KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KATA PEN GAN TAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang M aha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Timur (Kaltim) periode triw ulan IV 2014 dapat diselesaikan dan disusun dengan baik dan tepat w aktu serta dipublikasikan dan didiseminasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Timur diterbitkan secara periodik setiap triw ulan sebagai perw ujudan peran Kantor Perw akilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Kalimantan Timur terkini serta prospeknya di triw ulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu referensi dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Analisa pada kajian ini menggambarkan perekonomian daerah Provinsi Kalimantan Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti instansi di lingkungan pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Timur, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha dan akademisi, laporan dari perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lainnya. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami menyadari bahw a buku kajian ini masih belum sempurna ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan, masukan, dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triw ulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Kalimantan Timur. Terima kasih.

Samarinda, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIM ANTAN TIM UR

M aw ardi B.H. Rit onga

TABEL IN D IKATO R TERPILIH

1. Inflasi dan PD RB

2014 INDIKATOR

Q II Q III Q IV MAKRO EKONOMI

114.4 116.1 120.5 Kota Samarinda

Indeks Harga Konsumen (IHK)

114.4 115.2 120.2 Kota Balikpapan

113.6 115.6 118.9 Kota Tarakan

116.6 121.0 126.6 Laju Inflasi Tahunan (y-o-y,%)

6.3 10.1 9.5 9.7 8.5 7.7 4.6 7.7 Kota Samarinda

5.6 10.4 10.2 10.4 8.8 7.8 3.0 6.7 Kota Balikpapan

6.8 9.4 8.0 8.6 7.3 7.3 5.7 7.4 Kota Tarakan

7.0 11.3 11.5 10.4 9.9 8.3 7.3 11.9 PDRB - harga konstan(miliar Rp)

120,566.1 121,034.3 120,156.6 120,685.1 121,363.0 122,033.4 123,477.8 125,303.4 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

8,132.1 8,238.7 8,335.8 8,176.8 8,510.1 8,562.8 8,674.1 8,808.9 Pertambangan dan Penggalian

62,462.1 63,175.5 60,902.7 59,793.9 60,637.9 60,728.2 61,298.3 63,388.3 Industri Pengolahan

22,737.6 21,792.4 22,589.8 23,554.0 23,087.9 23,184.7 23,063.2 21,781.3 Pengadaan Listrik, Gas

37.9 37.7 37.6 38.2 37.6 38.6 38.6 60.9 Pengadaan Air

50.4 51.1 52.0 53.0 54.5 53.5 54.3 54.0 Konstruksi

8,407.2 8,388.5 8,495.2 8,811.9 8,826.2 8,848.1 9,054.7 9,584.3 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Rep

5,988.4 6,215.7 6,257.4 6,189.5 6,281.2 6,408.8 6,619.5 6,409.0 Transportasi dan Pergudangan

3,211.0 3,353.1 3,430.5 3,549.0 3,562.6 3,617.4 3,712.9 3,787.7 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minu

881.4 897.6 911.0 Informasi dan Komunikasi

1,507.6 1,536.6 1,557.4 1,592.4 1,629.3 1,672.3 1,721.6 1,767.0 Jasa Keuangan

1,617.5 1,654.1 1,699.0 1,709.7 1,683.7 1,698.2 1,705.9 1,776.4 Real Estate

1,020.4 1,033.6 1,057.0 1,076.4 1,089.5 Jasa Perusahaan

262.0 267.0 270.8 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

2,217.6 2,261.5 2,330.0 2,388.6 2,345.1 2,447.6 2,625.2 2,732.3 Jasa Pendidikan

1,188.1 1,272.8 1,364.3 1,631.4 1,495.4 1,487.7 1,558.4 1,721.3 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

575.7 586.2 625.9 Jasa lainnya

509.4 523.8 534.7 Pertumbuhan PDRB (yoy,%)

0.66 0.83 2.76 3.83 Nilai Ekspor Nonmigas(USD juta)

4,512.1 4,733.7 4,213.5 4,523.2 3,916.0 3,791.8 3,647.6 3,500.6 Volume Ekspor Nonmigas(ribu ton)

64,497.9 68,549.3 66,211.2 69,959.5 63,070.9 65,804.7 62,119.5 62,119.5 Nilai Impor Nonmigas (USD juta)

433.4 402.0 402.0 Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

2. Perbankan

Q II Q III Q IV PERBANKAN

Bank Umum: Total Aset (Rp triliun)

98.7 110.6 114.4 115.4 DPK (Rp triliun)

82.0 85.2 88.9 85.4 80.2 87.7 91.2 89.5 Giro (Rp triliun)

21.5 25.0 25.5 22.1 16.8 23.1 22.4 22.6 Tabungan (Rp triliun)

32.1 32.5 33.7 37.8 35.6 35.1 36.6 38.8 Deposito (Rp triliun)

28.4 27.8 29.7 25.4 27.7 29.4 32.2 28.1 Kredit (Rp triliun) - berdasarkan lokasi proyek

100.9 99.2 100.7 106.8 Modal Kerja

99.98% 103.69% 104.95% 118.49% 125.91% 113.14% 110.33% 119.43% Kredit (Rp triliun) -berdasarkan lokasi kantor cab

53.4 57.7 62.1 64.1 63.8 64.1 64.0 65.9 Modal Kerja

79.62% 73.10% 70.17% 73.66% Kredit MKM berdasarkan lokasi kantor Kredit Mikro (<Rp 50 juta) (Rp triliun)

4.9 4.9 4.9 4.7 4.8 4.7 4.6 4.6 Kredit Modal Kerja

1.3 1.3 1.4 1.3 1.4 1.5 1.5 1.5 Kredit Investasi

0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 Kredit Konsumsi

3.4 3.3 3.2 3.1 3.0 2.9 2.7 2.8 Kredit Kecil (Rp 50 juta < X ≤ Rp 500 juta) (Rp triliun)

15.1 16.2 16.9 17.4 17.4 17.6 18.1 18.8 Kredit Modal Kerja

2.5 2.5 2.6 2.7 2.5 2.6 2.7 2.7 Kredit Investasi

1.1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.2 1.2 1.2 Kredit Konsumsi

11.5 12.4 13.0 13.4 13.6 13.8 14.2 14.8 Kredit Menengah (Rp 500 juta < X < ≤ Rp 5 miliar) (Rp triliun)

12.2 13.3 14.2 14.4 13.8 14.1 14.4 14.8 Kredit Modal Kerja

6.4 6.9 7.5 7.6 7.0 7.2 7.5 7.7 Kredit Investasi

2.8 3.1 3.1 3.1 3.1 3.1 3.1 3.1 Kredit Konsumsi

3.0 3.3 3.5 3.7 3.7 3.9 3.8 4.0 Total Kredit MKM (Rp triliun)

32.1 34.3 35.9 36.5 36.1 36.5 37.0 38.2 NPL MKM (%)

3.02% 3.62% 3.82% 3.69% LDR MKM (%)

Total Aset (Rp miliar)

339 328 302 359 DPK (Rp miliar)

- - - Deposito

121 121 95 94 Kredit (Rp miliar)

236 253 233 231 Modal Kerja

75 80 79 76 80 88 85 84 Kredit UMKM (Rp miliar)

135.7 143.3 132.5 134.9 Rasio LDR (%)

111.93% 125.82% 128.03% 118.47% 116.47% 127.18% 133.63% 121.11% Rasio NPL Gross (%)

3. Sistem Pembayaran

INDIKATOR 2014

2013

Q II Q III Q IV SISTEM PEMBAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Rp triliun) 3.97 4.75 8.45 7.94 4.88 5.17 7.80 8.00 Inflow (Rp triliun)

2.16 1.27 2.82 1.26 2.63 1.73 2.72 1.65 Outflow (Rp triliun)

1.81 3.48 5.63 6.67 2.25 3.43 5.08 6.36 Clean Money Policy (Rp miliar)

473.91 347.66 348.73 485.52 250.83 Nominal Transaksi RTGS (Rp triliun)

85.56 84.44 84.96 106.82 Volume Transaksi RTGS (transaksi)

73.61 92.38 95.87 100.40

90,503 89,871 87,392 86,038 Rata-rata harian nominal transaksi RTGS

1.23 1.54 1.52 1.59 1.36 1.34 1.35 1.70 Rata-rata harian volume transaksi RTGS

1,427 1,387 1,366 Nominal Kliring Debet Penyerahan(Rp triliun)

6.93 6.88 6.92 7.13 6.88 6.86 6.26 6.83 Volume Kliring Debet Penyerahan(transaksi)

125,279 188,073 172,274 182,238 Rata-rata harian Nominal Kliring Debet Penyerahan(Rp triliun)

0.109 0.109 0.099 0.108 Rata-rata harian Volume Kliring Debet Penyerahan(transaksi)

2,985 2,735 2,893 Nominal Kliring Debet Pengembalian(Rp triliun)

0.27 0.29 0.35 0.31 0.30 0.34 0.30 0.29 Volume Kliring Debet Pengembalian(transaksi)

6,057 5,533 5,609 Rata-rata harian Nominal Kliring Pengembalian

0.005 0.005 0.005 0.005 Rata-rata harian Volume Kliring Pengembalian

87 89 97 96 86 96 88 89 Nominal Tolakan Cek/BG Kosong(Rp triliun)

0.21 0.24 0.30 0.27 0.26 0.31 0.24 0.24 Volume Tolakan Cek/BG Kosong(transaksi)

4,516 5,063 4,555 4,579 Rata-rata harian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong

0.004 0.005 0.004 0.004 Rata-rata harian Volume Tolakan Cek/BG Kosong

66 71 82 81 72 80 72 73

RIN GKASAN EKSEKU TIF KAJIAN EKO N O M I D AN KEUAN GAN REGIO N AL KALIM AN TAN TIM UR TRIW U LAN III-2014

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

Peningkatan kinerja Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan IV 2014 secara agregat perekonomian Kaltim 1 mengalami perbaikan, tumbuh sebesar 3,8% (yoy) . Perbaikan terjadi di sektor

lebih disumbang oleh pertambangan meski masih pada level terbatas. Secara keseluruhan tahun perbaikan sektor

2014, perbaikan kinerja pada akhir triwulan ini belum dapat memberi pengaruh pertambangan besar pada kinerja sektor pertambangan yang tumbuh melambat cukup dalam.

Secara kumulatif tahun 2014, perekonomian Kaltim tumbuh sebesar 2,0% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 2,7% (yoy).

Dari sisi sektoral, perbaikan ekonomi lebih disumbang oleh perbaikan pertumbuhan di sektor pertambangan, khususnya kegiatan eksplorasi pertambangan nonmigas.

Perkembangan Inflasi Daerah

Kebijakan pada kelompok

Laju inflasi Provinsi Kalimantan Timur (termasuk Kalimantan Utara) pada administered prices

triwulan IV 2014 tercatat mengalami peningkatan cukup tajam menjadi 7,66% dan kondisi cuaca

(yoy) setelah pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 4,57% (yoy). yang kurang

Peningkatan inflasi ini merupakan dampak dari penyesuaian beberapa harga kondusif mendorong

komoditas energi yang diatur oleh pemerintah seperti kenaikan harga bahan inflasi Kaltim

bakar minyak (BBM) bersubsidi, kenaikan tarif dasar listrik (TDL), dan kenaikan meningkat tajam di

harga gas LPG ukuran 12 kg.

akhir tahun 2014 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Perbaikan indikator Kinerja perbankan Kaltim pada triwulan IV 2014 menunjukkan peningkatan. kinerja perbankan

Perkembangan sistem pembayaran di Kaltim, baik tunai maupun nontunai dan sistem sejalan

mulai membaik di triwulan IV 2014, sejalan dengan meningkatnya aktivitas dengan perbaikan

perekonomian pada sektor-sektor utama. Pada transaksi tunai, jumlah nominal aktivitas ekonomi di

uang yang keluar (outflow) mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya, Kaltim sedangkan untuk uang yang masuk (inflow) mengalami penurunan. Lebih lanjut, transaksi non tunai triwulan IV 2014 baik transaksi kliring maupun Real Time Gross Settlement (RTGS) menunjukkan tren peningkatan.

1 Berita Resmi Statistik - BPS Provinsi Kalimantan Timur, No. 010/02/64/Th.XVIII, 5 Februari 2015 menggunakan tahun dasar 2010

Perkembangan Keuangan D aerah

Peningkatan realisasi

Realisasi APBD baik dari sisi belanja dan pendapatan di Kalimantan Timur

anggaran belanja

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi pendapatan, data

Pemerint ah Daerah

sementara sampai dengan triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa APDB

pada akhir tahun

kabupaten/kota se-Kalimantan Timur sudah terealisasi sebesar Rp23,12 triliun

memberikan st imulus

atau 95,85% dari target pendapatan dalam APBD Perubahan 2014. Di sisi

posit if bagi

belanja,realisasi APBD kabupaten/kota di Kaltim baru mencapai Rp23,94 triliun

perekonomian Kalt im

atau 79,94% dari target belanja dalam APBD Perubahan 2014.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Timur (Kaltim) pada Agustus 2014

tercatat lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu tercermin dari tingkat pengangguran terbuka yang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh tingginya penyediaan lapangan kerja di sektor pertanian.

Prospek Perekonomian dan Inflasi

Perekonomian Kaltim Kondisi perekonomian makro di triwulan I 2015 diproyeksi melambat yang triwulan I 2015

disumbang oleh tertahannya produksi pertambangan batubara, khususnya diproyeksi melambat

akibat masih lemahnya permintaan Tiongkok yang masih mengalami sejalan dengan masih

perlambatan ekonomi serta belum adanya kabar positif terkait perkembangan lemahnya permintaan

harga batubara internasional. Pergerakan inflasi Kaltim pada triwulan I 2015 Tiongkok terhadap

diperkirakan masih mendapatkan tekanan meskipun pemerintah telah batubara, sedangkan

menurunkan harga BBM bersubsidi, LPG dan semen di awal tahun. Namun inflasi diperkirakan

secara keseluruhan tahun 2015, risiko inflasi yang disebabkan oleh pangan masih mendapat

masih cukup tinggi mengingat prognosa produksi pertanian di Kaltim masih tekanan... belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan di Kaltim

I. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Peningkatan kinerja perekonomian Kaltim lebih disumbang oleh

perbaikan sektor pertambangan...

1.1 Kondisi Umum Perekonomian Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan IV 2014 secara agregat

mengalami perbaikan, tumbuh sebesar 3,8% (yoy) 2 . Perbaikan terjadi di sektor pertambangan meski masih pada level terbatas. Secara keseluruhan tahun 2014, perbaikan kinerja pada akhir

triwulan ini belum dapat memberi pengaruh besar pada kinerja sektor pertambangan yang tumbuh melambat cukup dalam. Secara kumulatif tahun 2014, perekonomian Kaltim tumbuh sebesar 2,0% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 2,7% (yoy).

Dari sisi sektoral, perbaikan ekonomi lebih disumbang oleh perbaikan pertumbuhan di sektor pertambangan, khususnya kegiatan eksplorasi pertambangan nonmigas. Perbaikan juga terjadi di beberapa sektor lainnya, seperti pertanian, listrik dan gas, konstruksi, komunikasi, jasa keuangan, administrasi pemerintahan, jasa kesehatan dan jasa lainnya. Di sisi lain, terdapat pula beberapa sektor yang mengalami penurunan kinerja di periode laporan, antara lain industri pengolahan, pengadaan air, perdagangan dan akomodasi, transportasi, real estate, jasa perusahaan dan jasa pendidikan.

Dalam konteks spasial, sektor pertambangan batubara dan industri pengolahan migas Kaltim menjadi bagian dominan dari sektor ekonomi utama di Kalimantan. Sumbangan ekonomi Kaltim terhadap wilayah Kalimantan mencapai 64,7%, sedangkan bagi perekonomian Indonesia sekitar 5,6% (Gambar I.1).

Gambar I.1 Peta Perekonomian N asional (yoy)

Kalsel 1.1% / 12.7%

SulampuaBalnustra

Kaltim 5.6% / 64.7%

Jawa Lainnya, 12.46%

Konstruksi, 8.00%

Industri, 18.45%

Sumber: BPS, diolah Notes: Untuk w ilayah merupakan share terhadap nasional

Untuk provinsi merupakan share terhadap nasional / share terhadap w ilayah

2 Berita Resmi Statistik - BPS Provinsi Kalimantan Timur, No. 010/02/64/Th.XVIII, 5 Februari 2015 menggunakan tahun dasar 2010

1.2 Sisi Permintaan Perlambatan pertumbuhan perekonomian Kaltim pada tahun 2014 dipicu oleh

penurunan kinerja ekspor luar negeri sebagai akibat lesunya sektor pertambangan batubara yang merupakan komoditas ekspor utama Kaltim (Tabel I.1). Pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2014 lebih disumbang oleh ekspor antar wilayah yang tumbuh sebesar 339,5% (yoy) serta memberikan andil sebesar 18,4%. Selain itu, pertumbuhan investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) serta pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terjadi pada periode laporan juga menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi Kaltim. Lebih lanjut, pengeluaran pemerintah hanya tumbuh sebesar 3,7% (yoy) dengan andil sebesar 0,2% terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tabel I.1 Pertumbuhan year-on-year dan Kontribusi PD RB Kaltim menurut Penggunaan (tahun dasar 2010)

Tahun 2014 Growth

ADHB (Rp Triliun) ADHK (Rp Triliun)

Jenis Pengeluaran ADHK Share Andil (yoy)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah T angga

74.50 6.7 17.4 1.0 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT

6.7 0.4 0.0 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

25.10 3.7 5.5 0.2 4. Pembentukan Modal tetap Bruto

4.4 26.5 1.1 5. Perubahan Inventori

8.50 10.50 4.80 5.90 22.9 1.8 0.2 6. Ekspor Luar Negeri

262.00 (27.3) 65.1 (20.4) 7. Impor Luar Negeri

69.60 (9.4) 21.4 (1.5) 8. Net Ekspor Antar Wilayah

TOTAL PDRB

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur

1.2.1 Konsumsi Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 6,7% (yoy) serta memberikan andil sebesar 1%

terhadap pertumbuhan ekonomi Kaltim. Kondisi ini merupakan dampak membaiknya konsumsi rumah tangga yang didukung oleh pengeluaran masyarakat terhadap barang konsumsi nonmakanan. Tumbuh tingginya konsumsi nonmakanan pada periode ini tercermin dari Indeks Pembelian Barang Tahan lama dari 109 menjadi 115 pada periode laporan (Grafik I.1). Sementara di sisi lain, indikator indeks harga perdagangan besar justru mengalami penurunan (Grafik 1.2).

Grafik I.1 Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Grafik I.2 Indeks H arga Perdagangan Besar Kaltim Kaltim

120 Indeks harga Perdagangan Besar g(yoy), Rhs 115

Sep o N Jan ar M Mei Ju p Se N o 2012

2014 Sumber: BPS Prov. Kaltim

Perbaikan konsumsi non bahan makanan yang terjadi pada periode laporan diduga lebih didominasi oleh kelompok barang non investasi. Penundaan pembelian barang konsumsi yang bersifat investasi oleh masyarakat terindikasi dari kredit konsumsi pada triwulan laporan yang cenderung stabil, seperti kredit properti dan multiguna (Grafik I.3). Rendahnya pertumbuhan kredit konsumsi pada periode laporan diduga karena pengaruh dampak kebijakan LTV yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam rangka stabilisasi ekonomi. Pertumbuhan KPR tipe rumah lebih dari 70m 2 masih cenderung melambat sejak triwulan II-2013, sementara KPR untuk tipe rumah kurang dari 70m 2 cenderung stabil setelah mengalami penurunan pada

triwulan III-2013. Lebih lanjut, kredit ruko/rukan juga tumbuh stabil pada triwulan laporan setelah mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya (Grafik I.4).

Grafik I.3 Pertumbuhan KPM ,KPSM & Kmultiguna Grafik I.4 Pertumbuhan KPR Perbankan Kaltim Kaltim

Kepemilikan Mobil

Rumah Tipe > 70 Ruko atau Rukan Keperluan Multiguna

Kepemilikan Sepeda Motor

Rumah Tipe 22 s.d. 70

IV I II III IV I II III IV -50%

IV -10%

Di lain sisi, konsumsi pemerintah hanya tumbuh sebesar 3,7% (yoy) pada tahun 2014. Dari sisi realisasi APBD provinsi, Kabupaten dan Kota di Kaltim tercatat sebesar 91,72%.

1.2.2 Investasi Investasi tumbuh meningkat pada triwulan IV 2014. Perbaikan terjadi baik dari investasi

bangunan maupun nonbangunan. Membaiknya investasi bangunan terkonfirmasi dari kebutuhan semen Kaltim yang meningkat 0,4% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya tumbuh negatif sebesar 8,6% (yoy) (Grafik I.5). Hal ini sejalan dengan bangunan maupun nonbangunan. Membaiknya investasi bangunan terkonfirmasi dari kebutuhan semen Kaltim yang meningkat 0,4% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya tumbuh negatif sebesar 8,6% (yoy) (Grafik I.5). Hal ini sejalan dengan

Perbaikan investasi nonbangunan terkonfirmasi dari pertumbuhan impor barang modal yang naik dari kontraksi 38,5% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 28,4% (yoy) pada triwulan IV 2014 (Grafik I.6). Lebih lanjut, perbaikan investasi juga sejalan dengan peningkatan nilai Penanaman Modal Asing (PMA). Nilai PMA meningkat dari -33,7% (yoy) menjadi 60,7% (yoy). Hal ini didukung peningkatan PMA di bidang pertambangan. Di sisi lain, nilai PMDN masih menunjukkan tren penurunan (Grafik I.8).

Daerah tujuan utama investasi PMDN di Kaltim adalah Kota Bontang, Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Timur. Investasi di Bontang didominasi oleh investasi kimia dengan produk akhir berupa pupuk, sedangkan untuk Kutai Timur, investasi banyak bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit. Sementara itu tujuan utama PMA adalah Kabupaten Kutai Timur dan Kota Balikpapan.

Grafik I.5 Kebutuhan Semen Kaltim Grafik I.6 Perkembangan Impor Barang M odal Kaltim

Growth (yoy,%) 600,000

Kebutuhan Semen

g(yoy)

Total Impor Barang Modal

IV I II III IV I II III IV 2012

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik I.7 Perkembangan Kredit Investasi Kaltim Grafik I.8 Realisasi Investasi PM TB Kaltim

PMDN (rhs) 50,000

Kredit Investasi

Growth (yoy)

2,000 I II III

Sumber: BPPMD Provinsi Kalimantan Timur

1.2.3 Ekspor-Impor Pada triwulan IV 2014, ekspor luar negeri Kaltim tercatat turun lebih dalam dari -23,6%

(yoy) menjadi -45,8% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, impor luar negeri Kaltim juga mengalami penurunan pada triwulan IV 2014 dari -3,8% (yoy) menjadi -80,6% (yoy). Secara kumulatif tahun 2014, ekspor luar negeri Kaltim tercatat masih tumbuh negatif sebesar 27,3% (yoy) dan menyumbang -20,4% terhadap pertumbuhan ekonomi Kaltim. Sementara itu, impor luar negeri juga tumbuh negatif sebesar 9,4% (yoy) dengan andil 1,48%. Di sisi lain, perbaikan (yoy) menjadi -45,8% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, impor luar negeri Kaltim juga mengalami penurunan pada triwulan IV 2014 dari -3,8% (yoy) menjadi -80,6% (yoy). Secara kumulatif tahun 2014, ekspor luar negeri Kaltim tercatat masih tumbuh negatif sebesar 27,3% (yoy) dan menyumbang -20,4% terhadap pertumbuhan ekonomi Kaltim. Sementara itu, impor luar negeri juga tumbuh negatif sebesar 9,4% (yoy) dengan andil 1,48%. Di sisi lain, perbaikan

Jika dilihat lebih lanjut, kontraksi pertumbuhan ekspor luar negeri yang terjadi pada tahun 2014 merupakan dampak menurunnya produksi batubara Kaltim yang disebabkan oleh rendahnya harga komoditas batubara global dan menurunnya permintaan batubara dari Tiongkok. Nominal ekspor luar negeri selama tahun 2014 tercatat sekitar US$25,7 miliar atau tumbuh negatif sebesar 17% dari tahun sebelumnya. Level kontraksi ini tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami penurunan 8,3%.

Dilihat berdasarkan komoditas migas dan nonmigas, ekspor migas Kaltim mencapai US$2,38 miliar atau menurun sebesar 25% (yoy) pada triwulan IV 2014, lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang turun 11,9% (yoy) (Grafik I.9). Sementara itu ekspor nonmigas Kaltim mencapai US$3,50 miliar pada triwulan IV 2014, turun 22,6% dari periode yang sama tahun lalu. Penurunan kinerja ekspor migas terutama disumbang oleh komoditas minyak mentah dan gas. Sama halnya dengan ekspor migas, ekspor nonmigas juga mengalami penurunan dari -22,6% (yoy) menjadi -25,8% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik I.10). Penurunan ekspor nonmigas lebih disebabkan karena lesunya kinerja tambang batubara sebagai dampak terkontraksinya harga batubara global pada akhir tahun 2014. Sejalan dengan terkontraksinya nilai ekspor nonmigas, penurunan tonnase ekspor nonmigas juga masih terus terjadi sampai dengan triwulan laporan, dimana volume ekspornya tercatat sebesar 64,24 juta ton, atau turun 8,2% (yoy) (Grafik 1.11).

Grafik I.9 Pertumbuhan N ilai Ekspor M igas Kaltim Grafik I.10 Pertumbuhan N ilai Ekspor nonmigas Kaltim

Growth (%,yoy) D 4,500

Ekspor Migas

Growth (%,yoy)

Ekspor Non Migas

-25% I II III

IV I II III IV I II III IV 2012

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Grafik I.11 Pertumbuhan Volume Ekspor nonmigas Kaltim

Ekspor

Growth (%,yoy)

to Ju ta

40 30 5% 20 0% 10 -5%

IV

I II III

IV I II III

IV I II III

Komoditas nonmigas yang diekspor Kaltim dari sisi nilai sangat didominasi oleh komoditas batubara dengan pangsa ekspor mencapai 86,9% pada triwulan IV 2014, diikuti oleh kayu dan artikel kayu (3,5%), CPO (2,7%), bahan kimia inorganik (1,8%) dan pupuk (1,6%). Nilai ekspor komoditas batubara mengalami penurunan pertumbuhan 20,5% (yoy) dan memberikan kontribusi -17,8%. Dari sisi volume, perlambatan ekonomi Tiongkok menjadi faktor penghambat permintaan sehingga realisasi pengapalan batubara ke Tiongkok relatif menurun. Penurunan volume ekspor batubara ke Tiongkok sudah mulai tergantikan oleh naiknya permintaan batubara India, namun secara agregat masih belum dapat menggantikan permintaan batubara Tiongkok yang hilang. Lebih lanjut, komoditas yang menjadi pendorong ekspor Kaltim pada periode laporan adalah bahan kimia inorganik (didominasi amoniak) dan CPO (Tabel 1.3).

Tabel I.2 Komoditas Ekspor Nonmigas U tama Kaltim Triw ulan IV 2014

Laju

Nilai

Kom oditas

Pangsa

Pertum buhan Kontribusi

(Juta USD)

(yoy) 44 Kayu dan Artikel Kayu

-1.8% -0.1% 27 Bahan Bakar M ineral dan Produk M inyak M ineral

-20.5% -17.8% 28 Bahan Kimia Inorganik

-46.9% -0.8% 15 M inyak Nabati atau Hew ani

-24.0% -0.8% To t al

-1 9 .4 % Dilihat dari negara tujuannya, realisasi ekspor batubara Kaltim masih sangat didominasi

oleh pasar Asia. Sulitnya menembus pasar Eropa dan Amerika merupakan efek dari tingginya biaya transportasi, sehingga konsumen Eropa dan Amerika lebih memilih impor dari negara lainnya seperti Afsel dan Venezuela. Perlambatan ekonomi yang masih terus terjadi di Tiongkok menjadi faktor utama menurunnya pengiriman ke konsumen batubara terbesar di dunia tersebut. Selama tahun 2014, penurunan permintaan batubara Tiongkok sudah mulai terkompensasi dengan naiknya permintaan batubara dari India. Namun demikian, kenaikan volume permintaan India tersebut belum mencapai level volume kenaikan permintaan Tiongkok pada tahun 2012 dan 2013 yang lalu (Grafik I.12)

Grafik I.12 Volume Ekspor Batubara Tiongkok dan India

Total Vol Expor Batubara

Vol Ekspor India (rhs)

Vol Ekspor Tiongkok (rhs)

70 Max Level Tiongkok

50 Max Level India

Sumber: DSTa Bank Indonesia

Kenaikan permintaan batubara India lebih disebabkan karena terpilihnya Narendra Modi sebagai Perdana Menteri. Kebijakan yang pro penyediaan listrik dan pro penggunaan batubara sebagai bahan bakar menjadi faktor kunci masih tertahannya level tonnase batubara yang diekspor Kaltim. Potensi kenaikan permintaan India masih cukup terbuka seiring dengan tingkat utilisasi pabrik semen yang merupakan salah satu konsumen batubara Indonesia masih tertahan di level 60%-65%. Selain India, kenaikan permintaan juga terjadi pada ekspor ke ASEAN, Jepang, dan Korsel meskipun ke pasar Taiwan cenderung sedikit menurun (Grafik 1.13). Berbeda dengan batubara yang cenderung hanya diekspor ke pasar Asia, negara tujuan ekspor CPO Kaltim lebih variatif. Tercatat terdapat empat negara yang menjadi tujuan utama ekspor CPO Kaltim, yakni Malaysia, India, Italia dan Spanyol. (Grafik 1.14).

Grafik I.13 Perkembangan Ekspor Batubara Kaltim Grafik I.14 Perkembangan Ekspor CPO Kaltim berdasarkan N egara Tujuan

berdasarkan N egara Tujuan

Total Vol Expor Batubara

Italia Spanyol

20 -10% -20%

IV I II III IV I II III IV 2012

Di lain sisi, pertumbuhan kegiatan impor luar negeri Kaltim pada tahun 2014 tercatat negatif 9,4% (yoy) dan menyumbang 1,5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun demikian penurunan impor Kaltim pada triwulan IV 2014 mulai menunjukkan perbaikan. Dibedakan berdasarkan komoditas migas dan nonmigas, transaksi impor migas luar negeri Kaltim pada triwulan IV 2014 mencapai US$1,59 miliyar atau tumbuh 2,1% (yoy). Kinerja ini berada diatas pertumbuhan transaksi impor migas pada triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan 8,6% (yoy) (Grafik I.15). Kondisi ini didorong oleh peningkatan impor komoditas minyak mentah yang naik sebesar 3,9% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Peningkatan impor minyak mentah pada triwulan IV 2014 diindikasi merupakan aksi building stock yang dilakukan pemerintah seiring dengan rendahnya harga minyak dunia. Sementara itu, berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, nilai impor nonmigas Kaltim selama triwulan IV 2014 adalah sejumlah US$346,66 juta atau lebih rendah 24% (yoy) dibanding tahun lalu. Level penurunan ini relatif sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat turun 28,6% (yoy) (Grafik I.16).

Grafik I.15 N ilai Impor M igas Kaltim Grafik I.16 N ilai Impor nonmigas Kaltim

Growth (%,yoy) 2,500

Impor Migas

Growth (%,yoy)

Impor Non Migas

-60% I II III

IV I II III IV I II III IV 2012

Jika dilihat komoditasnya, impor nonmigas Kaltim didominasi (pangsa 44,38%) oleh komoditas nuclear react , yaitu bahan peledak untuk pertambangan, besi dan hasilnya (7,9%), karet dan hasilnya (9,6%) serta kapal, perahu dan sejenisnya yang mengambang dengan pangsa impor 7,7% (Tabel I.3). Jika dilihat berdasarkan negara asal impor, pada triwulan laporan Singapura merupakan negara asal impor terbesar bagi Kaltim secara nilai dengan share mencapai 18,6%, diikuti Amerika Serikat (16%), Tiongkok (9,3%) dan Jepang yang memiliki pangsa impor 8,2% (Grafik I.17).

Secara keseluruhan, transaksi ekspor impor luar negeri Kaltim pada triwulan IV 2014 masih terus mengalami net ekspor (jumlah ekspor lebih besar dibandingkan dengan jumlah impor) dengan nominal sebesar US$3.939 juta, namun masih lebih rendah dibandingkan net ekspor triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$4.391 juta. Net ekspor ini terdiri atas net ekspor migas sebesar US$785 juta dan net ekspor nonmigas sebesar US$3.153 juta.

Tabel I.3 Komoditas Impor N onmigas U tama Kaltim Grafik I.17 Perkembangan Share N egara Asal U tama Tw IV-2014

Impor N onmigas Kaltim

Laju 100%

Komoditas Amerika Serikat Pangsa Pertumbuhan Kontribusi (Juta USD) 80%

84 Reaktor Nuklir, Pemanas, dan Peralatan Mek

73 Artikel Besi dan Baja

89 Kapal, perahu, struktur yang mengambang 30% 26.47 7.68% -36.33% -2.79% 87 Kendaraan selain kereta 20% 16.97 4.92% -42.94% -2.11%

Tiongkok

40 Karet dan artikel turunannya

1.3 Sisi Penaw aran Asesmen dari sisi penawaran memperlihatkan bahwa perbaikan pertumbuhan ekonomi

yang terjadi pada periode laporan lebih disebabkan oleh sektor pertambangan khususnya pertambangan batubara. Kenaikan tingkat pertumbuhan yang terjadi pada pertambangan batubara disebabkan karena metode perhitungan PDRB yang baru (SNA 2008) tidak hanya memperhitungkan produksi namun juga kegiatan eksplorasi pada sektor pertambangan sebagai output pada PDRB. Perbaikan yang terjadi pada sektor primer membawa dampak yang positif pada sektor sekunder dan tersier seperti konstruksi dan jasa. Sementara itu sektor yang pada yang terjadi pada periode laporan lebih disebabkan oleh sektor pertambangan khususnya pertambangan batubara. Kenaikan tingkat pertumbuhan yang terjadi pada pertambangan batubara disebabkan karena metode perhitungan PDRB yang baru (SNA 2008) tidak hanya memperhitungkan produksi namun juga kegiatan eksplorasi pada sektor pertambangan sebagai output pada PDRB. Perbaikan yang terjadi pada sektor primer membawa dampak yang positif pada sektor sekunder dan tersier seperti konstruksi dan jasa. Sementara itu sektor yang pada

Tabel I.4 Pertumbuhan year-on-year dan Kontribusi PD RB Kaltim menurut Sektor Ekonomi (tahun dasar 2010)

Pangsa Sektor Usaha

Laju Pertumbuhan (%,yoy)

IV I II III IV 2014

7.0% 7.0% 7.0% 7.0% Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

49.8% 49.6% 50.6% 50.0% Industri Pengolahan

19.0% 18.7% 17.4% 18.5% Pengadaan Listrik, Gas

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% Pengadaan Air

7.3% 7.3% 7.6% 7.4% Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

5.3% 5.4% 5.1% 5.2% Transportasi dan Pergudangan

3.0% 3.0% 3.0% 3.0% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

0.7% 0.7% 0.7% 0.7% Informasi dan Komunikasi

1.4% 1.4% 1.4% 1.4% Jasa Keuangan

1.4% 1.4% 1.4% 1.4% Real Estate

0.9% 0.9% 0.9% 0.9% Jasa Perusahaan

0.2% 0.2% 0.2% 0.2% Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2.0% 2.1% 2.2% 2.1% Jasa Pendidikan

1.2% 1.3% 1.4% 1.3% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0.5% 0.5% 0.5% 0.5% Jasa lainnya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Laju pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di triwulan IV 2014

tumbuh semakin baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni dari 4,1% menjadi 7,7% (yoy). Sumbangan pertumbuhan yang diberikan juga mengalami kenaikan dari 0,3% menjadi 0,5%. Secara keseluruhan tahun 2014, perbaikan kinerja pada akhir triwulan ini belum dapat memberi pengaruh besar pada kinerja sektor tersebut yang tumbuh melambat. Secara kumulatif tahun 2014, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 5,1% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 5,7% (yoy).

Perbaikan kinerja sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan laporan terjadi di seluruh subsektor. Perbaikan di subsektor pertanian salah satunya didorong oleh pertumbuhan produksi jagung sebagaimana teridentifikasi pada indeks produksinya yang meningkat pada triwulan IV 2014 (Grafik I.18). Sementara itu, perbaikan di subsektor perikanan diduga merupakan sumbangan dari perikanan laut yang tercermin dari peningkatan pada indeks produksi perikanan laut (Grafik I.19).

Grafik I.18 Indeks Produksi Jagung Kaltim Grafik I.19 Indeks Produksi Ikan Laut Kaltim

g(yoy), Rhs 150

Jagung

g(yoy), Rhs

Produksi Ikan Laut

IV I II III IV I II III IV 2012

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah Survei Prompt Indikator pada triwulan IV 2014 menunjukkan adanya perbaikan

pertumbuhan produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kaltim (Grafik I.20). Masih terus terjadinya ekspansi lahan yang disertai dengan curah hujan yang mendukung menjadi faktor pendorong peningkatan produksi. Lebih lanjut, optimisme pengusaha untuk melakukan ekspansi di subsektor kelapa sawit saat ini masih tinggi karena besarnya potensi permintaan ke depan yang dikonfirmasi oleh ekspektasi pelaku usaha lewat liaison KPw BI Prov. Kaltim.

Grafik I.20 Indeks Produksi Kelapa Saw it (TBS) Kaltim

Produksi Kelapa Sawit (TBS)

g(yoy), Rhs

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Dari sisi eksternal, kembali menurunnya harga CPO internasional pada triwulan IV 2014 menjadi salah satu faktor penahan bagi para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang merupakan input industri pengolahan CPO. Pada triwulan laporan, rerata harga CPO internasional tercatat kembali turun di level US$652/MT, sedangkan triwulan lalu masih tercatat senilai US$693,5/MT (Grafik I.21). Rebound masih sangat mungkin terjadi pada harga internasional jika melihat masih tumbuhnya permintaan di pasar internasional. Sejalan dengan harga komoditas global, rerata harga TBS lokal masih terus mengalami penurunan, bahkan pada triwulan laporan harga hanya tercatat sebesar Rp1.420/kg lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp1.640/kg.

Dari sisi penyaluran kredit (berdasarkan lokasi proyek di Kaltim) untuk sektor pertanian tercatat masih tumbuh cukup tinggi meskipun melambat dari 12,9% (yoy) menjadi 11,1% (yoy). Kredit yang disalurkan ke sektor pertanian sampai dengan periode akhir triwulan IV 2014 mencapai Rp16,82 triliun (Grafik I.22). Perlambatan penyaluran kredit yang terjadi pada sektor pertanian bukan mengindikasikan sudah tidak menariknya subsektor perkebunan, namun lebih menggambarkan sudah usainya siklus investasi perkebunan.

Grafik I.21 H arga TBS Kaltim dan Internasional Grafik I.22 Perkembangan Kredit Pertanian Kaltim

(USD/MT) (Rp/Kg)

Pertanian

Growth (yoy)

Rerata Harga TBS Kaltim 16,000

International CPO

2014 Sumber: Dinas Perkebunan Prov.Kaltim & Bloomberg Sumber: LBU Bank Indonesia

1.3.2 Sektor Pertambangan Sektor pertambangan dan penggalian tercatat sebagai sektor penopang pertumbuhan

ekonomi pada triwulan IV 2014. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor ekonomi terbesar ini tercatat 6% (yoy), jauh diatas level pertumbuhan periode lalu, yakni 0,7% (yoy). Sejalan dengan itu kontribusi pertumbuhannya terhadap perekonomian juga naik dari 0,3% menjadi 3%. Perbaikan pertumbuhan sektor pertambangan lebih disebabkan adanya peningkatan kinerja pada subsektor nonmigas khususnya kegiatan eksplorasi pertambangan batubara. Secara keseluruhan tahun 2014, perbaikan pada akhir triwulan ini belum dapat memberi pengaruh besar pada kinerja sektor pertambangan yang menurun pada tahun 2014. Secara kumulatif tahun 2014, sektor pertambangan turun dari 2,3% (yoy) menjadi -0,1% (yoy).

