melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang- undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan
suatu sanksi.
2. Perlindungan Hukum Hak Cipta
Perlindungan hukum terhadap karya cipta diharapkan dapat memberikan rasa aman sekaligus mendorong kegairahan dan
aktifitas para pencipta untuk terus menghasilkan karya-karya cipta yang semakin beragam dan berkualitas.
Pada era globalisasi perambahan pasar diluar batas suatu negara, pada gilirannya diikuti oleh produk yang dikaitkan dengan
kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual, khususnya Hak Cipta yang digunakan dalam kreatifitas, pembuatan produk dan pemasaran.
Dengan demikian yang perlu dilindungi tidak hanya produknya saja, namun juga hak Ciptanya.
Perlindungan hukum dibidang Hak Cipta menyangkut penegakan hukum, dan untuk mewujudkannya dipengaruhi oleh
unsur aparat penegak hukum dibidang Hak Cipta, aturan hukum Hak Cipta,serta budaya hukum yang dilakukan oleh masyarakat
dalam lingkup hak Cipta. Perlindungan hak Cipta dimaksudkan bahwa aturan hukum dan
unsur aparat penegak hukum dapat memberikan pengayoman, rasa ama kepada para pencipta untuk lebih meningkatkan kualitas
maupun kuantitasnya, serta mencegah timbulnya pembajakan, dan berbagai kejahatan hak Cipta. Dan melakukan tindakan berupa
pengarahan,penindakan dan penjatuhan sanksi baik berupa pidana maupun denda, sehingga akan terwujud keselarasan dan
keserasian dalam mengembangkan hak Cipta hak Cipta yng akhirnya dalam putaran internasional hasil karya cipta merupakan
aset ekonomi yang dapat dihandalkan melalui royalti.
3. Perlindungan Seni Gambang dalam Konsepsi Hukum Hak Cipta Indonesia
Folklor mencerminkan kebudayaan manusia yang diekspresikan melalui musik, tarian, drama, seni kerajinan tangan, seni pahat,
seni lukis, karya sastra dan sarana lain untuk mengekspresikan kreatifitas yang umumnya memerlukan sedikit ketergantungan pada
teknologi tinggi.
140
Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002 telah mengatur mengenai pendaftaran karya cipta yang dilindungi dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Termasuk didalam lingkup yang dilindungi adalah karya cipta pertunjukan seni Gambang. Untuk itu,
Undang-Undang Hak Cipta mensyaratkan adanya pendaftaran atas suatu karya cipta yang dilaksanakan oleh Ditjen HKI Jakarta. Oleh
karena itu Gambang Semarang sebagai folklor dalam bentuk seni pertunjukan wajib di dokumentasikan atau setidaknya di daftarkan.
140
Cita Citrawinda Priapantja, Op.cit, hal 138
Selain itu upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap hak cipta atas folklor adalah dengan diterbitkannya
rancangan Undang-undang tentang Perlindungan dan Pemanfaatan Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional dan
Ekspresi Budaya Tradisional dan rancangan Peraturan Pemerintah tentang ”Hak Cipta atas Folklor yang dipegang oleh negara” yang
merupakan jabaran lebih khusus pengaturan folklor dalam Undang- undang hak cipta Tahun 2002, meskipun sampai sekarang RUU
dan RPP belum disahkan sebagai UU dan PP. Permasalahan pendaftaran hak cipta atas karya seni Gambang,
pada dasarnya memiliki kendala kurangnya kesadaran dan wawasan para para seiman tradisional dan pejabat instansi
pemerintah daerah terkait untuk mendaftarkan folklor atau dalam hal ini adalah Seni pertunjukan Gambang Semarang dan upaya
yang ditempuh pemerintah pusat melalui Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM RI untuk meningkatkan pendaftaran HKI tampak
dengan diberikannya kemudahan pendaftaran yang dapat dilakukan di setiap provinsi sehingga pendaftaran tidak harus
dengan datang ke Jakarta. Namun demikian, kewenangan provinsi hanya sebatas menerima pendaftaran saja, sedangkan
pemeriksaannya tetap dilakukan oleh Ditjen HKI. Meskipun upaya penyederhanaan pendaftaran belum
berlangsung secara optimal, akan tetapi upaya ini menunjukkan
kemajuan bila dibandingkan sebelum diberikannya kemudahan dalam melakukan pendaftaran hak cipta atas karya seni gambang.
4. Perlindungan Seni Gambang dalam Konsepsi Hukum Hak Cipta Internasional