1.6.4 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
Secara sederhana, Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik menjadi dua, yakni: Pertama, partisipasi secara konvensional di mana prosedur
dan waktu partisipasinya diketahui publik secara pasti oleh semua warga. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk pemberian suara voting, diskusi politik, kegiatan
kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, serta komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif.Kedua, partisipasi
secara non-konvensional.Artinya, prosedur dan waktu partisipasi ditentukan sendiri oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri.Dapat
dilihat dari tindakan pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik terhadap manusia penculikan, pembunuhan, serta perang
gerilya dan revolusi.
31
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut menjadi:
1. Kegiatan pemilihan, yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan
umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha
mempengaruhi hasil pemilu; 2.
Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu
isu;
31
Budi Suryadi, Sosiologi Politik, Sejarah, Definisi, dan Perkembangan Konsep, Yogyakarta: IRCISOD, 2007, hal. 133-134.
Universitas Sumatera Utara
3. Kegiatan organisasi, yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik
selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;
4. Contacting, yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun
jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan
5. Tindakan kekerasan violence, yaitu tindakan individu atau kelompok
guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara,
teror, kudeta, pembutuhan politik assassination, revolusi dan pemberontakan.
32
Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi bentuk klasik dalam studi partisipasi politik.Keduanya tidak
membedakan apakah tindakan individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal.Sebab itu, penyuapan, ancaman, pemerasan, dan
sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalahmasuk ke dalam kajian ini. Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu
bentuk kegiatan atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Sehubungan dengan itu penelitian yang dilakukan penulis adalah menyangkut partisipasi politik atau
keikutsertaan masyarakat pemilih, dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi di Kelurahan Bagan Deli pada Pilgubsu 2013, maka berdasarkan pendapat yang
32
Samuel P. Huntington dan Nelson, op.cit.,hal. 16-18.
Universitas Sumatera Utara
disampaikan oleh Samuel P.Hutington dan Nelson di atas, penulis mengambil beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur partisipasi politik
masyarakat, yaitu:a keterlibatan di dalam proses pemilukada, b alasan dalam memberikan hak suaranya, c keikutsertaan seseorang dalam kampanye, dan d
keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat.
1.6.5 Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat