Perbankan Kinerja perbankan Kaltim pada triwulan IV 2014 mulai menunjukkan perbaikan. Berbeda

3.1 Perbankan Kinerja perbankan Kaltim pada triwulan IV 2014 mulai menunjukkan perbaikan. Berbeda

dengan kinerja perbankan nasional yang terus menurun, Kinerja perbankan Kaltim mulai menunjukkan perbaikan, khususnya pada sisi aset dan DPK. Pada triwulan IV 2014, aset perbankan Kaltim tercatat tumbuh 7,07% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh negatif sebesar 0,90% (yoy) (Grafik III.1). Sejalan dengan itu, DPK perbankan Kaltim pada triwulan IV 2014 juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,75% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,67% (yoy) (Grafik III.2). Sementara itu, penyaluran kredit perbankan Kaltim pada triwulan IV 2014 menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya dimana pada triwulan IV 2014 hanya tumbuh sebesar 2,81% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,13% (yoy) (Grafik III.3).

Grafik III.3 Pertumbuhan Kredit Perbankan N asional dan Kaltim

Grafik III.1 Pertumbuhan Aset

Grafik III.2 Pertumbuhan D PK

Perbankan N asional dan Kaltim (yoy)

Perbankan N asional dan Kaltim

Kredit Nasional Kredit Kaltim 50%

Aset Nasional

Aset Kaltim

DPK Nasional DPK Kaltim

Secara spasial, aktivitas perbankan di Kaltim masih didominasi oleh Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Kedua kota tersebut merupakan pusat kegiatan ekonomi di provinsi Kaltim sehingga fokus aktivitas perbankan masih didominasi oleh kedua kota tersebut. Dari sisi aset, Kota Samarinda mendominasi dengan share mencapai 42,58% dari total aset perbankan, diikuti oleh kota Balikpapan (25,40%), Bontang (6,58%) dan Tarakan (5,93%). Masih dominannya Kota Samarinda dan Kota Balikpapan dengan total pangsa mencapai 67,98%. Lebih lanjut, kenaikan share aset perbankan terjadi pada beberapa daerah, yaitu Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Tana Paser dan Kabupaten Bulungan (sekarang ibukota Provinsi Kalimantan Utara) (Tabel III.1).

Sejalan dengan dominasi pada sisi aset, aktivitas penghimpunan dana di kota Samarinda dan Balikpapan tercatat mencapai 61,0% dari total DPK yang dihimpun di Provinsi

Kaltim, dengan nominal mencapai Rp55,1 triliun (Tabel III.1). Sedangkan di sisi kredit, penyaluran di kedua kota tersebut sekitar 73,1% dari total kredit yang disalurkan perbankan di Kaltim dengan nominal Rp48,1 triliun. Hal tersebut berimplikasi pada tingkat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) yang cukup optimal, khususnyadi kota Balikpapan yang mencapai 96,81% pada

TwIV-2014.

Tabel III.1 Perkembangan Indikator Aset, D PK, Kredit dan LD R Bank U mum Berdasarkan Kabupaten/Kota di Kaltim pada Triw ulan IV 2014

Nominal (Rp milyar)

Pangsa

Kab/Kota LDR

DPK Kota Samarinda

36,32% 80,37% Kota Balikpapan

25,48% 96,81% Kota Tarakan

7,41% 32,61% Kota Bontang

6,96% 102,95% Kab. Kutai Kartanegara

5,36% 54,94% Kab. Berau

0,044989 37,47% Kab. Bulungan

4,66% 16,42% Kab. Kutai Barat

1,28% 33,16% Kab. Kutai Timur

2,29% 69,44% Kab. M alinau

1,07% 44,47% Kab. Nunukan

1,78% 39,26% Kab. Tana Paser

2,37% 54,62% Kab. Penajam PU

0,51% 65,14% Kab. Tana Tidung

- - Kalt im

3.1.1 Kelembagaan Fungsi utama perbankan adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada

masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan dalam rangka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Salah satu tolak ukur kemajuan daerah adalah tingkat dukungan perbankan terhadap aktivitas perekonomian suatu daerah. Keterjangkauan perbankan ke daerah-daerah yang jauh dari perkotaan akan mendukung kebutuhan transaksional masyarakat yang berujung pada meningkatnya aktivitas perekonomian.

Pada triwulan IV 2014 tercatat jumlah kantor bank di Kaltim telah mencapai 140 kantor, yang terdiri dari 16 kantor pusat (1 kantor pusat bank pemerintah daerah dan 15 kantor pusat BPR/S) dan 124 kantor cabang (118 kantor cabang bank umum dan 6 kantor cabang BPR) (Tabel III.2). Namun demikian, patut dicermati bahwa penambahan jumlah bank masih terkonsentrasi di 2 kota besar utama di Kaltim, yaitu kota Samarinda dan kota Balikpapan. Masih cenderung lambatnya penambahan jumlah bank di daerah-daerah pedalaman patut Pada triwulan IV 2014 tercatat jumlah kantor bank di Kaltim telah mencapai 140 kantor, yang terdiri dari 16 kantor pusat (1 kantor pusat bank pemerintah daerah dan 15 kantor pusat BPR/S) dan 124 kantor cabang (118 kantor cabang bank umum dan 6 kantor cabang BPR) (Tabel III.2). Namun demikian, patut dicermati bahwa penambahan jumlah bank masih terkonsentrasi di 2 kota besar utama di Kaltim, yaitu kota Samarinda dan kota Balikpapan. Masih cenderung lambatnya penambahan jumlah bank di daerah-daerah pedalaman patut

Tabel III.2 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Timur No

Total 1 Pemerintah

Kelompok Bank

27 234 2 Pemerintah D aerah

1 17 85 48 151 3 Sw asta N asional

13 215 4 Asing dan Campuran

0 4 1 0 5 5 BPR/S

3.1.2 Aset Perbankan Aset perbankan Kaltim di triwulan IV 2014 tercatat meningkat sebesar 7,07% (yoy)

dengan nominal aset Rp115,45 triliun, lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif 0,90% (yoy).

Tabel III.3 Perkembangan Aset Perbankan Berdasarkan Kab/Kota di Kalimantan Timur (Rp. M iliar) Posisi (Rp. M iliar)

Share(% ) Tw 4 Share(% ) Kota Samarinda

42,3% 49.161 42,6% Kota Balikpapan

25,2% 29.324 25,4% Kota Tarakan

5,7% 6.850 5,9% Kota Bontang

6,5% 7.597 6,6% Kab. KuKar

4,0% 4.974 4,3% Kab. Berau

3,6% 4.176 3,6% Kab. Bulungan

4,0% 4.429 3,8% Kab. Kubar

1,2% 1.230 1,1% Kab. Kutim

2,3% 2.211 1,9% Kab. M alinau

1,0% 1.047 0,9% Kab. Nunukan

1,6% 1.645 1,4% Kab. Pasir

1,9% 2.238 1,9% Kab. Penajam PU

0,6% 567 0,5% Kab. Tana Tidung

- - Tot al ASET Kalt im

100% 115.450 100% Grow t h (yoy)

Secara spasial, sebaran aset masih terkonsentrasi di Kota Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur dengan nominal mencapai Rp49,16 triliun atau 42,6% dari total aset perbankan Kaltim dan diikuti oleh Kota Balikpapan dengan nominal mencapai Rp29,3

triliun atau 25,4% dari total aset Kaltim (Tabel III.3). Adanya perbaikan kinerja aset pada triwulan IV 2014 didorong oleh peningkatan kinerja aktiva produktif, penempatan dana pada bank lain dan pembelian surat berharga.

3.1.3 Penghimpunan D ana Posisi penghimpunan DPK perbankan Kaltim pada periode laporan tercatat sebesar

Rp89,47 triliun mengalami peningkatan secara nominal dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya sebesar Rp91,25 triliun. Laju pertumbuhan DPK triwulan IV 2014 juga menunjukkan peningkatan sebesar 4,75% (yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya yang Rp89,47 triliun mengalami peningkatan secara nominal dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya sebesar Rp91,25 triliun. Laju pertumbuhan DPK triwulan IV 2014 juga menunjukkan peningkatan sebesar 4,75% (yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya yang

Membaiknya pertumbuhan deposito pada triwulan IV 2014 oleh adanya kenaikan penyimpanan, khususnya deposito berjangka dengan jangka waktu pendek sampai menengah yaitu 1 s.d 6 bulan. Hal yang mendukung kenaikan simpanan deposito, adalah tingkat suku bunga yang kompetitif, dibarengi dengan promosi masing-masing bank dalam rangka menarik dana masyarakat.

