1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis
mencoba merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat pada
Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli?”
1.4Tujuan Penelitian
Sebagaimana pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan tingkat ekonomi masyarakat Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli terhadap partisipasi politik pada
Pilgubsu 2013, 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat ekonomi masyarakat
terhadap partisipasi politik masyarakat di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli pada Pilgubsu 2013.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah memberikan sumbangan dalam memperkaya khasanah pengetahuan tentang partisipasi politik
masyarakat.Sedangkan secara praktis penelitian ini mampu menjadi referensi bagi institusi ataupun masyarakat agar menjadi tolak ukur dalam memahami hubungan
tingkat ekonomi masyarakat terhadap partisipasi politik pada pemilukada.
Universitas Sumatera Utara
1.6Kerangka Teori 1.6.1Pengertian Ekonomi
Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat ukuran–ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih
dikenal dengan istilah stratifikasi sosial.Diantaranya adalah pelapisan yang terjadi karena kekayaan seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat
ekonomi.Ekonomi sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada individu dan masyarakat.Secara estimologis dapat diartikan,bahwa ekonomi
terdiri dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu oikos dan nomos yang berarti tata laksana rumah tangga.
16
Untuk melihat defenisi ekonomi sendiri secara utuh yang dijelaskan oleh Rosyidi, bahwa ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai kemakmuran.
17
Maka dapat dikatakan bahwa ekonomi secara umum mengkaji mengenai pemenuhan kebutuhan manusia dan kemakmuran manusia.Selanjutnya,
dua hal pokok dari permasalahan ekonomi tersebut, yaitu kebutuhan dan pencapaian kemakmuran merupakan salah satu dasar di dalam pelapisan sosial
masyarakat.Dengan kata lain, semakin makmur seseorang dan semakin mampu untuk memenuhi kebutuhannya maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi
seseorang di dalam struktur sosial kemasyarakatan.
16
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,1996, hal.5.
17
Ibid, hal.7.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan defenisi yang diungkap oleh Silk,dia mengungkapkan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan dan merupakan suatu bagian
yang penting daripada studi tentang manusia. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya sehari-hari, serta sumber-sumber
material yang mereka dapatkan.
18
Dari defenisi di atas, terdapat satu unsur yaitu kekayaan yang menjadi ukuran di dalam studi tentang ekonomi tersebut dimana
unsur kekayaan dan sumber-sumbernya merupakan akses di dalam pemenuhan tingkatan kebutuhan manusia.Maka, dengan adanya kekayaan pemenuhan
kebutuhanakan tercapai dimana semakin kaya seseorang maka akan semakin tinggi kemampuannya untuk memenuhi tingkatan kebutuhannya.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ekonomi adalah studi tentang individu dan masyarakat yang mengkaji tentang pemenuhan kebutuhan individu
dan masyarakat yang terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan dan keinginan masyarakat.Konsep dari uraian di atas, menghasilkan beberapa unsur untuk
mendukung konsep tersebut namun kesemuanya itu apabila ditelaah tetap mengacu pada satu konsep yaitu kemampuan akses terhadap pemenuhan tingkat-
tingkat kebutuhan dan keinginan manusia yang bermuara kepada kemakmuran seseorang.Kemampuan akses tersebut diwujudkan melalui pendapatan seseorang
dan kekayaannya yang bertujuan untuk pemenuhan berbagai tingkatan kebutuhan dan keinginannya tersebut.Aspek-aspek yang mendukung pemenuhan kebutuhan
tersebut tergolong dalam unsur indikator penentuan tingkatan ekonomi seseorang.
18
Ibid , hal.27.
