oleh Mahkamah Agung. Ketentuan seperti ini terdapat dalam Undang-undang hak Kekayaan Intelektual yang lain, kecuali
ragasia dagang.
b. Sengketa Pidana
Untuk sengketa tindak pidana hak cipta yang melibatkan negara melawan pelaku tindak pidana hak cipta,
berdasarkan aturan normatif, wajib diselesaikan melalui jalur lembaga peradilan umum.
130
Sanksi yang diberikan apabila terjadi tindak pidana di bidang hak cipta adalah pidana penjara dan atau denda,
hal ini sesuai dengan ketentuan pidana dan atau denda dalam UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta sebagai
berikut : 1. Pasal 72 ayat 1 : Barangsiapa dengan sengaja dan
tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 atau Pasal 45 ayat 1 dan ayat
2 dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat I satu bulan dan atau denda paling
sedikit Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah, atau pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun dan atau denda
130
Adi Sulistiyono, Op.cit, hal 68
paling banyak Rp. 5.000.000.000,- lima miliar rupiah.
2. Pasal 72 ayat 2 : Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah. 3. Pasal 72 ayat 3 : Barangsiapa dengan sengaja tanpa
hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- lima ratus juta
rupiah. 4. Pasal 72 ayat 4 : Barangsiapa melanggar Pasal 17
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan atau denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,- satu miliar rupiah. 5. Pasal 72 ayat 5 : Barangsiapa dengan sengaja
melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua
tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah.
6. Pasal 72 ayat 6 : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 lima tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,-
seratus lima puluh juta rupiah. 7. Pasal 72 ayat 7 : Barangsiapa dengan sengaja dan
tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah.
8. Pasal 72 ayat 8 : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 dua tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta
rupiah. 9. Pasal 72 ayat 9 : Barangsiapa dengan sengaja dan
tanpa hak melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah.
10. Pasal 73 ayat 1 : Ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana hak cipta atau hak terkait serta alat-
alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh negara untuk dimusnahkan.
11. Pasal 73 ayat 2 : Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 di bidang seni dan bersifat unik, dapat
dipertimbangkan untuk tidak dimusnahkan. Jelasnya yang dimaksud dengan “bersifat unik” adalah bersifat lain
daripada yang lain, tidak ada persamaan dengan yang lain, atau yang bersifat khusus.
Berbeda dengan bentuk perlindungan Hak Kekayaan Intelektual HKI lainnya, hak cipta memiliki kedudukan
khusus. Jika kejahatan terhadap bidang-bidang Hak Kekayaan Intelektual HKI yang lain diklasifikasikan sebagai
delik aduan, maka hak cipta bukan merupakan delik aduan melainkan dikualifikasikan sebagai delik biasa.
Dipertahankannya status delik biasa pada hak cipta disebabkan beberapa karakter khusus hak cipta, antara
lain:
131
a. hak cipta lahir bukan karena pendaftaran; b. melindungi karya cipta, karena dengan perkembangan
teknologi yang mutakhir, karya cipta sangat rentan terhadap pembajakan;
c. keinginan para pelaku di bidang karya cipta agar pelanggaran terhadap hak cipta dihukum seberat-
beratnya.
132
131
Achmad Zen Umar Purba, Op.Cit. hal. 135
132
Penyanyi dan pencipta lagu kenamaan Titiek Puspa misalnya menyatakan agar pelanggaran hak cipta di hokum mati, sementara para peserta rapat yang lain menyampaikan pandangan lain
seperti pembuktian terbalik dan sebagainya yang intinyamenunjukkan keprihatinan yang dalam akan perlunya upaya habis-habisan untuk memberantas para pembajak; disarikan dari rapat
dengar pendapat umum RDUP Komisi II DPR dengan para seniman, artis serta professional
Namun demikian, menurut pakar pidana, Muladi dan Barda Nawawi Arief,
133
ancaman pidana dan denda sebesar berapapun tidak akan efektif selama ketentuan Pasal 30
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
134
tidak dilakukan perubahan. Berdasarkan hal itu, menurut mereka,
agar ancaman pidana denda bisa efektif, harus ada kebijakan legislatif, yang berupa; a sistem penetapan
jumlah atau besarnya pidana denda; b batas waktu pelaksanaan pembayaran denda; c tindakan-tindakan
paksaan yang dapat menjamin terlaksananya pembayaran denda; d pelaksanaan pidana denda dalam hal-hal khusus
misal terhadap anak yang belum dewasa dan masih dalam tanggungan orang tua; e pedoman atau kriteria untuk
menjatuhkan pidana.
D. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SENI GAMBANG 1. Pengertian Perlindungan Hukum
berbagai bidang, antara lain pakar teknologi informasi tanggal 12 Mei 2002
133
Lihat Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
1998, hal 173-189
134
Isi pasal 30 KUHP adalah 1 Denda paling sedikit adalah dua puluh lima sen; 2 Jika denda tidak di bayar, lalu dig anti dengan kurungan; 3 Lamanya kurungan pengganti paling sedikit
adalah satu hari dan paling lama enam bulan; 4 Dalam putusan Hakim lamanya kurungan pengganti ditetapkan demikian: jika dendanya lima puluh sen atau kurang, di hitung satu hari;
jika lebih dari lima puluh sen, tiap-tiap lima puluh sen di hitung paling banyak satu hari demikian pula sisanya yang tidak cukup lima puluh sen; 50 Jika ada pemberatan denda,
disebabkan karena perbarengan atau pengulangan, atau karena ketentuan 52 dan 52
a ,
maka kurungan pengganti paling lama dapat menjadi delapanbulan; 6 Kurungan pengganti sekali-
kali tidak boleh lebih dari delapan bulan..