karena Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau ilegal, efektif atau tidak efektif”.
25
Kemudian Miriam Budiardjo mendefinisikan partisipasi politik tersebut sebagai berikut:
“Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin
negara, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan negara.Kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara pada pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, menjadi salah satu anggota partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan contacting dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya”.
26
Dalam hal ini, Miriam Budiardjo mendefenisikan partisipasi politik tersebut sebagai kegiatan individu atau kelompok yang bertujuan agar masyarakat
tersebut ikut aktif dalam kehidupan politik, memilih pimpinan publik atau mempengaruhi kebijakan publik.
Berdasarkan beberapa defenisi konseptual partisipasi politik yang dikemukakan di atas, secara substansial menyatakan bahwa setiap partisipasi
politik yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan-kegiatan sukarela yang nyata dilakukan, atau tidak menekankan pada sikap-sikap.Seperti kita
ketahui juga bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga
25
Samuel P. Huntington dan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta,
1990, hal. 16-18.
26
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia, 1998, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa yang tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan.Dalam sistem pemerintahan,
yang berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah, akan tetapi masyarakat mempunyai hak untuk mempengaruhi proses
pembuatan serta pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut.
27
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membedakan partisipasi menjadi dua yakni: partisipasi otonom dilakukan pribadi secara sadar dan partisipasi
yang dimobilisasi digerakkan.
28
Apabila kegiatan partisipasi itu dilakukan oleh pelakunya sendiri, maka partisipasi tersebut dapat digolongkan kedalam
partisipasi otonom, sedangkan jika kegiatan tersebut digerakkan oleh orang lain maka dapat dimasukkan kedalam partisipasi mobilisasi. Di tengah-tengah
perjalanan Indonesia menuju demokrasi yang ideal, masyarakat Indonesia masih memiliki karakteristik, seperti pendidikan yang belum baik, ekonomi yang kurang
baik dan kurangnya akses informasi, membuat pola partisipasinya cenderung dimobilisasi. Karakteristik tersebut belum mendorong masyarakat untuk
membangun suatu pola partisipasi yang mandiri.Sejak merdeka, elit-elit partai cenderung menggunakan cara-cara mobilisasi ataupun penetrasi ke masyarakat
untuk mendukung partai politiktertentu.Demokrasi parlementer yang dinilai memiliki ruang publik dan kebebasan politik yang memadai juga ditandai dengan
intervensi elit lokal maupun pusat untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
27
Sudjono Sastroatmodjo, op.cit., hal. 5-6.
28
Samuel P. Huntington dan Nelson, op.cit.,hal. 9-12.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian adapun fungsi dari partisipasi politik di antaranya dikemukakan oleh Robert Lane, yakni sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ekonomis,
penyesuaian diri, mengejar nilai-nilai khusus, dan pemenuhan kebutuhan psikologis.
29
Bagi pemerintah, partisipasi politik dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi. Fungsi yang pertama: partisipasi politik masyarakat untuk
mendukung program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program
pembangunan. Fungsi yang kedua: partisipasi masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi
pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Ketiga: sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap pemerintah dalam
perencanaan dan pelaksanaan-pelaksanaan pembangunan. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan ormas dan organisasi sosial politik orsospol merupakan
contoh dari fungsi politik ini.
30
29
Michael Rush dan Philip Althoff, op.cit.,hal. 181-182.
30
Sudjono Sastroatmodjo, op.cit.,hal.86.
Universitas Sumatera Utara
1.6.4 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik