“Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendapatkan perlindungan atas kepentingan-
kepentingan moral dan material yang merupakan hasil dari ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, sastra dan
seni”.
Dengan demikian perlindungan Hak Cipta khususnya bagi karya seni mengacu kepada norma-norma hukum baik
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan antara manusia dalam berbagai aspek kehidupan, yang
bertujuan untuk menjaga ketentraman dan ketertiban hidup bermasyarakat, memberikan perlindungan terhadap hak-hak
dan kepentingan manusia serta sebagai sarana untuk menegakkan keadilan. Dengan adanya aturan hukum maka
setiap orang mempunyai pedoman dalam bertingkah laku.
b. Falsafah Hak Cipta Amerika Serikat
Berdasarkan Article 1 Section 8 US Costitution, Amerika
memandang bahwa tujuan utama pemberian hak cipta adalah dalam rangka untuk mendorong produksi ciptaan
yang kreatif untuk kepentingan dan keuntungan publik. Oleh karenanya kepentingan publik adalah yang utama diatas
kepentingan penciptanya. Dengan demikian falsafah yang menjadi dasar hukum hak cipta di Amerika Serikat adalah
prisip manfaat yaitu prinsip yang berusaha menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi produsen dengan kepentingan
ekonomi konsumen sehingga terkadang kepentingan penciptanya sendiri terabaikan.
Utilitarian merupakan filosofi moral yang mendefinisikan kebenaran atau keadilan dari sebuah tindakan dalam kaitan
kontribusinya pada kebahagiaan yang lebih umum serta mempertimbangkan tujuan akhirnya yaitu kebahagian yang
lebih besar untuk masyarakat pada umumnya.
105
Pandangan Utilitarian banyak membawa pengaruh pada bagaimana Amerika memandang hak cipta sebagai suatu
aturan yang dibutuhkan untuk memberikan perlindungan yang berlebihan kepada penciptanya sebagaimana hukum
Perancis. Dampak dari pandangan ini adalah perlindungan terhadap kepentingan ekonomi ciptaan menjadi lebih penting
dibandingkan melindungi kepentingan penciptanya, artinya dalam hukum Amerika, hak ekonomi jauh lebih ditonjolkan
daripada hak moral pencipta. Dengan demikian konsep dasar hak cipta di Amerika Serikat bukan berasal dari hak-
hak alamiah tetapi berasal dari perundang-undangan, artinya bahwa hak cipta tidak muncul secara alamiah atau atomatis
pada setiap individu melainkan diberikan oleh negara atas amanat konstitusi. Hak cipta bukan dipandang sebagai
natural right tetapi dipandang sebagai komoditi yang dapat
105
Budi Santoso, Ibid, Hal. 286
dipindahtangankan secara bebas sehingga hak cipta merupakan property right.
106
Dampak dari pemberian hak cipta oleh negara ini maka negara berhak menentukan tata cara serta persyaratan
untuk memperolehnya. Dalam sejarah hak cipta di Amerika Serikat pernah diterapkan ketentuan bahwa hak cipta baru
lahir apabila dilakukan registrasi serta dipenuhinya persyaratan deposit atau penggunaan copyright notice.
107
Pandangan Amerika yang memandang Hak Cipta sebagai property rights mengakibatkan regulasi mengenai
hak cipta di AS terkesan menolak doktrin hak moral sebagaimana yang berlaku di Perancis, sehingga aturan
mengenai hak cipta di AS lebih banyak mengatur mengenai hak ekonomi dari pada hak moral pencipta. Namun
demikian, setelah sekian lama Amerika bersikukuh dengan konsepnya sendiri mengnenai hak cipta, pandangan tersebut
mulai goyah pada saat Amerika tidak mampu berbuat banyak untuk melindungi karya cipta warga negaranya di
negara lain dari tindakan pembajakan. Hal itu disebabkan tidak adanya perjanjian bilateral
mengenai perlindungan hak cipta antara Amerika dengan negara pembajak karya cipta. Sementara itu, kendala lain
106
Loc. cit.
107
Loc. cit.
muncul karena Amerika tidak termasuk dalam negara yang ikut menandatangani Konvensi Bern yang banyak diikuti oleh
negara-negara lain di dunia. Atas pertimbangan tersebut, kemudian AS menyatakan ikut serta dalam Bern Convention
tahun 1989 dan sebagai konsekuensinya AS harus menyesuaikan ketentuan hak ciptanya dengan prinsip dasar
Bern Convention. Keikutsertaan AS ke dalam Bern Convention bukan berarti tidak menimbulkan kesulitan bagi
AS karena diantara ketiga prinsip dasar dari Bern Convention, prinsip Automatic Protection merupakan prinsip
yang paling berat untuk penyesuaian bagi AS karena AS harus mengubah sistem perolehan hak cipta dinegaranya
dari model registrasi menjadi model hak yang otomatis tanpa perlu melakukan registrasi. Selain itu, memasukkan konsep
hak moral dalam hukum hak cipta AS sebagaimana diatur dalam Article 6 bis Bern Convention juga bukan merupakan
hal yang mudah bagi AS mengingat AS hanya mengakui hak ekonomi pencipta.
Namun demikian penyesuaian tetap harus dilakukan yaitu untuk perlindungan otomatis, beberapa ketantuan tetap
lebih mengarahkan pencipta untuk melakukan registrasi dengan menawarkan beberapa manfaat. Sementara itu,
untuk hak moral hanya diberikan kepada pencipta dibidang visual art.
108
3. Perkembangan Pengaturan Tentang Hak Cipta a. Perkembangan Pengaturan Hak Cipta Internasional