Di lain sisi, kinerja pertambangan migas terlihat menurun sejalan dengan pertumbuhan lifting gas yang masih terus mengalami penurunan hingga -20,6% (yoy) pada periode laporan, turun dari periode sebelumnya yang tumbuh negatif 12,8% (yoy) (Grafik I.23). Penurunan tingkat natural declining pada triwulan laporan diperkirakan bersifat temporer sehingga dalam jangka yang lebih panjang, penurunan lifting masih terus terjadi akibat sumur-sumur migas di Kaltim yang semakin tua. Dengan asumsi tidak adanya sumur baru, maka tingkat penurunan produksi secara alami (natural declining) diperkirakan sebesar 11% untuk gas alam dan 4,5%- 5% untuk minyak bumi per tahunnya. Sementara itu, lifting minyak bumi tumbuh membaik pada triwulan IV 2014 sebesar 4,2% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 8,7% (yoy) (Grafik I.24). Peningkatan lifting minyak pada triwulan IV 2014 diperkirakan sebagai upaya pelaku usaha dalam mengoptimalisasi sumur yang ada serta menutupi rendahnya realisasi lifting pada triwulan-triwulan sebelumnya.

Grafik I.23 Lifting Gas Alam Kaltim Grafik I.24 Lifting M inyak Bumi Kaltim

250 (juta mmbtu) Lifting Gas Alam

g (yoy)

0 14 (juta barrel)

Lifting Minyak Bumi

g (yoy) 10 g (yoy) (RHS)

g (yoy) (RHS)

IV I II III IV 2012

2014 Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Prov.Kaltim Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Prov.Kaltim

Peningkatan pertumbuhan subsektor pertambangan nonmigas lebih disebabkan karena adanya peningkatan eksplorasi tambang batubara pada periode laporan. Lebih lanjut, metode perhitungan PDRB yang baru telah menggunakan SNA 2008 dimana dalam menghitung output PDRB tidak hanya melihat kegiatan produksi saja melainkan juga memperhitungkan kegiatan eksplorasi. Meningkatnya kegiatan eksplorasi teridentifikasi dari meningkatnya kredit berdasarkan lokasi proyek di Kaltim untuk sektor pertambangan pada triwulan IV 2014 yang mencapai Rp17,02 triliun atau tumbuh 30,6% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif 3,9% (yoy) (Grafik I.25). Lebih lanjut, BPPMD Kaltim mengkonfirmasi bahwa komponen investasi andalan di sektor PMA masih didominasi oleh sektor pertambangan. Kondisi ini juga disebabkan adanya rencana pemerintah untuk menggantikan energi bahan bakar pembangkit listrik dari minyak menjadi batubara dan gas. Kondisi ini sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik terhadap batubara Kaltim pada triwulan IV 2014 (Grafik I.26).

Grafik I.25 Perkembangan Kredit Pertambangan Grafik I.26 Konsumsi D omestik Batubara Kaltim Kaltim

DMO 200% 18,000

Pertambangan

Growth (yoy)

12 (juta ton)

10 PKP2B 150% 16,000

-100% I II III

I II III IV I II III IV III IV 2012

Sumber: McCloskey Indonesian Coal Report

Di sisi eksternal, masih terus turunnya permintaan batubara Tiongkok kembali menjadi sumber koreksi harga internasional pada triwulan IV 2014. Penurunan permintaan ini berdampak langsung kepada produksi Kaltim yang banyak dikonsumsi oleh Tiongkok (Grafik I.27). Namun demikian, terjadi kenaikan permintaan dari India yang juga merupakan salah satu konsumen batubara terbesar di dunia. Selain India, pada triwulan IV 2014 pasar yang masih cukup prospektif adalah ASEAN dan beberapa negara Asia lainnya.

Grafik I.27 Produksi Batubara PKP2B Kaltim

50 (juta ton)

Produksi PKP2B

40 g (yoy) (RHS)

Sumber: McCloskey Indonesian Coal Report

Masih terus berlanjutnya kondisi yang tidak menguntungkan bagi bisnis batubara tercermin dari kembali menurunnya rata-rata harga batubara internasional dari US$57,21/ton menjadi US$56,15/ton, turun 11,8% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar -10,6% (yoy) (Grafik I.28). Penurunan harga di pasar internasional terutama disebabkan oleh kebijakan Tiongkok untuk mengurangi impor guna menjaga stabilitas harga di level domestik dan pengurangan penggunaan batubara akibat tingkat polusi Tiongkok yang tinggi. Penurunan harga di pasar internasional ditransformasikan secara langsung pada penurunan Harga Batubara Acuan (HBA) yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM dari triwulan sebelumnya sebesar US$70,81/ton menjadi US$65,87/ton, turun 19,5% (yoy) dari triwulan sebesar -9,4% (yoy) (Grafik I.29). Penurunan permintaan juga terkonfirmasi oleh Purchasing Manager Index (PMI) Tiongkok yang terus menurun selama 3 bulan terakhir mencapai 49,6 pada Desember 2014. Meskipun demikian, kondisi ini terkompensasi oleh sektor manufaktur India yang masih terus berekspansi sehingga kebutuhan energinya berpotensi meningkat (Grafik I.30).

Grafik I.28 H arga Batubara Internasional Grafik I.29 H arga Batubara Acuan

(US$/ton)

6.150 kcal D /to 50

80 5.700 kcal US 40 30

60 5.400 kcal 5.000 kcal

-13 3 -1 p -13 -14 -1 4 p -14 2010

Sumber: Bloomberg Sumber: Kementerian ESDM & Bloomberg

Dalam menjaga tingkat margin di tengah tren penurunan harga dalam jangka panjang yang masih terus berlangsung, pilihan bagi perusahaan adalah dengan menambah produksi atau melakukan efisiensi biaya. Berdasarkan hasil liaison KPw BI Prov. Kaltim, strategi efisiensi biaya yang dilakukan oleh perusahaan tambang antara lain dengan cara menunda investasi alat berat, memakai alat berat yang sudah habis umur ekonomisnya, mengurangi jam kerja

karyawan sampai dengan merumahkan karyawan. Contact liaison juga menyatakan bahwa karyawan sampai dengan merumahkan karyawan. Contact liaison juga menyatakan bahwa

Grafik I.30 PM I M anufaktur

Sumber : HSBC

Dari sisi biaya, rendahnya harga batubara juga sedikit terkompensasi oleh penurunan harga solar industri untuk tambang pada akhir triwulan IV 2014 yang sejalan dengan tren harga minyak global yang masih belum menunjukkan perbaikan (Grafik I.31). Berdasarkan hasil liaison KPw BI Prov. Kaltim, biaya bahan bakar memiliki share sampai dengan 30% dari cost structure biaya pertambangan. Koreksi harga batubara dalam level terbatas diperkirakan dapat terjadi sampai dengan triwulan III-2015 seiring dengan belum membaiknya permintaan Tiongkok yang merupakan konsumen batubara terbesar di dunia. Hal ini tercermin dari future price komoditas batubara yang cenderung terkoreksi dalam level terbatas sampai dengan triwulan III-2015 (Grafik I.32).

