Property Rights including trade in Counterfeit Goods TRIP’s ; perundingan ini bertujuan untuk
meningkatkan perlindungan terhadap HKI dari produk yang diperdagangkan, menjamin prosedur
pelaksanaan HKI yang tidak menghambat kegiatan perdagangan, merumuskan aturan serta
disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan terhadap HKI dan mengembangkan prinsip, aturan
dan mekanisme kerja sama internasional untuk menangani perdagangan barang-barang hasil
pemalsuan atau pembajakan HKI. l. Ketentuan investasi yang berkaitan dengan
perdagangan Trade Related Investment Measures TRIM’s
m. Fungsionalisasi Sistem GATT n. Tindakan Pengamanan Safeguards
o. Jasa Services
b. Perkembangan Pengaturan Hak Cipta di Indonesia
Sejarah hak cipta di Indonesia diawali dengan diberlakukannya Auteurswet 1912 oleh Belanda yang
dituangkan dalam St. 1912 No. 600 pada tanggal 23 September 1912. Ketentuan ini didasarkan pada Undang-
Undang Belanda tanggal 29 Juni 1911 St. No. 197 yang
memberikan wewenang pada Ratu Belanda untuk memberlakukan Konvensi Bern tahun 1886 beserta revisinya
yang dilakukan di Berlin pada 13 November 1908 bagi negeri Belanda sendiri atau negara-negara jajahannya.
116
Secara etimologi,
Auteurswet diartikan sebagai “hak pengarang”, artinya bahwa auteurswet lebih memberikan
perlindungan kepada pengarang atau pencipta daripada ciptaannya. Adanya perlindungan hukum yang lebih
condong kepada pengarang atau pencipta tersebut tampak dalam beberapa pasal yang mengatur mengenai ketentuan
hak moral dalam hak cipta ditambah dengan beberapa ketentuan yang mengatur hak eksklusif pencipta mengenai
hak moral pencipta untuk melarang pihak lain melakukan perbuatan tertentu pada suatu ciptaan tanpa persetujuan
dari pencipta. Aturan yang demikian berakar dari pandangan mahzab hukum alam bahwa antara pencipta dan karya
ciptanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga tidak dibutuhkan formalitas-formalitas
tertentu untuk memperoleh pengakuan terhadap hak ciptanya, yang kemudian dijadikan dasar filosofi
terbentuknya peraturan bersama mengenai hak cipta oleh
116
Budi Santoso, Op.cit. Hal. 365.
berbagai negara yaitu Bern Convention tahun 1886 dimana Perancis tercatat sebagai original members.
117
Pasca kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketentuan yang mengatur mengnai hak cipta
sebagaimana tertuang di dalam Auteurswet 1912 tetap diberlakukan dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal II
aturan peralihan UUD 1945. Namun demikian, kondisi pemahaman konsep peraturan hak cipta yang saat itu
berlaku sebagai warisan Kolonial Belanda yang berdasarkan pada tradisi civil law, menampakkan bahwa dimasyarakat
terdapat semacam dorongan untuk menggantinya dengan Undang-Undang Hak Cipta nasional dengan konsepnya
sendiri, hal ini terlaihat dari terdapat beberapa RUU Hak Cipta yang dibuat pada saat itu, yaitu RUU Hak Cipta tahun
1958, RUU Hak Cipta dari tahun 1966 dan RUU Hak Cipta tahun 1972. Dengan demikian sejak periode pasca
kemerdekaan sampai dengan menjelang terbentuknya Undang-Undang Hak Cipta nasional tahun 1982 terdapat
keraguan dari para pencipta untuk menggunakan Auteurswet 1912 karena dianggap sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan jaman serta tidak mampu menerikan perlindungan hak cipta yang memadai bagi pencipta,
117
Budi Santoso, Ibid, Hal. 366.
padahal di Belanda sendiri Auteurswet dapat diterapkan dengan baik tanpa gejolak dengan melakukan beberapa
perubahan.
118
Dimasukkannya konsep pendaftaran ciptaan dalam Undang-Undang Hak Cipta nasional tahun 1982 dianggap
sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia mengenai hak cipta saat itu meskipun konsep pendaftaran tersebut
merupakan suatu hal yang baru dan berbeda dalam duania hak cipta yang semestinya berlaku bagi Indonesia
berdasarkan tradisi civil law system yang tidak perlu digantungkan pada formalitas tertentu seperti halnya
pendaftaran ciptaan. Lahirnya Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002
yang mencabut ketentuan Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1982, mengembalikan ketentuan mengenai konsep dasar
pengakuan hak yang otomatis dicantumkan dalam Pasal 2 ayat 1 yang intinya menyebutkan bahwa hak cipta
merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya,
yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut Undang-Undang
yang berlaku. Namun demikian, konsep pengakuan hak
118
Budi Santoso, Ibid, Hal. 369.
cipta yang bersifat automatic protection yang dianut oleh Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002 dengan tetap
mempertahankan juga konsep pendaftaran ciptaan ciptaan, menimbulkan kesan terdapatnya dualisme dalam konsep
dasar pengakuan hak cipta di Indonesia. Hal inilah yang akhirnya berakibat pada kecenderungan terjadinya sengketa
kepemilikan hak cipta menjadi semakin besar.
119
c. Pengaruh TRIP’s Terhadap Pengaturan Hak Cipta Indonesia