gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu dalam memecahkan masalah penelitian, mengumpulkan,
menyusun, mengklasifikasi, mengkaji, dan menginterpretasikan data. Untuk memperoleh data penulis menggunakan berbagai macam buku,
diantaranya buku-buku pelajaran bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, seperti : Minna no nihon go, Panduan Belajar Bahasa Dan Satra Indonesia Kelas XI dan
XII serta Lembar kerja Siswa Bahasa Indonesia. Penulis mengumpulkan hal-hal yang menggunakan bentuk konjungsi -tara dan bentuk konjungsi kalau
kemudian menganalisisnya.
15
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG KATA DAN KONJUNGSI
2.1. Pengertian Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai
kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak
dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
2.2. Jenis-Jenis Kata 2.2.1. Jenis Kata Bahasa Jepang
Takeda Mitoki, 1985:543–546 dalam Sudjianto mengemukakan bahwa didalam bahasa Jepang terdapat sepuluh kelas kata, delapan kelas kata termasuk
kedalam jiritsugo yang diantaranya adalah dooshi verb, keiyooshi adjective -i, keiyoodooshi adjective –na, meishi nomina, fukushi adverb, rentaishi
prenomina, setsuzokushi konjungsi, dan kandooshi interjeksi. Sedangkan sisanya termasuk fuzokugo yaitu jodooshi verb bantu dan joshi partikel. Dalam
kelompok jiritsugo ada kata-kata yang dapat mengalami perubahan tetapi ada juga yang tidak dapat mengalami perubahan. Kelompok jiritsugo yang dapat
16
mengalami perubahan dan dapat menjadi predikat disebut yoogen yang terdiri dari dooshi, keiyoodhi, dan keiyoodooshi. Sedangkan yang tidak memiliki bentuk
perubahan terdapat kata-kata yang dapat menjadi subjek yang biasa disebut taigen yang mencakup satu kelas yaitu meishi.
Dalam kelompok jiritsugo yang tidak dapat mengalami perubahan ada juga kata-kata yang tidak dapat menjadi subjek tetapi dapat menerangkan yoogen yaitu
fukushi, menerangkan taigen yaitu rentaishi, kata-kata yang tidak menjadi kata keterangan tapi berfungsi untuk menyambungkan dua kalimat atau dua bagian
kalimat yaitu setsuzokushi dan yang tidak berfungsi sebagai penyambung disebut kandooshi. Dalam fuzokugo juga ada kelas kata yang dapat mengalami
perubahan yang disebut dengan jodooshi sedangkan yang tidak mengalami perubahan disebut joshi.
1. Dooshi verb