D ekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi Berdasarkan hasil disagregrasi menggunakan pendekatan subkelompok dan pembagian

2.4 D ekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi Berdasarkan hasil disagregrasi menggunakan pendekatan subkelompok dan pembagian

subkelompok yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Kaltim, peningkatan inflasi pada triwulan IV 2014 terjadi pada semua kelompok barang yang dikonsumsi masyarakat, baik kelompok volatile food , core , maupun administered prices . Meningkatnya tekanan inflasi yang terjadi pada semua kelompok tersebut merupakan dampak langsung maupun tidak langsung dari penyesuaian harga energi yang puncaknya terjadi pada triwulan laporan. Secara tahunan, komoditas administered prices tercatat mengalami tekanan inflasi yang paling tinggi yakni sebesar 15,64% (yoy), disusul kelompok volatile food 7,57% (yoy). Sedangkan inflasi inti ( core ) masih cukup terkendali yakni sebesar 5,86% (yoy) (Grafik II.8 dan II.9).

Grafik II.8 D ekomposisi Inflasi Kaltim Grafik II.9 Inflasi berdasarkan Kelompok Pengeluaran

YOY (%)

IHK Core

Volatile Foods

Adm. Prices

YOY (%)

Bahan Makanan

Makanan Jadi

18 Sandang 30

Perumahan/Air/Listrik/Bahan Bakar

Kesehatan

Pendidikan/Rekreasi/Olahraga 16

25 14 Transpor/Komunikasi/Jasa Keuangan 12

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Meningkatnya inflasi kelompok administered prices terutama didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi (bensin dan solar) masing-masing mengalami kenaikan sebesar Rp2.000,- sejak 18 November 2014. Hal ini mendorong peningkatan tarif angkutan dalam kota di Kota Samarinda, Balikpapan dan Tarakan dengan kenaikan antara Rp1.000,- hingga Rp1.500,-. Secara persentase, kenaikan tarif angkutan tersebut mencapai 20%-25%. Sementara itu, tarif angkutan antar kota juga mengalami kenaikan antara 10% sampai dengan 20%. Secara akumulasi pada triwulan IV 2014, komoditas bensin menyumbang inflasi Kaltim sebesar 0,95% dan komoditas angkutan dalam kota sebesar 0,26%.

Komoditas dalam kelompok administered prices yang mengalami inflasi pada triwulan

IV 2014 adalah tarif listrik dengan sumbangan terhadap inflasi Kaltim sebesar 0,30%, dan bahan bakar rumah tangga (LPG ukuran 12 kg) sebesar 0,11%.

Beberapa komoditas volatile food yang mengalami inflasi pada triwulan IV 2014 antara lain kelompok cabai seperti cabai rawit dengan total andil sebesar 0,25% dan cabai merah dengan total andil sebesar 0,07%. Selain itu terdapat kenaikan harga pada komoditas sawi hijau, kangkung, kacang panjang dan beras. Meskipun demikian, harga sawi hijau dan kacang panjang mengalami penurunan pada bulan yang lain di triwulan yang sama.

Kenaikan harga cabai rawit dan cabai merah dikarenakan terhambatnya pasokan dari Jawa Timur melalui transportasi laut akibat gelombang tinggi. Meskipun pemerintah daerah melalui dinas terkait telah berupaya untuk melakukan peningkatan produksi pada tahun ini, namun hasilnya masih kurang memadai. Berdasarkan data BPS, produksi cabai rawit dan cabai besar di Kaltim pada tahun 2013 mencapai 7.251 ton dan 6.471 ton atau meningkat 1,15% dan 20,70% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan menurut angka ramalannya, produksi di tahun 2014 juga diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2013 karena adanya berbagai program khusus terkait intensifikasi dan ekstensifikasi budidaya cabai di Kaltim.

Inflasi yang terjadi pada komoditas kelompok cabai sejalan dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan BI Kaltim (Grafik II.10). Sementara itu, inflasi beras yang terjadi pada akhir tahun juga sejalan dengan indeks produksi padi sebagaimana hasil survei indikator makro ekonomi BI Kaltim (Grafik II.11).

Grafik II.10 Perubahan H arga dan Inflasi Cabai Grafik II.11 Perkembangan Indeks Produksi Padi Saw ah dan Padi Ladang Kaltim

% mtm

Padi Ladang 70 Inflasi Cabai Merah

% Harga C. Merah

% Harga C. Rawit

Padi Sawah

Inflasi Cabai Rawit

2014 Sumber: Survei Pemantauan Harga BI, diolah Sumber: Indikator Makro Ekonomi BI Kaltim, diolah

Seperti halnya kelompok lainnya, kelompok inti (core) juga mengalami tekanan inflasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utamanya adalah kenaikan harga BBM bersubsidi, tarif listrik dan gas LPG yang mendorong peningkatan harga pada kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan. Meskipun demikian, kondisi inflasi inti masih relatif terjaga di tengah impact dari berbagai kebijakan energi yang dikeluarkan pemerintah dan tingkat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih tertekan.

Jika diuraikan kelompok inti menjadi subkelompok pangan, sandang dan papan, terlihat bahwa subkelompok pangan mengalami inflasi tertinggi pada triwulan IV 2014. Beberapa komoditas yang mengalami inflasi sebagian besar merupakan komoditas dari golongan makanan jadi seperti nasi dengan lauk, mie dan soto. Kenaikan dari beberapa komoditas tersebut umumnya terpengaruh dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan LPG.

Sementara itu, pada subkelompok inti yang lain yakni sandang dan papan juga mengalami inflasi pada triwulan IV 2014 dengan tekanan yang lebih rendah. Golongan komoditas perumahan seperti sewa rumah dan kontrak rumah mengalami kenaikan harga sebagai akibat kenaikan biaya listrik (Grafik II.12). Kenaikan kelompok pangan pada komoditas inflasi inti lebih disebabkan karena naiknya harga makanan jadi seperti soto, nasi dengan lauk, dan mie.

Pada bentuk dekomposisi inflasi inti yang lain, terlihat bahwa subkelompok barang mengalami tekanan inflasi yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok jasa. Dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan gas LPG serta TDL pada umumnya langsung direspon oleh pedagang atau pelaku usaha dalam pembentukan harga jual barangnya. Di sisi lain, harga- harga dari subkelompok jasa relatif lebih dapat dikendalikan (Grafik II.13).

Grafik II.12 D ekomposisi Inflasi Inti Grafik II.13 D ekomposisi Inflasi Inti Barang/Jasa

2014 Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Selama triwulan IV 2014, berbagai komoditas penyumbang inflasi Kaltim umumnya didominasi oleh kelompok administered prices sebagaimana terlihat dalam Tabel II.2 hingga Tabel II.3 di bawah ini.

Tabel II.2 Komoditas Penyumbang Inflasi & D eflasi (mtm) Terbesar di Kaltim

Komoditas Deflasi Andil Angkutan Udara

Komoditas Inflasi

Andil

-0,18 Tarip Listrik

0,18 Sawi Hijau

0,11 Udang Basah

1 Bahan Bakar Rumah Tangga

0,11 Kacang Panjang

-0,01 r

2 Cabai Rawit

0,03 Jeruk

e Semen

0,02 Sandal Kulit L

b to Sepeda Motor

-0,01 k O Sewa Rumah

0,02 Gula Pasir

-0,01 Cabai Merah

0,02 Bayam

-0,01 Kontrak Rumah

0,02 Pir

-0,01 Akademi/Perguruan Tinggi

0,02 Terong Panjang

0,02 Daun Katuk

Sumber: BPS, diolah

Pada Oktober 2014, komoditas angkutan udara memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi Kaltim yaitu sebesar 0,18% (mtm). Kenaikan tersebut dipicu oleh meningkatnya jasa pelayanan udara di Kota Samarinda. Pada bulan ini juga terjadi kenaikan harga LPG 12 kg, sewa dan kontrak rumah, tarif listrik dan biaya pendidikan di perguruan tinggi di Kaltim. Sementara itu, komoditas sawi hijau menjadi penahan laju inflasi Kaltim pada bulan ini dengan andil deflasi sebesar -0,18%.