Tabel III.4 Perkembangan D ana Pihak Ketiga (D PK) Perbankan di Kalimantan Timur ( Rp. M iliar)

Pertumb Tw 4 JENIS SIM PANAN

Posisi (M ilyar)

-1,95% 4,75% Grow t h (yoy)

-12,74% 10,34% Bank Pem erint ah

-23,20% 9,38% Bank Sw ast a

1,67% -6,23% Tabungan

-2,29% -1,12% Deposito

Dilihat dari kelompok bank penghimpun, peningkatan pertumbuhan DPK terhambat oleh penghimpunan dana oleh bank swasta dimana giro dan tabungan mengalami pertumbuhan yang negatif masing-masing sebesar negatif 6,23% dan negatif 1,12%. Lebih lanjut, perbaikan kinerja penghimpunan DPK pada Bank Pemerintah terutama terjadi pada pertumbuhan tabungan dan deposito (Tabel III.4).

3.1.4 Penyaluran Kredit

3.1.4.1 Kredit Bank U mum Berlokasi Bank di Kalimantan Timur Aktivitas penyaluran kredit bank umum yang berlokasi bank di Kaltim pada periode

laporan mengalami perlambatan kinerja dari tumbuh 3,13% (yoy) menjadi 2,81% (yoy) dengan posisi nominal sebesar Rp65,90 triliun. Jika dilihat proporsinya, penyaluran kredit sampai dengan posisi akhir triwulan IV 2014 didominasi oleh bank pemerintah dengan porsi 66,42% dengan nominal kredit Rp43,77 triliun, sedangkan sisanya adalah bank swasta dengan share 33,58% dan nominal penyaluran sebesar Rp22,12 triliun. Apabila dilihat dari bank laporan mengalami perlambatan kinerja dari tumbuh 3,13% (yoy) menjadi 2,81% (yoy) dengan posisi nominal sebesar Rp65,90 triliun. Jika dilihat proporsinya, penyaluran kredit sampai dengan posisi akhir triwulan IV 2014 didominasi oleh bank pemerintah dengan porsi 66,42% dengan nominal kredit Rp43,77 triliun, sedangkan sisanya adalah bank swasta dengan share 33,58% dan nominal penyaluran sebesar Rp22,12 triliun. Apabila dilihat dari bank

Dilihat dari jenis penggunaannya, penyaluran kredit di Kaltim relatif berimbang secara proporsi. Share kredit modal kerja, investasi dan konsumsi berturut-turut sebesar 35%, 32% dan 33%. Apabila dilihat berdasarkan sumbernya, perlambatan penyaluran kredit yang terjadi pada periode laporan terjadi pada kredit modal kerja dan investasi. Perlambatan paling dalam terjadi pada kredit modal kerja yang melambat dari 5,11% (yoy) menjadi 2,03% (yoy). Di lain sisi, kredit konsumsi tumbuh 6,57% (yoy) pada periode laporan, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,32% (yoy) (GrafikIII.4 dan III.5).

Grafik III.4 Kredit Kaltim Berdasarkan Jenis Grafik III.5 Share Kredit Kaltim Berdasarkan Sektor Penggunaan

Ekonomi

Rp.Miliar Pertanian 25.000

Modal Kerja Investasi

Konsumsi

Growth Kredit Total

Jasa Dunia

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 2012

Sementara itu, dilihat berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit terbesar pada sektor perdagangan dengan share sebesar 20,82% dengan nilai kredit yang dikucurkan sebesar Rp13,72 triliun. Selain perdagangan, sektor yang cukup mendominasi penyaluran kredit di Kaltim adalah sektor Perindustrian yang pada periode laporan memiliki share 9,32% dengan nominal Rp6,14 triliun (Grafik III.6). Lebih lanjut, apabila dilihat secara sektoral, kredit yang menjadi sumber perlambatan pada periode laporan adalah kredit sektor jasa dunia usaha, angkutan, konstruksi, jasa sosial dan LGA. Perlambatan yang paling signifikan terjadi pada sektor Jasa Dunia Usaha yang tumbuh turun semakin dalam dari -6,64% (yoy) menjadi - 26,57% (yoy). Di sisi lain, perbaikan kredit pada sektor pertanian dan pertambangan pada triwulan laporan sejalan dengan pertumbuhan PDRB yang semakin baik pada sektor-sektor dimaksud (Grafik III.7).