Universitas Sumatera Utara
1.6.2 Status Sosial Berdasarkan Tingkat Ekonomi
Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan-tingkatan atau pelapisan status ekonomi seseorang di dalam masyarakat tidak terlepas dari
konsep sosiologis tentang terjadinya stratifikasi pengelompokan sosial di dalam masyarakat.Konsep ini diperlukan dalam penelitian ini, sebagaimana konsep ini
menjelaskan tetang dasar terjadinya tingkatan-tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian stratifikasi sosial itu adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat hirarkis.Perwujudannya
adalah kelas tinggi dan kelas rendah yang terdiri dari berbagai dasar bentuk indikator dalam penentuan kelas tinggi dan rendah tersebut.
19
Stratifikasi sosial selalu terdapat di dalam sebuah masyarakat dimanapun masyarakat itu
berada.Artinya, setiap masyarakat selalu terdiri dari tingkatan atau pelapisan- pelapisan di dalam struktur masyarakat itu sendiri yang menentukan posisi atau
kedudukan individu di dalam masyarakat tersebut yang didasarkan atas adanya sesuatu yang dihargai di masyarakat.Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat
tersebut itulah yang tentunya sebagai sebab timbulnya sistem yang berlapis-lapis di dalam masyarakat.Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin
sesuatu barang, mungkin berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, atau mungkin juga
keturunan dari keluarga yang terhormat.
19
Soerjono Soekatno, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT.RafaGrafindo Persada,2001, hal.252.
Universitas Sumatera Utara
Sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur.Barang yang memiliki sesuatu yang berharga
dalam jumlah yang sangat banyak dianggap masyarakat yang berkedudukan dalam lapisan atas begitu juga sebaliknya.
20
Maka, bentuk-bentuk dasar di dalam lapisan masyarakat tersebut sangat beragam tetapi tetap menjurus kepada sesuatu
yang dihargai di dalam masyarakat. Status ekonomi adalah kedudukan seseorang di dalam pelapisan
masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan.Faktor kekayaan tersebut dasar penentuan pelapisan seseorang di dalam masyarakat berdasarkan status
ekonominya dan sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status ekonomi individu di dalam masyarakat.Unsur-unsur yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur dalam melihat pemilikan kekayaan seseorang individu di dalam masyarakat, walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya, dapat dijadikan
indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.
21
Ukuran atau kriteria yang ditawarkan para ahli dalam menggolong- golongkan anggota masyarakat berdasarkan status ekonominya dapat dipaparkan
lebih lanjut sebagai dasar di dalam melihat tinggi rendahnya ukuran kekayaan seseorang.Berdasarkan yang diungkapkan oleh Soekanto, bahwa yang termasuk di
dalam ukuran kekayaan seseorang dapat dilihat dari bentuk rumah bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian, kebiasaan untuk belanja
20
Ibid , hal.251.
21
Ramlan Surbakti, op.cit., hal.144.
Universitas Sumatera Utara
barang-barang mahal.
22
Lalu Surbakti sendiri mengungkapkan bahwa ukuran status ekonomi seseorang dapat diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun
pemilikan benda-benda berharga dari orang tersebut.
23
Pemilikan benda-benda berharga yang diungkapkan oleh Surbakti adalah benda-benda yang sifatnya tidak
hanya materi tetapi juga benda-benda yang sifatnya non- materi yang dihargai di dalam masyarakat, misalnya matapencaharian, jabatan di dalam pemerintahan,
keturunan dari keluarga yang terhormat, dan lain-lain. Dari penjelasan yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa seseorang
itu termasuk dalam status ekonomi tinggi, sedang, dan rendah dalam lapisan masyarakat adalah berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat
kepadanya dilihat dari kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap pemenuhan tingkatan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut dalam
masyarakat. Maka ukuran yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Surbakti yang dipaparkan di atas, untuk melihat tingkat ekonomi seseorang
adalah:a penghasilan, b pengeluaran, c pemilikan terhadap benda-benda berharga, dan d pekerjaanmatapencaharian.Bedasarkan ukuran ini, maka dapat
ditetapkan seseorang berada dalam kedudukan status ekonomi tinggi, sedang, dan rendah.
Semakin tinggi faktor-faktor di atas dimiliki seseorang, maka semakin tinggi tingkatan status ekonominya dan sebaliknya. Adanya status ekonomi yang
berbeda akan sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam pembentukan sikap
22
Soerjono Soekanto, op.cit., hal.263.
23
Ramlan Surbakti, op.cit.,hal.144.
Universitas Sumatera Utara
politiknya dan tingkah laku politiknya yang tertuang di dalam partisipasi politik yang dilakukan pada pemilihan kepala daerah.
1.6.3 Pengertian Partisipasi Politik
Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain
dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Berikut beberapa definisi
partisipasi politik dari beberapa ahli. Adapun pengertian partisipasi politik menurut Michael Rush dan Philip Althoft,yaitu:
“Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan
dalam ikut serta menentukan pemimpin pemerintahan”.
24
Segala kegiatan warga negara yang mempengaruhi proses pembuatan serta pelaksanaan kebijakan umum termasuk dalam memilih pemimpin pemerintahan
dapat digolongkan sebagai kegiatan partisipasi politik. Dalam hubungan dengan negara-negara baru Samuel P. Hunington dan Joan Nelson dalam bukunya yang
berjudul “Pembangunan Politik di Negara-NegaraBerkembang” memberi tafsiran yang lebih luas dengan memasukan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan.
Menurut mereka partisipasi politik adalah: “Kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang
dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah,
24
Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003, hal. 121.
Universitas Sumatera Utara
karena Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau ilegal, efektif atau tidak efektif”.
25
Kemudian Miriam Budiardjo mendefinisikan partisipasi politik tersebut sebagai berikut:
“Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin
negara, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan negara.Kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara pada pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, menjadi salah satu anggota partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan contacting dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya”.
26
Dalam hal ini, Miriam Budiardjo mendefenisikan partisipasi politik tersebut sebagai kegiatan individu atau kelompok yang bertujuan agar masyarakat
tersebut ikut aktif dalam kehidupan politik, memilih pimpinan publik atau mempengaruhi kebijakan publik.
Berdasarkan beberapa defenisi konseptual partisipasi politik yang dikemukakan di atas, secara substansial menyatakan bahwa setiap partisipasi
politik yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan-kegiatan sukarela yang nyata dilakukan, atau tidak menekankan pada sikap-sikap.Seperti kita
ketahui juga bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga
25
Samuel P. Huntington dan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta,
1990, hal. 16-18.
26
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia, 1998, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa yang tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan.Dalam sistem pemerintahan,
yang berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah, akan tetapi masyarakat mempunyai hak untuk mempengaruhi proses
pembuatan serta pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut.
27
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membedakan partisipasi menjadi dua yakni: partisipasi otonom dilakukan pribadi secara sadar dan partisipasi
yang dimobilisasi digerakkan.
28
Apabila kegiatan partisipasi itu dilakukan oleh pelakunya sendiri, maka partisipasi tersebut dapat digolongkan kedalam
partisipasi otonom, sedangkan jika kegiatan tersebut digerakkan oleh orang lain maka dapat dimasukkan kedalam partisipasi mobilisasi. Di tengah-tengah
perjalanan Indonesia menuju demokrasi yang ideal, masyarakat Indonesia masih memiliki karakteristik, seperti pendidikan yang belum baik, ekonomi yang kurang
baik dan kurangnya akses informasi, membuat pola partisipasinya cenderung dimobilisasi. Karakteristik tersebut belum mendorong masyarakat untuk
membangun suatu pola partisipasi yang mandiri.Sejak merdeka, elit-elit partai cenderung menggunakan cara-cara mobilisasi ataupun penetrasi ke masyarakat
untuk mendukung partai politiktertentu.Demokrasi parlementer yang dinilai memiliki ruang publik dan kebebasan politik yang memadai juga ditandai dengan
intervensi elit lokal maupun pusat untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
27
Sudjono Sastroatmodjo, op.cit., hal. 5-6.
28
Samuel P. Huntington dan Nelson, op.cit.,hal. 9-12.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian adapun fungsi dari partisipasi politik di antaranya dikemukakan oleh Robert Lane, yakni sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ekonomis,
penyesuaian diri, mengejar nilai-nilai khusus, dan pemenuhan kebutuhan psikologis.
29
Bagi pemerintah, partisipasi politik dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi. Fungsi yang pertama: partisipasi politik masyarakat untuk
mendukung program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program
pembangunan. Fungsi yang kedua: partisipasi masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi
pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Ketiga: sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap pemerintah dalam
perencanaan dan pelaksanaan-pelaksanaan pembangunan. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan ormas dan organisasi sosial politik orsospol merupakan
contoh dari fungsi politik ini.
30
29
Michael Rush dan Philip Althoff, op.cit.,hal. 181-182.
30
Sudjono Sastroatmodjo, op.cit.,hal.86.
Universitas Sumatera Utara
1.6.4 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
Secara sederhana, Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik menjadi dua, yakni: Pertama, partisipasi secara konvensional di mana prosedur
dan waktu partisipasinya diketahui publik secara pasti oleh semua warga. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk pemberian suara voting, diskusi politik, kegiatan
kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, serta komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif.Kedua, partisipasi
secara non-konvensional.Artinya, prosedur dan waktu partisipasi ditentukan sendiri oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri.Dapat
dilihat dari tindakan pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik terhadap manusia penculikan, pembunuhan, serta perang
gerilya dan revolusi.
31
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut menjadi:
1. Kegiatan pemilihan, yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan
umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha
mempengaruhi hasil pemilu; 2.
Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu
isu;
31
Budi Suryadi, Sosiologi Politik, Sejarah, Definisi, dan Perkembangan Konsep, Yogyakarta: IRCISOD, 2007, hal. 133-134.
Universitas Sumatera Utara
3. Kegiatan organisasi, yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik
selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;
4. Contacting, yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun
jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan
5. Tindakan kekerasan violence, yaitu tindakan individu atau kelompok
guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara,
teror, kudeta, pembutuhan politik assassination, revolusi dan pemberontakan.
32
Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi bentuk klasik dalam studi partisipasi politik.Keduanya tidak
membedakan apakah tindakan individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal.Sebab itu, penyuapan, ancaman, pemerasan, dan
sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalahmasuk ke dalam kajian ini. Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu
bentuk kegiatan atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Sehubungan dengan itu penelitian yang dilakukan penulis adalah menyangkut partisipasi politik atau
keikutsertaan masyarakat pemilih, dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi di Kelurahan Bagan Deli pada Pilgubsu 2013, maka berdasarkan pendapat yang
32
Samuel P. Huntington dan Nelson, op.cit.,hal. 16-18.
Universitas Sumatera Utara
disampaikan oleh Samuel P.Hutington dan Nelson di atas, penulis mengambil beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur partisipasi politik
masyarakat, yaitu:a keterlibatan di dalam proses pemilukada, b alasan dalam memberikan hak suaranya, c keikutsertaan seseorang dalam kampanye, dan d
keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat.
1.6.5 Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat
Untuk mencapai suatu negara yang demokratisasi maka dapat diwujudkan dengan meningkatkan partisipasi politik warga negara tersebut.Namun, pada
kenyataannya kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi pada negara- negara dunia ketiga lebih banyak mengalami permasalahan penegakan demokrasi
khususnya, dibanding dengan negara-negara maju lainnya.Dari berbagai penelitian yang dilaksanakan di negara dunia ketiga banyak terdapat permasalahan
rendahnya wujud demokratisasi, sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa negara dunia ketiga adalah negara-negara yang pertumbuhan ekonomi atau tingkat
ekonominya cenderung lebih rendah dibanding dengan negara-negara maju.Hal ini diperjelas lagi oleh pendapat Lipset dan Lerner bahwa adanya hubungan yang
positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik.
33
Tingkat ekonomi suatu negara menjadi faktor atau variabel penentu di dalam mewujudkan sebuah negara yang demokratis.Perwujudan demokrasi di
dalam sebuah negara ditentukan oleh bagaimana keterlibatan rakyat di dalam
33
Lipset dan Lerner, dikutip dari Samuel P. Hutington Nelson, op.cit., hal.27.
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan sebuah negara. Hal ini akan mengacu pada partisipasi politik masyarakat, bahwa semakin tinggi partisipasi politik masyarakat maka akan
semakin baik wujud demokratisasi di negara tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Sastroatmodjo, bahwa partisipasi politik merupakan aspek penting dalam
sebuah tatanan negara demokrasi.
34
Maka dapat diartikan bahwa faktor utama perwujudan demokrasi di dalam sebuah negara adalah partisipasi warganya di
dalam proses politik di negara tersebut. Pada gilirannya tingkat kemakmuran sebuah negara akan mempengaruhi warga negaranya untuk berpartisipasi di dalam
proses politik yang akan berdampak demi terwujudnya demokratisasi. Dalam konteks mikro, tingkat ekonomi masyarakat akan mempengaruhi
tingkat partisipasi politik masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Samuel P. Huntington yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara
pembangunan sosial dengan partisipasi politik, dan tingkat status sosial ekonomi masyarakat.Mereka yang berpendidikan lebih tinggi, berpenghasilan lebih besar,
dan mempunyai status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya lebih partisipatif daripada mereka yang miskin dan tidak berpendidikan.
35
Selain itu ditegaskan juga oleh Surbakti, bahwa seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi
yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan pada
pemerintah. Sebaliknya masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya
34
Sudjino Sastroatmodjo, op.cit.,hal.67.
35
Samuel P. Huntington dan Nelson, op.cit.,hal. 60-66.
Universitas Sumatera Utara
yang akan menyebabkan timbulnya frustasi dan keresahan yang pada gilirannya melumpuhkan demokrasi.
36
Maka dari ungkapan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat ekonomi seseorang berkorelasi dan sebagai salah satu variabel yang
menentukan terwujudnya partisipasi politik seseorang tersebut di dalam proses politik.
1.7Kerangka Konsep
Salah satu aspek yang perlu diwujudkan dalam mencapai pemerintahan yang demokratis adalah partisipasi politik.Partisipasi politik adalah tindakan
politik yang berasal dari manifestasi sikap politik.Sikap politik adalah suatu reaksi terhadap penghayatan objek tertentu yang bersifat politik.Maka, partisipasi politik
ditentukan oleh banyak aspek yang mempengaruhinya.Salah satunya adalah aspek ekonomi. Aspek ekonomi masyarakat selanjutnya,akan membangun suatu
pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap partisipatif atau apatisnya masyarakat terhadap pemerintah.
37
Aspek ekonomi di dalam masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan dan kelas.Tingkatan-tingkatan dan kelas ini yang disebut dengan status
ekonomi.Status ekonomi merupakan kedudukan seseorang di dalam pelapisan masyarakat berdasarkan kepemilikan kekayaan.Kepemilikan kekayaan bisa
bersifat materi rumah, tabungan, harta benda, dan lain-lain dan juga bersifat non materil misalnya, pekerjaan, jabatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
36
Ramlan, Surbakti, op.cit., hal.144,232.
37
Sudjino Sastroatmodjo, op.cit.,hal. 77.
Universitas Sumatera Utara
Status ekonomi seseorang mempengaruhi sikap politik masyarakat yang bisa apatis ataupun partisipatif dalam partisipasi politiknya.Frank Linderfeld
mengungkapkan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang cenderung apatis dalam berpolitik.
38
Sebaliknya, Lipset dan Deutsch berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, dan status sosial
yang tinggi, cenderung memepengaruhi tingginya partisipasi politik masyarakat tersebut.
39
Dengan demikian, dapat diketahui adanya hubungan antara tingkat ekonomi dengan partisipasi politik masyarakat.
Secara skematis kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 : Kerangka Konsep
Variabel Bebas X Variabel Terikat Y
Sumber: diolah dari berbagai sumber Pada Gambar 1.1 kerangka konsep dapat dilihat variabel bebas, tingkat ekonomi
yang disebut variabel X yang terdiri dari sub variabel, yaitu:a pendapatan, b pengeluaran, c kekayaan, dan d pekerjaan yang akan dianalisis untuk melihat
38
Rafael Raga Maran, op.cit., hal. 156.
39
Miriam Budiarjo, op.cit., hal.9
r
Tingkat Ekonomi
Pendapatan Pengeluaran
Kekayaan Pekerjaan
Partisipasi Politik
Keterlibatan dalam proses kegiatan pemilukada
Alasan pemilih memberikan hak suaranya
Keterlibatan dalam kampanye Keterlibatan dalam tim sukses
Universitas Sumatera Utara
pengaruhnya melalui metode statistik terhadap variabel terikat, partisipasi politik, yang disebut variabel Y, meliputi: a keterlibatan dalam proses pemilukada,
balasan pemilih memberikan hak suaranya, c keterlibatan dalam kampanye, dan d keterlibatan dalam tim sukses.
1.8 Hipotesis
Hipotesisadalah kesimpulan sementara terhadap perumusan masalah.Hipotesis yang baik harus memenuhi dua kriteria, pertama hipotesis
harus menggambarkan hubungan antara variabel, kedua hipotesis harus memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut.
40
Maka, penulis
merumuskan hipotesa dalam penelitian ini, bahwa tingkat ekonomi berkorelasi positif terhadap partisipasi politik masyarakat.
Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, dibutuhkan dua alternatif hipotesis untuk dirumuskan, maka untuk memenuhi syarat pengujian tersebut
penulis merumuskannya sebagai berikut: Ho :r = 0 tidak terdapat hubungan linier signifikan antara tingkat ekonomi
terhadap partisipasi politik masyarakat Ha :r
≠ 0 terdapat hubungan linier signifikan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat.
40
Masri dan Effendi Singarimbun, Motede Penelitian Survai, Yogyakarta: LP3ES, 1981, hal.21-22.
Universitas Sumatera Utara
1.9 Metode Penelitian 1.9.1 Bentuk dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan format penelitian eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau
korelasi diantara dua variabel yaitu variabelbebas dan variabel terikat.
41
Sebagai variabel bebas variabel independen adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat
variabel dependen adalah partisipasi politik yang akan diuji dengan rumus statistik.
1.9.2 Lokasi Penelitian
Dalam menganalisis penelitian ini, maka peneliti melakukan penelitian di tempat yang berlokasi di Lingkungan V, Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan
Medan Belawan, Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara.
1.9.3 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari.
42
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam Pilgubsu 2013 yang berdomisili di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli,
Kecamatan Medan Belawan.
41
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001, hal.51.
42
Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, Bandung: Alfabeta, 2006, hal. 55.
Universitas Sumatera Utara
1.9.4 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
43
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus Taro Yamane, yaitu:
N = N N.d
2
+ 1 ……………
44
Keterangan:
n= Jumlah Sampel N= Jumlah populasi
d
2
= Presisi tingkat kesalahan penarikan sampel ditetapkan 10 dengan tingkat kepercayaan 90
Adapun jumlah populasi pemilih yang terdaftar dalam
Pilgubsu
2013 di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan berjumlah 1.151
orang. Dari rumus diatas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah:
1151 N = = 92,00
1151 × 0,1
2
+ 1
Dengan demikian jumlah responden yang dijadikan obejek penelitian ini
adalah 92 orang.
43
Ibid ,
44
Rahmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rodaskarya, 1995, hal. 82.
Universitas Sumatera Utara
1.10Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode, yaitu:
a. Observasi: mengadakan pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran
nyata mengenai situasi kondisi sosial dari lokasi yang diteliti, b.