Grafik I.31 H arga Solar Pertambangan Grafik I.32 H arga Futures Komoditas Batubara

15,000 (Rp/liter)

ICE Richards Bay ICE globalCOAL NEWC 14,000

ICE Rotterdam

IMF Australia

IMF S.Africa

2018 Sumber: Distributor Solar Pertamina

Q1'15

Q2'15

Q3'15

Q4'15

Sumber: Globalcoal Report, IMF

Dari sisi produksi, komitmen penambang skala besar untuk mematuhi kontrak dengan pemerintah menjadi faktor pendorong terjaganya volume produksi di tengah koreksi harga. Lebih lanjut, aktifitas penambangan skala besar juga relatif masih tinggi karena adanya kontrak jangka panjang dengan pembeli dan perusahaan kontraktor. Bagi penambang kecil maksimalisasi produksi merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan keuntungan dan Dari sisi produksi, komitmen penambang skala besar untuk mematuhi kontrak dengan pemerintah menjadi faktor pendorong terjaganya volume produksi di tengah koreksi harga. Lebih lanjut, aktifitas penambangan skala besar juga relatif masih tinggi karena adanya kontrak jangka panjang dengan pembeli dan perusahaan kontraktor. Bagi penambang kecil maksimalisasi produksi merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan keuntungan dan

melakukan ekspor.

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan Semakin dalamnya kontraksi sektor industri dibandingkan periode lalu menjadi faktor

penghambat pertumbuhan Kaltim pada periode laporan. Level kontraksi pertumbuhan industri pengolahan Kaltim pada triwulan IV 2014 memburuk dibandingkan kondisi periode sebelumnya, dari 0,4% menjadi -1,3% (yoy). Penurunan ini sejalan dengan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKSDU) KPw BI Prov. Kaltim yang pada triwulan laporan menurun dari 62,5 menjadi 50.

Kondisi ini diperkirakan karena penurunan hasil industri LNG yang terkontraksi semakin dalam, tercermin dari indeks produksi LNG yang menurun pada periode laporan (Grafik I.33). Sementara itu produksi LNG yang pangsanya mencapai 64,2% dari industri pengolahan migas Kaltim secara umum juga masih mengalami kontraksi. Natural declining produksi gas Kaltim yang masih terjadi seiring dengan masih tertahannya investasi karena belum adanya kepastian perpanjangan disalah satu blok migas. Di sisi lain, sedikit tambahan produksi diperoleh dari lapangan gas yang baru beroperasi meskipun masih jauh dari kemampuan untuk menutupi natural declining Kaltim.

Berdasarkan rilis data BPS Prov. Kaltim tercermin bahwa nilai tambah yang dihasilkan dari produksi kilang minyak Kaltim pada triwulan IV 2014 masih mengalami penurunan 2,3% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh negatif 1,3% (Grafik I.34).

Grafik I.33 Indeks Produksi LN G Kaltim Grafik I.34 Indeks Produksi Kilang M inyak Kaltim

Produksi LNG

g(yoy), Rhs

Produksi Kilang Minyak

g(yoy), Rhs

-25% I II III

IV I II III IV 2012

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah Sumber: Liaison KPw BI Prov.Kaltim

Di lain sisi, industri pengolahan nonmigas yang didominasi oleh industri pupuk dan kertas yang mulai membaik pada periode laporan, tercermin dari indeks produksi pupuk yang tumbuh dari 38,8 menjadi 43,5 (Grafik I.35). Sementara itu, berdasarkan hasil liaison, kinerja industri CPO Kaltim juga mengalami perbaikan pada tahun 2014 tercermin dari meningkatnya penjualan CPO oleh salah satu kontak liaison. Produksi CPO Kaltim masih dapat terus Di lain sisi, industri pengolahan nonmigas yang didominasi oleh industri pupuk dan kertas yang mulai membaik pada periode laporan, tercermin dari indeks produksi pupuk yang tumbuh dari 38,8 menjadi 43,5 (Grafik I.35). Sementara itu, berdasarkan hasil liaison, kinerja industri CPO Kaltim juga mengalami perbaikan pada tahun 2014 tercermin dari meningkatnya penjualan CPO oleh salah satu kontak liaison. Produksi CPO Kaltim masih dapat terus

Grafik I.35 Indeks Produksi Pupuk Kaltim Grafik I.36 Perkembangan Kredit Perindustrian Kaltim

Produksi Pupuk

g(yoy), Rhs

Perindustrian

Growth (yoy)

-50% I II III

IV I II III IV I II III IV 2012

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

1.3.4 Sektor Lainnya Sektor Perdagangan, Sektor Konstruksi dan Sektor Transportasi sebagai sektor yang

berkontribusi cukup besar dalam struktur ekonomi Kaltim tercatat mengalami penurunan kinerja pada periode laporan kecuali sektor konstruksi yang tumbuh meningkat. Pertumbuhan sektor perdagangan triwulan IV 2014 tercatat menurun dari 5,8% (yoy) menjadi 3,6% (yoy). Penurunan yang terjadi di sektor perdagangan sejalan dengan IKK pada periode laporan sebesar 119,94 yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 132,32. Lebih lanjut, penurunan pada sektor perdagangan sejalan dengan penurunan output sektor utama ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan sektor transportasi mengalami perlambatan sebesar 6,7% (yoy) pada periode laporan dari sebelumya tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Perlambatan sektor transportasi sejalan dengan melambatnya kredit di sektor transportasi pada periode laporan (Grafik I.37). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor penyediaan akomodasi makan dan minum yang terkonfirmasi dengan penurunan tingkat hunian hotel di triwulan laporan dimana omzet restoran belum menunjukkan perbaikan yang signifikan (Grafik I.38 dan I.39).

Sementara itu, sektor konstruksi tumbuh lebih baik dibandingkan dengan triwulan lalu, yaitu tumbuh sebesar 8,8% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan karena faktor ekspansi belanja modal pemerintah di akhir tahun. Selain itu, terdapat beberapa proyek besar yang sedang dikerjakan di Kaltim seperti Bandara Long Bawan, Bandara Long Apung, Bandara Data Dawai, Pipa gas untuk PKT V, Institut Teknologi Kalimantan, Institut Seni dan Budaya, Proyek PT.Total (Peciko 78 & Sisi Nubi), PLTU Embalut dan PLTG Senipah. Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan semen yang meningkat pada triwulan laporan (Grafik I.40).

Grafik I.37 Perkembangan Kredit Angkutan Kaltim Grafik I.38 Indeks Tingkat H unian H otel Kaltim

Angkutan

Growth (yoy)

Malam Kamar Terjual (Hotel) g(yoy), Rhs

IV I II III IV -10%

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Grafik I.39 Indeks O mzet Restoran Kaltim Grafik I.40 Kebutuhan Semen Kaltim

Kebutuhan Semen g(yoy) 250

Omzet Restoran

g(yoy), Rhs

0 -20% I II III

IV I II III IV I II III IV 2012

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

BO KS 1.1

Perubahan Perhitungan PD B/PD RB dari Tahun D asar 2000 ke 2010