Grafik III.6 Pertumbuhan Kredit M odal Kerja, Grafik III.7 Pertumbuhan Kredit Perbankan Kaltim Investasi dan Konsumsi Kaltim (yoy)

kepada Sektor Ekonomi U tama (yoy)

2014 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

Pertambangan g(yoy) Modal Kerja

Pertanian

Perdagangan g(yoy) Konsumsi

g(yoy) Investasi

Konstruksi

Angkutan

Jasa Dunia Usaha

3.1.4.2 Kredit Bank U mum Berlokasi Proyek di Kalimantan Timur Penyaluran kredit oleh perbankan Nasional untuk membiayai proyek yang berlokasi di

Kaltim pada periode laporan tercatat meningkat dibandingkan triwulan III-2014 dari 4,44% (yoy) menjadi 5,58% (yoy) dengan nominal Rp106,84 triliun (Grafik III.9). Dilihat dari kelompok bank penyalur, peningkatan kredit lokasi proyek pada periode laporan terjadi pada bank swasta yang tumbuh 6,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 3,73% (yoy). Di lain sisi, kinerja kredit pada perbankan pemerintah masih menunjukkan perlambatan pada periode laporan.

Apabila dilihat porsi nominalnya, kredit yang berlokasi proyek di Kaltim pada periode laporan masih didominasi oleh kredit investasi dengan pangsa 43,46%, disususul oleh kredit modal kerja (34,27%) dan konsumtif (22,27%) (Grafik III.8). Dominasi kredit produktif di Kaltim sejalan dengan tingginya kebutuhan investasi dan modal di Kaltim. Namun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan III-2014, pertumbuhan kredit investasi melambat dari 6,53% (yoy) menjadi 6,39% (yoy) dengan nominal Rp46,43 triliun pada periode laporan. Sebaliknya, kredit modal kerja dan konsumsi tercatat membaik pada triwulan IV 2014, masing- masing tumbuh 3,54% (yoy) dan 7,24% (yoy).

Grafik III.8 Share Kredit Kaltim Berdasarkan Jenis Grafik III.9 Perkembangan Kredit Kaltim Penggunaan

berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

Rp Miliar

Kredit

g(qtq) g(yoy)

43.46% 0 -5% w 1 2 3 4 1 T 2 T w T w T w T w T w w 3 w 4 w 1 2 w

TTT T w T w T w T w T w

Dari sisi sektoral, kredit berlokasi proyek di Kaltim didominasi oleh sektor pertambangan, pertanian dan perdagangan dengan total share pada ketiga sektor tersebut sebesar 46,20%. Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada sektor pertambangan yang pada triwulan laporan tercatat tumbuh 30,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh negatif 3,91% (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya sektor pertambangan pada PDRB triwulan IV 2014 yang disebabkan adanya peningkatan kegiatan eksplorasi di subsektor pertambangan nonmigas.

Di lain sisi, sektor pertanian yang memiliki share 15,74% tercatat mengalami perlambatan pada periode laporan dari 12,89% (yoy) menjadi 11,08% (yoy) dengan nominal Rp16,81 triliun. Perlambatan kinerja kredit pada sektor pertanian berdasarkan lokasi proyek bukan merupakan indikasi kurang menariknya sektor yang didominasi oleh perkebunan sawit ini. Perlambatan penyaluran lebih disebabkan sudah berakhirnya masa tanam yang membutuhkan kredit dalam jumlah yang cukup besar.

