Kesimpulan dan Saran

K. Kesimpulan dan Saran

1. Menurut ajaran Islam, baik berdasarkan al-Quran maupun Sunnah, jelas keberadaan wali adalah tidak dapat diragukan.

2. Menurut kaidah ilmiah, rumusan wali adalah:

192 Musthafa Abu Yusuf al-Hamamiy, op.cit., hal. 132 dan Tarikh Di- masyq , juz 34 hal. 41

Wali ialah orang yang mukmin yang takwa yang selalu taat kepada Tuhannya, menentang kehendak nafsunya, lagi memusuhi setan.

3. Seorang wali ada kemungkinannya untuk diberi ka- romah oleh Allah, baik karomah hissiyyah maupun ka romah ma'‟awiyyah.

4. Karomah hissiyyah adalah:

Menyalahi hal-hal dhahir yang biasa seperti: berjalan di atas air, terbang di udara atau di atas tanah, bisa mendatangkan air, mendatangkan makanan, melihat barang-barang gaib dan lain-lain hal yang menyalahi adat.

5. Karomah ma‟nawiyyah, ini yang lebih penting, adalah:

Kontinuitas seseorang hamba dalam beribadah kepada Tuhannya, Allah, baik secara lahir maupun batin walaupun nampaknya keadilannya condong dan tidak menghiraukan kaumnya, kemudian orang ini dibuka hijab atau tutup hatinya hingga dapat mengetahui Tuhannya. Kontinuitas atau istiqomah tersebut membantunya dalam mengatasi dan menentang gejolak nafsunya dengan kaumnya Kontinuitas seseorang hamba dalam beribadah kepada Tuhannya, Allah, baik secara lahir maupun batin walaupun nampaknya keadilannya condong dan tidak menghiraukan kaumnya, kemudian orang ini dibuka hijab atau tutup hatinya hingga dapat mengetahui Tuhannya. Kontinuitas atau istiqomah tersebut membantunya dalam mengatasi dan menentang gejolak nafsunya dengan kaumnya

Abul Hasan as-Syadzaliy berkata,

Keduanya adalah karomah yang menggabungkan dan

iman, dengan bertumbuhnya keyakinan dan melihat dengan nyada, dan (2)karomah akal, berdasar mengikuti dan mutabaah sunnah Rasul dan menjauhi pengakuan- pengakuan dan penipuan. Barang siapa yang diberi karomah kemudian ia senang kepada karomah his- siyyah, maka ia adalah seorang yang berpaling dan pendusta atau mempunyai langkah yang salah dalam ilmu dan amal yang benar, sebagaimana orang yang diberi karomah dapat mengetahui malaikat kemudian ia mengurusi hewan-hewan dan mengobati orang-orang yang sakit . . . Tiap karomah yang tidak disertai rasa ridla dan mengharap pemberian Allah dalam seteiap keadaan, maka pemilik karomah itu adalah tertipu, kurang akalnya, serta dicelakakan pada akhirnya.

meliputi

(1)karomah

Ibn Athaillah berkata,

Kemungkinan karomah itu diberikan kepada orang yang tidak sempurna istiqomahnya agar ia dekat dan memperbaiki dirinya atau sebagai cobaan dan istidraj.

Dalam hal ini Syekh Abul Abbas al-Marsa menjelas- kan,

Bukanlah termasuk kedudukan kewalian bagi Allah terhadap orang yang dapat melipat atau memendekkan bumi misalnya, ia tiba-tiba berada di Makkah atau di negara lain. Tetapi yang termasuk seorang wali ialah yang dapat melipat sifat nafsunya.

6. Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy sebagai wali memiliki kedua karomah di atas. Bahkan beliau masih me- nyebarkan ilmunya melalui majlis al- wa‟dhi wa at- ta‟lim, pengajian yang berisi nasihat dan pelajaran.

7. Para ulama dan wali yang sezaman dengan beliau menyatakan bahwa beliau sebagai quthbuz zaman atau ghautsu zamanihi.

8. Semua orang Islam, baik yang mempercayai keber- adaan karimah wali maupun yang menentangnya, bersepakat untuk mengakui bahwa beliau adalah se- orang ulama besar dan seorang ahli ibadah yang sa- leh. Bahkan orang Islam yang tidak setuju keberada- an karomah wali menganggap bahwa orang yang menyetujui karomah wali terlalu berlebihan dalam mengkultuskan Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy. Pe- nulisan tentang karomah beliau merupakan manifes- tasi dari perasaan kultus tersebut. Padahal karomah adalah pengalaman keagamaan, religious expe- rience, dari orang Islam yang mendalam keimanan- nya dengan disertai ketaatan penuh kepada Allah swt. Memang pada dasarnya karomah adalah ber- 8. Semua orang Islam, baik yang mempercayai keber- adaan karimah wali maupun yang menentangnya, bersepakat untuk mengakui bahwa beliau adalah se- orang ulama besar dan seorang ahli ibadah yang sa- leh. Bahkan orang Islam yang tidak setuju keberada- an karomah wali menganggap bahwa orang yang menyetujui karomah wali terlalu berlebihan dalam mengkultuskan Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy. Pe- nulisan tentang karomah beliau merupakan manifes- tasi dari perasaan kultus tersebut. Padahal karomah adalah pengalaman keagamaan, religious expe- rience, dari orang Islam yang mendalam keimanan- nya dengan disertai ketaatan penuh kepada Allah swt. Memang pada dasarnya karomah adalah ber-

9. Karomah yang dianggap khariqul „adah ( ةداعلا قراخ ) dapat menimbulkan kekeliruan iktikad orang awam terhadap para wali.

10. Kekeliruan iktikad tersebut antara lain mengangkat atau menganggap wali sebagai Tuhan, seperti go- longan Syiah yang menganggap Sayyiduna Ali ibn Abi Thalib sebagai rasul dan ada juga yang meng- anggap sebagai tuhan.

11. Anggapan sedemikian itu sebagai akibat terlalu mengkultuskan para wali pemilik karomah.

12. Kokok ayam yang berbunyi: لوسر محمد الله لاإ هلإ لا الله ًلو رداملا دبع الله yang disebutkan dalam kitab- kitab manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy yang

oleh sebagian orang diragukan kebenarannya minimal dapat dianggap sebagai usaha preventif dari para pengarang kitab-kitab tersebut agar tidak

terjadi kekeliruan iktikad seperti disebut di atas.

13. Keraguan terhadap kebenaran cerita kokok ayam di- dasarkan atas dua hal, yaitu:

a. Menurut metode isnad kurang dapat dipertang- gungjawabkan kebenarannya,

b. Tidak disebutkan dalam kitab-kitab yang mukta- barah yang sering mengupas sejarah para wali

seperti Jami‟u Karamat al-Awliya‟ dan at- Thabaqah al-Kubra, yang ada hanyalah cerita tentang tulang-tulang ayam yang hidup kembali menjadi ayam.

14. Apabila bunyi kokok ayam tersebut tidak dapat diha- pus, maka sebaiknya tidak usah ditirukan oleh orang yang menghadiri upacara pembacaan manakib atau 14. Apabila bunyi kokok ayam tersebut tidak dapat diha- pus, maka sebaiknya tidak usah ditirukan oleh orang yang menghadiri upacara pembacaan manakib atau

15. Ada baiknya jika diadakan usaha menyusun lagi suatu kitab manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy yang materinya diambilkan dari kitab-kitab manakib yang ada dan kitab-kitab yang muktabar seperti

ةٌفوصلا لاجرلل ىربكلا تامبطلا dan lainnya, agar lebih bersifat ilmiah. Tetapi sambil menunggu tersusunnya kitab seperti itu, maka kitab-kitab yang ada tidaklah dapat ditinggalkan begitu saja.

16. Di dalam upacara pembacaan manakib (manakiban) hendaklah lebih diperhatikan isi-isinya yang me- ngandung hikmah yang tinggi untuk dapat dijadikan ibrah yang berguna.

17. Hal yang terpenting kaitannya sebagai ibrah bukan- lah membicarakan tentang kehebatan bentuk karo- mah dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy, tetapi amal dan ahwal yang menyebabkan beliau sebagai manu- sia biasa dapat mencapai tingkat yang tinggi di sisi Allah swt.

18. Ibrah yang demikian inilah yang sangat kita perlukan untuk pengarahan dalam pembinaan mental bangsa dan untuk menanggulangi krisis akhlak dan krisis keyakinan yang melanda umat Islam.

19. Tidak dapat dibenarkan sama sekali apabila ada ula- ma atau tokoh Islam yang memberikan indoktrinasi bahwa:

a. Lebih penting membaca manakib dari pada membaca al-Quran. Hal ini kita maklumi, sebab sudah mujmak alayh secara nash bahwa pemba-

caan al-Quran merupakan اهلضفأو دارولأا مظعأ , wirid yang paling agung dan paling utama.

b. Lebih penting pembacaan manakib dari pada pembacaan kitab-kitab Mawlid Rasulillah, sehing-

ga menimbulkan kesan bahwa Syaikh Abdul Qa- dir al-Jailaniy lebih besar dan lebih tinggi ke- dudukannya di sisi Allah swt dari pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.