Studi Dokumentasi: meneliti bahan-bahan tulisan dan dokumen kelurahan, c.
Kuesioner tertutup penyebaran angket: menyebarkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden. Dalam menyebarkan angket penulis
mengunjungi beberapa titik kumpul masyarakat yang tersebar di lokasi penelitian, misalnya warung, persimpangan jalan, dan tempat peristirahatan
nelayan.
1.11Defenisi Konsep
Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu
fenomena sosial ataupun fenomena alami.Agar tidak menimbulkan kekaburan dan kesalahan di dalam pengertian konsep yang dipergunakan, maka perlu ditegaskan
batasan-batasan yang dipergunakan dalam tulisan ini.Adapun defenisi konsepyang dikemukakan disini adalah sebagai berikut.
1.11.1 Status Ekonomi
Tingkatan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada penghargaan kepada seseorang di dalam masyarakat dilihat dari
kekayaan seseorang tersebut sebagai kunci akses terhadap pemenuhan tingkatan-
Universitas Sumatera Utara
tingkatan kebutuhan dan keinginan manusia yang dipandang di dalam masyarakat, artinya semakin tinggi penghargaan masyarakat terhadap seseorang dilihat dari
kekayaan seseorang tersebut, maka akan semakin tinggi pula tingkat ekonomi atau status ekonominya di dalam masyarakat tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 4 subvariabel dalam menentukan status atau tingkat ekonomi seseorang, yaitu: pendapatan,
pengeluaran, matapencaharianpekerjaan, dan kepemilikan barang berharga. Dari keempat subvariabel ini akan diklasifikasikan lagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
tingkat ekonomi atas, tingkat ekonomi menengah, dan tingkat ekonomi bawah.
1.11.2 Partisipasi Politik
Kegiatan, keterlibatan, keikutsertaan seseorang warga negara biasa secara sukarela yang dilakukan secara legal di dalam proses momen politik tertentu yang
diantaranya bertujuan untuk melakukan pemilihan terhadap penguasa atau pejabat pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah lokal secara langsung maupun
tidak langsung.Penulis menggunakan 4 subvariabel dalam menjabarkan partisipasi politik, yaitu: a keterlibatan dalam proses kegiatan pemilukada, b motifalasan
dalam memilih, c keterlibatan dalam kampanye, dan d keterlibatan dalam tim sukses.
1.12 Defenisi Operasional
Definisi operasional ialah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat
diamati.Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dideskripsikan melalui
Universitas Sumatera Utara
indikator-indikator yang dapat diukur. Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasional adalah:
1. Variabel X variabel bebas atau variabel pengaruh independent variable adalah variabel penyebab yang diduga, terjadi lebih dahulu. Tingkat status
sosial ekonomi masyarakat individu yang diukur dalam penelitian ini dijelaskan dalam beberapa indikator,yaitu:
a. Tingkat pendapatan, tingkat pendapatan merupakan perolehan materiimbal
hasil yang diperoleh masyarakat dari hasil pekerjaan tetap dan pekerjaan tambahansampingan.
b.Tingkat pengeluaran pemenuhan kebutuhan, tingkat pengeluaran yang dibahas dalam penelitian ini adalah besaran daya beli masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya. c.
Tingkat kekayaan pemilikan benda berharga, tingkat kekayaan yang dimaksud adalah berkait dengan pemilikan benda-benda berharga, seperti:
rumah, mobil, tabungan, dan lain-lain. d.
