Kadar MDA ginjal mencit jantan dewasa

pemberian dosis Pb asetat 50 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang nyata baik terhadap berat hepar maupun ginjal mencit.

4.3. Kadar MDA ginjal mencit jantan dewasa

4.3.1 Hasil Kadar MDA ginjal mencit jantan dewasa. Pengukuran kadar MDA ginjal setiap mencit jantan dewasa ditampilkan pada Lampiran 3, Tabel 10. Hasil perhitungan analisis dari rata-rata MDA ginjal mencit jantan dewasa untuk semua kelompok perlakuan dan kontrol disajikan pada Lampiran 12. Dari hasil tersebut dapat dibuat grafik histogram seperti yang tertera pada Gambar 9. Pada pengujian normalitas dan homogenitas data, ternyata data tidak normal dan homogen, sehingga harus dilakukan transformasi data. Data hasil uji transformasi diuji kembali normalitas dan homogenitas data, tetapi data tetap tidak normal dan tidak homogen. Maka data dianalisis dengan analisis non-parametrik Kruskal-Wallis. Ternyata kadar MDA pada kelompok yang berbeda, berbeda nyata p0,05 sehingga dilakukan uji lanjut Mann-Whitney Lampiran 12. Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Grafik Histogram Kadar MDA dalam Ginjal Mencit µMmL Grafik histogram pada perlakuan berbeda yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5. K = Tween 80 dalam 2 oral selama 30 hari kontrol; P1 = Pb asetat 0,1 mgg BBoral selama 30 hari; P2 = Ekstrak jahe 0,14 mgg BBoral selama 30 hari; P3 = Ekstrak jahe 0,28 mgg BBoral selama 30 hari; P4 = Ekstrak jahe 0,14 mgg BBoral selama 30 hari, 1 jam kemudian diberi Pb asetat 0,1 mgg BBoral selama 30 hari; P5 = Ekstrak jahe 0,28 mgg BBoral selama 30 hari, 1 jam kemudian diberi Pb asetat 0,1mgg BBoral selama 30 hari; ┬ = standar deviasi SD. 4.3.2 Pembahasan Kadar MDA Ginjal Mencit Jantan Dewasa. Berdasarkan Gambar 7 di atas dapat dijelaskan bahwa, kadar MDA ginjal mencit yang tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan P3 yang berbeda tidak nyata dengan P1, P2 , tetapi P3 berbeda nyata dengan kelompok perlakuan K , P4, dan P5. Hal ini dapat terjadi kemungkinan pada konsentrasi ini kadar fenol yang cukup besar, bersifat oksidan di dalam ginjal mencit. Sehingga kandungan kelompok fenol Lampiran 24 yang terdapat pada ekstrak jahe, efeknya berobah dari antioksidan menjadi pro- oksidan. Seperti yang dinyatakan Gordon 1990, bahwa pemberian konsentrasi antioksidan yang besar dapat mempengaruhi kecepatan oksidasi. Pada konsentrasi a ab ab b c ac Universitas Sumatera Utara yang tinggi, aktivitas antioksidan kelompok fenol sering menghilang dan berubah menjadi pro-oksidan. Kadar MDA ginjal mencit yang terendah terdapat pada kelompok perlakuan P4 berbeda nyata dengan kelompok K, P1, P2, dan P3. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh pemberian ekstrak jahe 0,14 mgg BB oral selama 30 hari dan 1 jam kemudian diberi Pb asetat 0,1 mgg BB oral selama 30 hari P4 terhadap penurunan oksidan di dalam ginjal mencit. Pada pemberian ekstrak jahe 0,14 mgg BB P4 cukup baik dalam menekan oksidan yang ditimbulkan oleh adanya pencekokan Pb pada mencit. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan adanya perbedaan yang nyata kadar MDA ginjal pada kelompok perlakuan P1 dengan kelompok pemberian ekstrak jahe 0,14 mgg BB yang dicekok dengan Pb. Kemungkinan kandungan senyawa fenol Lampiran 24 yang terdapat pada ekstrak jahe lebih optimal dalam menekan oksidan radikal bebas. Tejasari 2002, menyatakan bahwa di dalam ekstrak jahe terdapat beberapa zat yang berfungsi sebagai antioksidan yang cukup baik seperti 6-gingerol dan 6- shogaol. Ekstrak jahe 0,28 gg BB P5 kurang efektif dalam menekan oksidanradikal bebas yang ditimbulkan Pb dalam ginjal. Ini terlihat pada kadar MDA yang tercatat adalah P5, tidak berbeda nyata dengan K kontrol, P1, P2 dan P4. Kemungkinan kandungan ekstrak yang diberikan masih belum optimal aktivitas antioksidannya, sehingga radikal bebas yang terbentuk karena pemberian Pb masih belum kuat untuk diturunkan. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian Mardiani 2008 menemukan bahwa Pb dapat menyebabkan gangguan fungsi fisiologis dan metabolisme melalui efek stres oksidatif. Hal ini ditandai dengan adanya kecendrungan tingginya kadar malondialdehid plasma yang diikuti dengan penurunan jumlah eritrosit oleh peningkatan dosis Pb. Selain itu ada banyak data penelitian yang menunjukkan bahwa Pb merubah komposisi lipid membran yang mengakibatkan perubahan integritas, permeabilitas dan fungsinya. Semua hal ini berakibat pada meningkatnya kepekaan lipid membran terhadap peroksidasi lipid Patrick, 2006; Lim et al, 2005.

4.4. Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit Jantan Dewasa

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var. amarum) dengan GC-MS dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

32 249 106

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

1 39 73

Manfaat Pemberian Madu Terhadap Perubahan Kadar Ureum dan Kreatinin serta Makroskopik Ginjal dan Histopatologi Tubulus Proksimal Ginjal Mencit (Mus Musculus L.) Jantan yang Diberi Rhodamin B

1 79 121

Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe (Zingiber officinale ROSC.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Testis Dan Gambaran Histopatologi Tubulus Seminiferus Testis Mencit Yang Diberi Plumbum Asetat

3 54 98

Uji Efek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Dan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dalam Sediaan Topikal Pada Mencit Jantan

17 119 74

Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit Yang Dipapar Plumbum

3 59 98

Gambaran Maskrokopis Dan Miskrokopis Hati Ginjal Mencit Akibat Pemberian Plumbum Asetat

5 50 83

4 129 GAMBARAN HISTOLOGIS TUBULUS PROKSIMAL GINJAL MENCIT

0 3 31