Hukum Membaca Manakib

F. Hukum Membaca Manakib

Dalam kitab manakib disebut-sebut kalimat La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah, Syaikh Abdul Qadir al- Jailaniy

kemudian ikut mengucapkannya bersama-sama. Hal ini menyangkut masalah akidah yang lebih dalam yang perlu pembahasan khusus.

Waliyyullah.

Hadirin

Di atas telah disebutkan bahwa pada umumnya upa- cara pembacaan manakib dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan pelarisan, atau urusan duniawi. Sedangkan sebagian besar hadirin percaya akan mendapat pahala se- bagaimana halnya dengan majlis dzikir, tahlil, dan sejenis- nya. Apa benar pembacaan manakib mendapat pahala se- perti yang dimaksud mereka? Untuk itu harus diketahui hu- kumnya, apakah wajib, sunnah, atau mubah.

Jika dikategorikan wajib atau sunnah tentunya tidak mungkin. Sebab di dalam al-Quran dan Hadits tak ada pe- rintah atau anjuran untuk membaca manakib dengan prak- tek dan tujuan dimaksud, baik secara nash maupun istin- bat. Larangan untuk membaca manakib juga tidak ada. Ka- rena tak ada perintah dan tak ada larangan, maka hukum-

nya mubah sesuai kaidah usul fiqh madzhab Syafii 36 ,

Asal hukum segala sesuatu adalah mubah hingga ada dalil yang menyatakan keharamannya.

Jadi kalau tidak ada hal-hal lain yang menghalangi,

36 Al-Asybah wa an-Nadhair, op.cit., hal. 66 36 Al-Asybah wa an-Nadhair, op.cit., hal. 66

Hukum itu, baik ada atau tidak, berjalan bersama-sama dengan alasannya.

Di antara isi dan praktek upacara manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy ada hal-hal yang bertentangan de- ngan syariah dan menimbulkan salah paham di bidang aki- dah seperti diuraikan sebelumnya. Untuk menghindari sa- lah pengertian dan agar tidak timbul anggapan bahwa membaca manakib sama dengan dzikir, perlu diketahui makna dzikir yang pelakunya mendapat pahala.

37 Dalam kitab Subulus Salam disebutkan ,

Dzikir masdar dari kata dzakara, yaitu segala yang berge- rak pada lisan dan hati, dan yang dimaksudkan ialah dzikir

kepada Allah. ...Yang dimaksud dengan dzikir ialah mensu-

cikan dan memuji Tuhan, membaca al-Quran dan yang sejenisnya.

38 Dalam kitab Dalilul Falihin disebutkan ,

37 As- Shan’aniy, Subul al-Salam, juz 4 hal. 211 dan 212 38 Dalil al-Falihin, juz 4 hal. 208

Yang dimaksud dengan dzikir kepada Allah di sini ialah mengu capkan lafadh yang dianjurkan oleh syara‟ dan diminta untuk banyak mengucapkannya. Sebagian ulama mengatakan bahwa dzi kir menurut syara'‟ialah ucapan yang digunakan untuk memuji Tuhan dan mendoa. Ter- kadang dzikir dimaksudkan untuk ucap-an yang mendapat pahala. ... Imam Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Jawwad, “Secara mutlak yang dimaksud dengan dzikir ialah terus menerus mengerjakan dengan tetap segala yang diwajib- kan da n yang dianjurkan oleh Allah.” ... Imam Raziy ber- kata, “Yang dimaksud dengan dzikir lisan ialah kata-kata yang mengandung arti mensucikan Allah, memuji, dan mengagungkan-Nya. Dzikir dengan hati ialah merenung dan memikirkan hal-hal yang menunjukkan kepada keber- adaan dzat dan sifat-sifat Allah, memikirkan dalil-dalil ten- tang perintah dan larangan Tuhan yang mengikat hamba- Nya, sehingga ia dapat mengerti hukum-hukum darinya, dan memikirkan rahasia ciptaan Allah. Dzikir dengan ang- gota badan ialah tenggelam dalam ketaatan terhadap Allah.

Bacaan manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy tidak termasuk yang diuraikan oleh para ulama di atas, sebab manakib adalah cerita sifat-sifat utama mengenai sese- orang. Dengan demikian manakib tidak termasuk bacaan yang mendapat pahala. Bacaan yang mendapat pahala ha- nyalah khusus al-Quran, salawat kepada Nabi saw, dan yang seje nisnya berdasarkan anjuran dari syara‟.

39 Dalam Fatawa Ibnu Ziyad disebutkan ,

39 Fatawa Ibnu Ziyad dalam Bughyah al-Mustarsyidin, hal. 298

Beberapa orang berkumpul minum kopi. Seorang di antaranya berkata, “Nur (cahaya) ialah Nabi Muhammad junjungan para Rasul.” Orang-orang lalu mengucap, “Shallallahu alayhi wa sallam.” Ucapan orang “Nur ... dst)” bukanlah dzikir sehingga tidak mendapat pahala. Sedangkan orang-orang yang menjawab mendapat pahala bacaan salawat Nabi saw.

Jika memuji Nabi Muhammad sebagai nur dan jun- jungan para rasul tidak mendapat pahala karena bukan dzi- kir, apalagi memuji orang yang levelnya di bawah Nabi saw seperti memuji Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy dengan membaca dan mendengarkan manakibnya.