Mata pencaharianpekerjaan, yang dimaksud dengan mata pencaharianpekerjaan dalam penelitian ini adalah seberapa besar mata
pencaharianpekerjaan, baik itu pekerjaan tetap dan pekerjaan sampingan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Variabel Y variabel terikat atau variabel terpengaruh dependent variable adalah variabel akibat yang diperkirakan terjadi kemudian. Partisipasi politik
yang mereka lakukan dapat diukur dengan indikator-indikator, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Keterlibatan dalam kegiatan pemilukada. Keterlibatan dalam kegiatan
pemilukada pada penelitian ini dilihat dari keaktifan seseorang dalam mengikuti kegiatan pemilukada, intensitas seseorang dalam membicarakan
perihal pemilukada, dan kehadiran seseorang di lokasi TPS Tempat Pemungutan Suara untuk melakukan pencoblosanpemilihan. Sehingga
dengan demikian dapat diketahui partisipasi seseorang dalam pemilukada. b.Motifalasan pemilih memberikan hak suaranya pada pemilukada,
motifalasan pemilih memberikan hak suaranya dalam penelitian ini dapat berupa: ikut-ikutan, dimobilisasi oleh orang lain, inisiatif pribadi menyadari
hak sebagai warga negara, atau keinginan untuk memperoleh suatu iklim pemerintahan yang lebih baik.
c. Keterlibatan dalam kegiatan kampanye, keterlibatan dalam kampanye yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa aktif masyarakat mengikuti kampanye suatu kandidat gubernurwakil gubernur yang akan dipilih.
d.Keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat, keterlibatan masyarakat di dalam tim sukses dalam penelitian ini mengindikasikan
seberapa terlibat dan aktifnya masyarakat dalam keseluruhan kegiatan tim sukses tersebut.
Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1: Operasional Variabel Untuk Variabel X Tingkat Ekonomi
Variabel Defenisi
Operasional Subvariabel
Indikator
Tingkat Ekonomi
Status ekonomi seseorang di
dalam pelapisan masyarakat dilihat
dari tingkat pendapatan,
pengeluaran, pemilikan
kekayaan, dan pekerjaan.
1.Pendapatan Di atas Rp.2.500.000,
Rp.1.500.000 - Rp.2.500.000,
Di bawah Rp. 1.500.000 2.Pengeluaran
Di atas Rp.2.500.000, Rp.1.500.000 -
Rp.2.500.000, Di bawah Rp. 1.500.000
3. Tingkat Kekayaan
Mempunyai tabungan Status rumah tempat
tinggal Struktur rumah tempat
tinggal Memiliki alat-alat rumah
tangga, seperti: TV, DVD player, mesin cuci, lemari
es, komputer, dan lain-lain. Memiliki kendaraan
bermesin, seperti: mobil, boat, sepeda motor
4. Pekerjaan Jenis pekerjaan yang
ditekuni Kemampuan pekerjaan yang
ditekuni untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2: Operasional Variabel untuk Variabel Y Partisipasi Politik
Variabel Defenisi
Operasional Subvariabel
Indikator
Partisipasi Politik
Kegiatan warga negara untuk ikut
secara aktif dalam kehidupan
berpolitik negara, untuk
menyampaikan aspirasinya.
1.Alasan pemilih
memberikan hak suaranya
Menginginkan perbaikan dalam pemerintahan
Hak suara selaku warga negara
Karena ada yang mengarahkan
dimobilisasi oleh suatu parpol, keluarga, kerabat,
atau teman.
2.Keterlibatan dalam
Kampanye Ikut terlibat secara tidak
langsung mendukung salah satu calon kandidat
Ikut terlibat secara langsung dalam
kampanye yang dilaksanakan oleh salah
satu calon kandidat
3.Keterlibatan dalam
kegiatan pemilukada
Kehadiran di lokasi TPS Perbincangan sesama
warga terkait kegiatan pemilukada
Keterlibatan masyarakat untuk ikut terlibat aktif
dalam proses pemilukada sejak mulai
berlangsungnya pemilihan sampai
diperolehnya hasil suara
4.Keterlibatan dalam Tim
Sukses Keterlibatan secara aktif
dalam tim sukses Sumbangsih dana yang
pernah diberikan kepada salah satu tim sukses
calon kandidat
Universitas Sumatera Utara
3 – 1 3
1.13 Teknik Pengumpulan Skor