20. Bagaimanapun besar ketokohan seorang wali, ia te- tap masih mengambil nur dan mukjizat Nabi Mu- hammad saw. Jika diibaratkan sebagai sebuah lam- pu, maka lampu tersebut masih mengambil cahaya dari markas besarnya yaitu pribadi Nabi Besar Mu- hammad saw.

21. Semua tendensi ke arah hal tersebut haruslah dice- gah sekuat mungkin dan ini pulalah iktikad dan pen- dirian Sulthanul Aulia Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy.

22. Tentang cara menyelenggarakan selamatan manakib dengan hidangan pokok daging ayam dan lain-lainnya hanyalah soal teknik yang biasanya banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosiologi, dan lain-lain. Asalkan bahan yang dihidangkan tidak berasal dari muharramat atau substansinya halal dan tidak terdapat unsur taklifi di dalamnya, maka hal itu merupakan urf yang berlaku.

23. Tata cara dari upacara pembacaan manakib tidak perlu dijadikan masalah yang serius selama di situ tidak ada hal munkarat dan muharramat.

24. Kepercayaan kepada karomatul aulia adalah masalah pribadi dari keyakinan dan pengalaman beragama orang perorang. Artinya, orang tidak dapat dipersalahkan karena tidak percaya akan keberadaan wali dan karomahnya. Sebaliknya, orang yang percaya juga tidak dapat dituduh sebagai ahli bid‟ah dan ahli syirik. Sebab masing- masing akan bertahan pada dalil keagamaan yang dimiliki dan keyakinannya.

25. Mengetahui dalil-dalil yang dipegang oleh orang yang tidak sepaham dan mencoba untuk mengerti penyebab ketidaksepahamannya adalah suatu men- tal attitude yang menunjukkan kedewasaan cara berpikir dan perasaan tanggung jawab terhadap ukhuwah islamiyah yang perlu dijalin bersama guna

mencapai نٌملسمل او ملاسلإا ّزع , kejayaan Islam dan orang Islam.

26. Perbedaan pendapat dan madzhab janganlah dijadi- kan dasar untuk bertentangan dan lebih-lebih ber- musuhan. Karena hal itu merupakan konsekuensi lo- gis dari pemberian hak oleh agama Islam kepada para pemeluknya untuk mencari hukum dan berisin- bat, kalau mampu, mengenai semua bidang yang tidak bersifat ushuliyah. Jadi perbedaan pendapat dan madzhab bukanlah berarti pertentangan dan permusuhan, selama pendapat itu mempunyai dasar menurut hukum agama Islam.

27. Pembacaan manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy adalah salah satu bentuk tawasul yang telah dilazim- kan oleh golongan thariqah Qadariyah khususnya dan simpatisan dari golongan ini pada umumnya.

28. Bagi pengikut thariqah lain seperti Naqsyabandiyah saja, Syadzaliyah, Khalwatiyah, dan Alawiyah tidak- lah dilazimkan membaca manakib Syaikh Abdul Qa- dir al-Jailaniy meskipun pada dasarnya tidak ada la- rangan untuk membaca manakib dari wali dan tokoh dari thariqah lainnya.

29. Penyusunan manakib aulia dan salihin sudah dibia- sakan di kalangan umat Islam. Dalam kitab al- Luma‟ al- Adillah fi Qawa‟id Ahli as-Sunnah wal al-Jamaah karya Imam al-Haramain al-Juwayniy, kitab ini digali kembali oleh Dr. Fauqiyah Husain Mahmud, disebut- kan bahwa Imam al-Bayhaqiy telah menyusun ma- nakib as-Syafiiy.

30. Penyusunan kitab-kitab manakib penting artinya. Baik manakib tokoh Islam terdahulu maupun saat ini dan yang akan datang. Kalau dapat, janganlah ha- nya manakib para aulia dan ulama Islam dari luar negeri, tetapi juga tokoh-tokoh Islam dari dalam ne- geri seperti Sunan Ampel, Sunan Giri, dan lain-lain. Dan alhamdu lillah, upaya itu telah dirintis yang saat ini sebagian telah ditulis dalam berbagai situs web dan dapat diakses oleh berbagai pihak.