Prosedur Pelaksanaan Uji Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Pengamatan

Lieberman-Burchad, hasil uji positif jika terbentuk larutan berwarna hijau kebiruan pada sample. 5. Uji zat terpenoida dilakukan dengan menambahkan ekstrak jahe dengan kloroform, kemudian diambil filtratnya, ditambahkan pereaksi salkowsky H 2 SO 4 , hasil positif jika terbentuk larutan merah pada sampel. 6. Uji zat saponin dilakukan dengan cara menambahkan ekstrak jahe dengan akuades, lalu dikocok sampai terbentuk buih. Hasil uji positif jika buih yang dihasilkan setelah didiamkan selama 15 menit tetap ada yang dihasilkan Lampiran C Harborne, 1987 dalam kelana, 2003, hlm : 17.

3.8. Prosedur Pelaksanaan Uji Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe

Sebelum percobaan, mencit jantan ditimbang dan di tempatkan dalam kandang tersendiri di dalam ruangan laboratorium aklimatisasi. Mencit dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok perlakuan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 6 dan 7. Gambar 6. Prosedur Pelaksanaan Uji Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe HARI 0 7 8 9 37 AKLIMATISASI PENGAMBILAN DATA AWAL PERLAKUAN PADA HEWAN PENELITIAN DEKAPITASI PEMBEDAHAN Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Kerangka Operasional Percobaan Hari ke 8 - 38

3.9. Pengamatan

Setelah 30 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan dengan cara dislokasi leher dan selanjutnya dibedah. Kemudian dilakukan pengamatan sebagai berikut : 3.9.1 Pengamatan Kadar MDA Ginjal Mencit. Pemeriksaan kadar MDA ginjal mencit dilakukan pada hari ke-30 setelah perlakuan pada semua kelompok. Ginjal dihomogenkan dengan 5 ml larutan buffer phosphate pH 7,2. n = 4 n = 4 n = 4 n = 4 n = 4 n = 4 Kontrol + Kontrol + Kontrol + Kontrol + ekstrak jahe ekstrak jahe 0,5 ml Tween 80 Pb asetat ekstrak jahe ekstrak jahe 0,14 mgkg BB 0,28 mgkg BB dalam 2 0,1 mgg BB 0,14 mgg BB 0,28 mgg BB 1 jam 1 jam 0,1 mgg BB 0,1 mgg BB Pb asetat Pb asetat HARI 8 38 PERLAKUAN SELAMA HARI KE 30 PERLAKUAN PADA HARI KE 38 :  Mencit didekapitasi  Dilakukan pemeriksaan kadar MDA ginjal  Dilakukan pemeriksaan histopatologis tubulus proksimal ginjal Kel.I Kel.II Kel.III Kel.IV Kel.V Kel.VI I Universitas Sumatera Utara Metode pemeriksaan MDA menurut Rao et al., dalam Hsieh et al, 2006 yang telah dimodifikasi sebagai berikut : a Reagensia : 1 2-thiobarbiturat acid Merek; Cat No. 1.08180.0025 2 1,1,3,3-terramethoxypropane 99 Sigma; Cat. No. 108383 500 µM 3 Acetic acid glacial 4 Sodium hydroxide NaOH 5 Aquades b Persiapan Reagensia : 1. TBABuffer Reagent. TBABuffer Reagent terdidi dari : 0,67 g 2- thiobarbituric acid dilarutkan dalam 100 mL aquadest, selanjutnya 0,5 gram sodium hydroxide dan 100 mL asam asetat glacial. 2. Standard MDA. Sebanyak 250 µL 1,1,3,3-tetramethoxypropane Malondialdehid bis 500 µM dilarutkan dalam 750 µL aquadest untuk memperoleh larutan stok MDA 125 µM. Selanjutnya dari larutan stok MDA 125 µM dilarutkan dalam aquadest dan dibuat 8 seri standar yang dapat dilihat pada table di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Persiapan Standar MDA untuk Spektrofotometri Nomor Konsentrasi Volume Volume Standar MDA µM MDA pelarut µL Standar µL 8 50 400 600 7 25 200 800 6 10 80 920 5 5 40 960 4 2,5 20 980 3 1,25 10 990 2 0,625 5 995 1 0 0 1000 c Prosedur uji : 1 Sebanyak 500 µL sample suspensi ginjal atau standar MDA dimasukkan dalam tabung ependorf yang masing-masing telah diberi label. 2 Ditambahkan 0,5 ml aquades pada masing-masing tabung. 3 Kemudian ditambahkan 0,5 ml TBABuffer Reagent. 4 Selanjutnya masing-masing tabung diinkubasi di dalam water bath dengan suhu 95 C selama 60 menit. 5 Setelah diinkubasi, masing-masing tabung dikeluarkan dari waterbath dan setelah dingin masing-masing tabung disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm selama 10 menit. Universitas Sumatera Utara 6 Supernatan diambil untuk selanjutnya dianalisa dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 534 nm. 3.9.2 Pengamatan Gambaran Mikroskopis Tubulus Proksimal Ginjal Mencit. Pengamatan mikroskopis tubulus proksimal ginjal mencit meliputi vakuolisasi pada sitoplasma sel epitel tubulus, dan perubahan pada sel-sel pelapis epitel tubulus berupa degenerasi hidrofilik perubahan sel dan inti yang membengkak dan nekrosis inti yang lisis . a Prosedur uji: 1. Jaringan ginjal yang diambil segera difiksasi dalam larutan formalin 10. 2. Dehidrasi dengan memakai alkohol 70 ke 100. 3. Penjernihan dengan memakai toluene. 4. Impregnasi mamasukkan ke lilin cair. 5. Pembuatan block parafin penanaman sampel jaringan. 6. Dipotong dengan mikrotom setebal 3 µm. 7. Potongan lilin beserta jaringan dimasukkan ke dalam water bath 8. Jaringan diletakkan di objek glas. 9. Pencairan lilin yang melekat di sample jaringan. 10. Deparafinisasi memakai xylol. 11. Rehidrasi dengan memakai alkohol 96 ke 80. Universitas Sumatera Utara 12. Bersihkan dengan air mengalir. 13. Pewarnaan jaringan dengan Hematoksilin. 14. Bersihkan dengan air mengalir. 15. Celupkan ke dalam HCl 2. 16. Bersihkan dengan air mengalir. 17. Celupkan kedalam larutan amoniak. 18. Bersihkan dengan air mengalir. 19. Dehidrasi memakai alkohol 96. 20. Masukkan kedalam larutan eosin. 21. Celupkan kedalam alkohol 96 3X. 22. Masukkan kedalam larutan xylol  2X. 23. Tutup objek glas dengan dek glas memakai Balsem Mounting. 24. Sisa xylol dibuang, ditetesi etilen. 25. Pemeriksaan histopatologis dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 400X. Sasaran yang dibaca adalah perubahan struktur histologis tubulus kontortus proksimal ginjal mencit, karena sel epitel tubulus proksimal mencit merupakan tempat absorbsi dan mengkonsentrasikan racun Rubin E, 2009. Setiap mencit dibuat preparat ginjal dan tiap preparat dibaca dalam 5 lapangan pandang yaitu ke empat sudut dan bagian tengah preparat dengan pembesaran 400x Universitas Sumatera Utara dengan batasan jumlah 20 sel tiap lapangan pandang Al-Munawar NM, 2009, kemudian disesuaikan pada derajat kerusakan 0,1,2 atau 3 selanjutnya dicari rata- ratanya di 5 lapangan pandang. b Derajat kerusakan tubulus proksimal ginjal ditetapkan berdasarkan : 1. Kriteria normal bila tidak diketemukan: a. Perubahan sel dan inti yang membengkak degenerasi hidrofilik. b. Inti yang lisis nekrosis. 2. Derajat kerusakan tubulus proksimal : 0 = Tidak ditemukan kriteria di atas 1 = Bila ditemukan kriteria a 2 = Bila ditemukan kriteria a dan b 3 = Bila ditemukan kriteria b hampir semua lapangan pandang

3.10. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var. amarum) dengan GC-MS dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

32 249 106

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

1 39 73

Manfaat Pemberian Madu Terhadap Perubahan Kadar Ureum dan Kreatinin serta Makroskopik Ginjal dan Histopatologi Tubulus Proksimal Ginjal Mencit (Mus Musculus L.) Jantan yang Diberi Rhodamin B

1 79 121

Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe (Zingiber officinale ROSC.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Testis Dan Gambaran Histopatologi Tubulus Seminiferus Testis Mencit Yang Diberi Plumbum Asetat

3 54 98

Uji Efek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Dan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dalam Sediaan Topikal Pada Mencit Jantan

17 119 74

Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit Yang Dipapar Plumbum

3 59 98

Gambaran Maskrokopis Dan Miskrokopis Hati Ginjal Mencit Akibat Pemberian Plumbum Asetat

5 50 83

4 129 GAMBARAN HISTOLOGIS TUBULUS PROKSIMAL GINJAL MENCIT

0 3 31