3.1.4.3 Risiko Kredit dan Fungsi Intermediasi Pencapaian NPL Gross pada triwulan IV 2014 mengalami perbaikan dari 4,87% pada

triwulan III-2014 menjadi 4,67% (Grafik III.10). Tingkat NPL Gross yang terkoreksi menunjukkan adanya perbaikan manajemen risiko yang dilakukan bank dalam menjaga kesehatan bank. Jika dilihat berdasarkan jenis penggunannya, penurunan NPL Gross lebih didorong oleh kredit investasi dan konsumsi, sementara untuk kredit modal kerja masih belum membaik. Secara sektoral, penurunan NPL Gross pada periode laporan disumbang oleh sektor pertanian, pertambangan, LGA, dan perdagangan. Penurunan yang paling signifikan terjadi pada sektor perdagangan dari 4,72% menjadi 3,39% dengan nominal NPL Gross Rp465 miliar. Sebaliknya, NPL Gross yang semakin tinggi terjadi pada jasa dunia usaha, angkutan, dan jasa sosial. Kenaikan NPL Gross paling signifikan terjadi pada sektor jasa dunia usaha dari 5,85% menjadi 9,38% dengan nominal Rp456 miliar (Grafik III.11).

Sementara itu, peran intermediasi perbankan sebagaimana diwakili oleh indikator loan to deposit (LDR) atau rasio kredit lokasi bank terhadap DPK tercatat meningkat dari 70,17% menjadi 73,66%. Peningkatan rasio LDR pada periode laporan sejalan dengan ekspansi kinerja perbankan dalam menyalurkan kredit tanpa mengabaikan kualitas kredit.

Grafik III.10 Pertumbuhan Kredit, LD R & N PL Gross Grafik III.11 Persentase N PL Gross Kaltim Perbankan di Kaltim berdasarkan sektor ekonomi penyumbang terbesar

LDR (rhs)

NPL

Rp. miliar

NPL Kredit

NPL Konstruksi NPL Angkutan

NPL Pertanian

NPL Js.Dunia Usaha 50%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 2012

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

3.1.4.4 Penyaluran Kredit U MKM dan KU R Berdasarkan Lokasi Bank Sama halnya yang terjadi pada kredit secara agregat, kinerja penyaluran kredit dalam

skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada triwulan IV 2014 tercatat mengalami peningkatan dari 3,24% (yoy) menjadi 4,89% (yoy) dengan nominal Rp19,25 triliun. Jika dilihat porsinya terhadap total kredit di Kaltim, porsi kredit UMKM pada periode laporan mencapai 29,21% dari total kredit perbankan, lebih rendah dibandingkan pencapaian periode lalu sebesar 29,42% (Grafik III.12).

Grafik III.12 Pertumbuhan UM KM berdasarkan Grafik III.13 Persentase Kredit U M KM Kaltim Jenis Penggunaan di Kaltim

berdasarkan sektor ekonomi Tw IV-2014

Rp Triliun

Modal Kerja

Investasi

Kredit UMKM

Js.Dunia

Usaha 0 9.67%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 angkutan 6.23%

Dilihat dari komposisinya, kredit UMKM di Kaltim masih didominasi oleh jenis modal kerja dengan share 67,93% dari total kredit UMKM dengan nilai kredit mencapai Rp13,07 triliun dan sisanya adalah kredit investasi sebesar Rp6,17 triliun dengan share 32,07% (Grafik III.13). Jika dilihat berdasarkan sumbernya, peningkatan kinerja kredit yang terjadi pada triwulan laporan terjadi baik pada kredit modal kerja maupun investasi dengan pertumbuhan masing-masing senilai 3,79% dan 7,30%.

Berdasarkan sektor ekonomi, kredit UMKM di Kaltim lebih didominasi oleh sektor perdagangan dengan share 45,90% atau secara nominal mencapai Rp8,83 triliun. Apabila dilihat sumbernya, peningkatan kinerja kredit yang terjadi pada periode laporan lebih didominasi oleh kredit sektor perindustrian yang tumbuh dari 3,67% (yoy) menjadi 21,32% (yoy). Sektor lainnya yang menjadi penyumbang pertumbuhan kredit UMKM pada periode laporan antara lain sektor perdagangan dan konstruksi. Di lain sisi, sektor lainnya masih mengalami perlambatan kinerja pada periode laporan.

Sementara itu, kualitas kredit UMKM provinsi Kaltim yang diukur oleh NPL Gross mulai membaik pada triwulan IV 2014. NPL Gross kredit UMKM tercatat sebesar 6,29% pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan III-2014 sebesar 6,56%.