Perkembangan model tanggung jawab sosial perusahaan

2.3.5 Perkembangan model tanggung jawab sosial perusahaan

Harahap (1993) dalam Arianti (2000) menyatakan bahwa ada tiga model keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial, yaitu:

1. Model klasik Model ini berkembang sekitar abad ke-19, dimana model ini bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna. Dalam model ini, kriteria keberhasilan perusahaan diukur dari daya guna dan pertumbuhan. Oleh karena itu, usaha yang dilakukan perusahaan semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung. Berdasarkan model ini, perusahaan tidak perlu memikirkan efek sosial yang ditimbulkannya dan tidak perlu memikirkan usaha untuk memperbaiki penyakit sosial yang ada di dalam masyarakat. Jadi model ini bertujuan untuk memenuhi kepentingan para pemilik atau mensejahterakan para pemilik.

2. Model manajemen Model ini berkembang sekitar tahun 1930. Menurut model ini perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup, dan mempunyai tujuan sendiri. Dalam model ini, manajer adalah orang yang dipercayai oleh pemilik modal untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan pemilik modal dan semua pihak yang terkait langsung dengan keberlangsungan perusahaan, seperti karyawan, langganan, supplier, dan pihak lain yang mempunyai hubungan dengan perusahaan. Hal ini membuat manajer harus mempertimbangkan setiap kebijakan yang dibuat, karena adanya ketergantungan perusahaan dengan pihak lain, yang juga mempunyai andil terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Pada kesimpulannya, model ini bertujuan untuk mensejahterakan manajemen.

3. Model lingkungan sosial Model ini menekankan pada pandangan bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai hubungan kepentingan (bersumber) dari lingkungan sosial masyarakat dan bukan hanya semata- mata dari pasar, seperti yang dikatakan oleh teori klasik. Konsekuensi dari pandangan ini adalah perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit sosial yang ada di lingkungan perusahaan, seperti sistem pendidikan yang tidak bermutu, pengangguran, polusi, dan lain-lain. Model ini, pada akhirnya bertujuan bukan hanya kepentingan pemilik modal dan manajemen saja, tetapi juga mencakup kesejahteraan sosial secara umum. Belkaoui (1984) dalam Arianti (2000) mengelompokkan keterlibatan

perusahaan terhadap lingkungan sosial ke dalam lima kelompok, yaitu:

1) Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba yang maksimal. Jika perusahaan dapat mengumpulkan laba sebesar- besarnya tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha. Sehingga, jika perusahaan memperhatikan kepentingan lingkungan sosial masyarakat maka akan merusak sendi-sendi ekonomi persaingan bebas.

2) Perusahaan tidak lagi hanya mencari untung, karena perusahaan juga harus memperhatikan pihak-pihak tertentu dengan siapa perusahaan mempunyai kepentingan. Dalam hal ini perusahaan melakukan perbaikan kesejahteraan karyawan, dan manajemen menjalin hubungan baik dengan kelompok masyarakat tertentu dan kelompok lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.

3) Perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas tanggung jawab manajemen. Dalam hal ini, perusahaan bukan hanya mempunyai tanggung jawab ekonomi dan hukum, tetapi juga memiliki tanggung jawab tertentu terhadap lingkungan sosial diluar kewajiban utamanya. Perusahaan juga harus mempunyai perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat, perbaikan pendidikan, kesejahteraan karyawan dan lain-lain. Dalam hal ini, perusahaan harus berperilaku sebagaimana seseorang penduduk yang baik. Dalam kedudukannya sebagai penduduk yang baik, maka perusahaan harus berperilaku sebagaimana seorang penduduk yang baik, yaitu peduli terhadap masyarakat yang lain dan lingkungan sekitarnya.

4) Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial yang mencakup hal-hal yang bersifat ekonomi dan non ekonomi. Tanggung jawab ini dikelompokkan dalam tiga pusat lingkaran, yaitu:

 Lingkaran dalam. Dalam bagian ini tanggung jawab perusahaan mencakup tanggung jawab dasar di dalam melaksanakan fungsinya dengan efisien, seperti fungsi produksi, pekerjaan, dan pertumbuhan ekonomi.

 Lingkaran tengah. Dalam bagian ini tanggung jawab perusahan mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi ekonomis dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan prioritas yang berlaku di dalam masyarakat, seperti konservasi lingkungan, perbaikan kualitas hidup, hubungan dengan karyawan, dan lingkungan perusahaan.

 Lingkaran luar. Dalam bagian ini, tanggung jawab perusahaan mencakup tanggung jawab yang baru muncul dan masuk berkembang, dimana perusahaan secara luas terlibat aktif dalam memperbaiki lingkungan sosial.

5) Tanggung jawab perusahaan diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencakup keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Bentuk ini mencakup tiga dimensi, yaitu:

 Sosial obligation. Ini merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap permintaan pasar, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.  Sosial responsibility. Hal ini menggerakkan perusahaan sehingga segala tindakannya sesuai dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat yang berlaku.

 Sosial responsiveness. Hal ini merupakan respon perusahaan untuk menjawab isu yang akan timbul di masa mendatang. Dari dua model di atas, model yang diajukan oleh Belkaoui (1984) dalam Arianti (2000) lebih menggambarkan perkembangan keterlibatan perusahaan terhadap lingkungan sosialnya dari waktu ke waktu. Dan juga menjelaskan perkembangan cakupan tanggung jawab sosial perusahaan, mulai dari hanya mencari laba saja sampai pada tanggung jawab sosial perusahaan yang menembus batas tanggung jawab yang telah ada sebelumnya, bahkan sampai terlibat di dalamnya.