disampaikan oleh Samuel P.Hutington dan Nelson di atas, penulis mengambil beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur partisipasi politik
masyarakat, yaitu:a keterlibatan di dalam proses pemilukada, b alasan dalam memberikan hak suaranya, c keikutsertaan seseorang dalam kampanye, dan d
keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat.
1.6.5 Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat
Untuk mencapai suatu negara yang demokratisasi maka dapat diwujudkan dengan meningkatkan partisipasi politik warga negara tersebut.Namun, pada
kenyataannya kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi pada negara- negara dunia ketiga lebih banyak mengalami permasalahan penegakan demokrasi
khususnya, dibanding dengan negara-negara maju lainnya.Dari berbagai penelitian yang dilaksanakan di negara dunia ketiga banyak terdapat permasalahan
rendahnya wujud demokratisasi, sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa negara dunia ketiga adalah negara-negara yang pertumbuhan ekonomi atau tingkat
ekonominya cenderung lebih rendah dibanding dengan negara-negara maju.Hal ini diperjelas lagi oleh pendapat Lipset dan Lerner bahwa adanya hubungan yang
positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik.
33
Tingkat ekonomi suatu negara menjadi faktor atau variabel penentu di dalam mewujudkan sebuah negara yang demokratis.Perwujudan demokrasi di
dalam sebuah negara ditentukan oleh bagaimana keterlibatan rakyat di dalam
33
Lipset dan Lerner, dikutip dari Samuel P. Hutington Nelson, op.cit., hal.27.
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan sebuah negara. Hal ini akan mengacu pada partisipasi politik masyarakat, bahwa semakin tinggi partisipasi politik masyarakat maka akan
semakin baik wujud demokratisasi di negara tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Sastroatmodjo, bahwa partisipasi politik merupakan aspek penting dalam
sebuah tatanan negara demokrasi.
34
Maka dapat diartikan bahwa faktor utama perwujudan demokrasi di dalam sebuah negara adalah partisipasi warganya di
dalam proses politik di negara tersebut. Pada gilirannya tingkat kemakmuran sebuah negara akan mempengaruhi warga negaranya untuk berpartisipasi di dalam
proses politik yang akan berdampak demi terwujudnya demokratisasi. Dalam konteks mikro, tingkat ekonomi masyarakat akan mempengaruhi
tingkat partisipasi politik masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Samuel P. Huntington yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara
pembangunan sosial dengan partisipasi politik, dan tingkat status sosial ekonomi masyarakat.Mereka yang berpendidikan lebih tinggi, berpenghasilan lebih besar,
dan mempunyai status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya lebih partisipatif daripada mereka yang miskin dan tidak berpendidikan.
35
Selain itu ditegaskan juga oleh Surbakti, bahwa seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi
yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan pada
pemerintah. Sebaliknya masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya
34
Sudjino Sastroatmodjo, op.cit.,hal.67.
35
Samuel P. Huntington dan Nelson, op.cit.,hal. 60-66.
Universitas Sumatera Utara
yang akan menyebabkan timbulnya frustasi dan keresahan yang pada gilirannya melumpuhkan demokrasi.
36
Maka dari ungkapan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat ekonomi seseorang berkorelasi dan sebagai salah satu variabel yang
menentukan terwujudnya partisipasi politik seseorang tersebut di dalam proses politik.
1.7Kerangka Konsep
Salah satu aspek yang perlu diwujudkan dalam mencapai pemerintahan yang demokratis adalah partisipasi politik.Partisipasi politik adalah tindakan
politik yang berasal dari manifestasi sikap politik.Sikap politik adalah suatu reaksi terhadap penghayatan objek tertentu yang bersifat politik.Maka, partisipasi politik
ditentukan oleh banyak aspek yang mempengaruhinya.Salah satunya adalah aspek ekonomi. Aspek ekonomi masyarakat selanjutnya,akan membangun suatu
pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap partisipatif atau apatisnya masyarakat terhadap pemerintah.
37
Aspek ekonomi di dalam masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan dan kelas.Tingkatan-tingkatan dan kelas ini yang disebut dengan status
ekonomi.Status ekonomi merupakan kedudukan seseorang di dalam pelapisan masyarakat berdasarkan kepemilikan kekayaan.Kepemilikan kekayaan bisa
bersifat materi rumah, tabungan, harta benda, dan lain-lain dan juga bersifat non materil misalnya, pekerjaan, jabatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
36
Ramlan, Surbakti, op.cit., hal.144,232.
37
Sudjino Sastroatmodjo, op.cit.,hal. 77.
Universitas Sumatera Utara
Status ekonomi seseorang mempengaruhi sikap politik masyarakat yang bisa apatis ataupun partisipatif dalam partisipasi politiknya.Frank Linderfeld
mengungkapkan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang cenderung apatis dalam berpolitik.
38
Sebaliknya, Lipset dan Deutsch berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, dan status sosial
yang tinggi, cenderung memepengaruhi tingginya partisipasi politik masyarakat tersebut.
39
Dengan demikian, dapat diketahui adanya hubungan antara tingkat ekonomi dengan partisipasi politik masyarakat.
Secara skematis kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 : Kerangka Konsep
Variabel Bebas X Variabel Terikat Y
Sumber: diolah dari berbagai sumber Pada Gambar 1.1 kerangka konsep dapat dilihat variabel bebas, tingkat ekonomi
yang disebut variabel X yang terdiri dari sub variabel, yaitu:a pendapatan, b pengeluaran, c kekayaan, dan d pekerjaan yang akan dianalisis untuk melihat
38
Rafael Raga Maran, op.cit., hal. 156.
39
Miriam Budiarjo, op.cit., hal.9
r
Tingkat Ekonomi
Pendapatan Pengeluaran
Kekayaan Pekerjaan
Partisipasi Politik
Keterlibatan dalam proses kegiatan pemilukada
Alasan pemilih memberikan hak suaranya
Keterlibatan dalam kampanye Keterlibatan dalam tim sukses
Universitas Sumatera Utara
pengaruhnya melalui metode statistik terhadap variabel terikat, partisipasi politik, yang disebut variabel Y, meliputi: a keterlibatan dalam proses pemilukada,
balasan pemilih memberikan hak suaranya, c keterlibatan dalam kampanye, dan d keterlibatan dalam tim sukses.
1.8 Hipotesis
Hipotesisadalah kesimpulan sementara terhadap perumusan masalah.Hipotesis yang baik harus memenuhi dua kriteria, pertama hipotesis
harus menggambarkan hubungan antara variabel, kedua hipotesis harus memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut.
40
Maka, penulis
merumuskan hipotesa dalam penelitian ini, bahwa tingkat ekonomi berkorelasi positif terhadap partisipasi politik masyarakat.
Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, dibutuhkan dua alternatif hipotesis untuk dirumuskan, maka untuk memenuhi syarat pengujian tersebut
penulis merumuskannya sebagai berikut: Ho :r = 0 tidak terdapat hubungan linier signifikan antara tingkat ekonomi
terhadap partisipasi politik masyarakat Ha :r
≠ 0 terdapat hubungan linier signifikan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat.
40
Masri dan Effendi Singarimbun, Motede Penelitian Survai, Yogyakarta: LP3ES, 1981, hal.21-22.
Universitas Sumatera Utara