Tabel II.3 Komoditas Penyumbang Inflasi & D eflasi (mtm) Terbesar di Kaltim

Komoditas Deflasi Andil Bensin

Komoditas Inflasi

Andil

0,43 Daging Ayam Ras

4 Cabai Rawit

0,16 Layang/Benggol

0 Sawi Hijau

0,14 Tongkol/Ambu-ambu

2 r Angkutan Dalam Kota

0,07 Tomat Sayur

-0,01 m

b Kangkung

0,06 Angkutan Udara

-0,01 v

e Administrasi Transfer Uang

0,06 Semen

o Tarip Listrik

-0,01 N Cabai Merah

0,06 Emas Perhiasan

-0,01 Kacang Panjang

0,05 Tahu Mentah

-0,01 Sewa Rumah

0,04 Kakap Putih

0,04 Bawal

Sumber: BPS, diolah

Pada November 2014, komoditas bensin menjadi penyumbang utama inflasi di Kaltim dengan andil sebesar 0,43%. Hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bensin sebesar Rp2.000,- dari Rp6.500,- menjadi Rp8.500,-. Kenaikan bensin tersebut mendorong kenaikan tarif angkutan dalam kota yang memberikan andil inflasi sebesar 0,07%. Pada bulan ini, tarif listrik masih memberikan andil inflasi sebesar 0,06%. Sebaliknya, komoditas sawi hijau yang pada bulan sebelumnya mengalami deflasi, pada November 2014 justru mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,14%. Komoditas cabai merah dan cabai raw it juga turut memberikan andil inflasi yang cukup tinggi pada bulan ini dengan total sebesar 0,21%. Di sisi lain, komoditas daging ayam ras mengalami deflasi sehingga menahan laju inflasi Kaltim bulan ini dengan memberikan andil terbesar yakni -0,10%.

Tabel II.4 Komoditas Penyumbang Inflasi & D eflasi (mtm) Terbesar di Kaltim

Komoditas Deflasi Andil Bensin

Komoditas Inflasi

Andil

0,52 Sawi Hijau

4 Nasi dengan Lauk

0,38 Layang/Benggol

0 Angkutan Dalam Kota

0,19 Kangkung

2 r Daging Ayam Ras

0,16 Tongkol/Ambu-ambu

0,14 Bawang Merah

-0,03 s

e Tarip Listrik

0,13 Bayam

e Beras

0,10 Emas Perhiasan

D Angkutan Udara

-0,02 Soto

0,09 Minyak Goreng

-0,02 Cabai Rawit

0,07 Semangka

0,06 Kembung

Sumber: BPS, diolah

Pada Desember 2014, komoditas bensin, tarif angkutan dalam kota, dan tarif listrik masih memberikan andil terbesar inflasi Kaltim dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,52%, 0,19%, dan 0,13%. Komoditas daging ayam ras yang pada bulan sebelumnya mengalami deflasi, justru pada bulan ini mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,16%. Komoditas penyumbang inflasi pada Desember 2014 juga diwarnai oleh meningkatnya harga dari kelompok makanan jadi seperti nasi dengan lauk, mie dan soto. Meningkatnya permintaan layanan penerbangan dalam rangka Natal dan menjelang tahun baru mendorong kenaikan tarif udara di Kota Tarakan. Akibatnya, komoditas angkutan udara menyumbang inflasi sebesar 0,09%. Di sisi lain, komoditas sawi hijau kembali mengalami deflasi setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi. Komoditas sawi hijau ini merupakan salah satu komoditas pangan yang sering bergejolak di Kaltim sepanjang triwulan IV 2014. Selain itu, komoditas emas perhiasan mengalami penurunan harga seiring dengan penurunan harga emas dunia dengan andil sebesar -0,02% (Tabel II.4).