Pengaruh Aspek Capital, Asset, Earning Dan Liquidity Terhadap Pertumbuhan Laba Bank Umum Di Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA-1 MEDAN

PENGARUH ASPEK CAPITAL, ASSET, EARNING DAN

LIQUIDITY TERHADAP PERTUMBUHAN LABA

BANK UMUM DI INDONESIA

DRAFT SKRIPSI OLEH HILDA SINTYA

060502065 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Hilda Sintya (2010). Pengaruh Aspek Capital, Asset, Earning Dan Liquidity Terhadap Pertumbuhan Laba Bank Umum Di Indonesia. Ibu Dra. Lisa Marlina M.Si selaku Dosen Pembimbing. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dosen Penguji Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E dan Ibu Dra. Nisrul Irawaty SE, MBA yang juga selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aspek Capital, Assets, Earning dan Liquidity terhadap pertumbuhan laba pada Bank Umum di Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, Non Performing Loans (NPL) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, Net Interest Margin (NIM) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, Giro Wajib Minimum (GWM) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba Bank Umum Di Indonesia selama periode 2006 – 2008.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data penelitian berjumlah 35 Bank Umum. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows.

Hasil uji F menunjukkan bahwa pada Bank Umum, variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO), Giro Wajib Minimum (GWM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat mengestimasi variabel Pertumbuhan Laba dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada Bank Umum variabel Non Performing Loans (NPL) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba sedangkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO), Giro Wajib Minimum (GWM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO),

Giro Wajib Minimum (GWM), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Pertumbuhan Laba.


(3)

KATA PENGANTAR

Kemuliaan bagi Allah di tempat Yang Maha Tinggi. Penulis sangat bersyukur atas penyertaan-Nya dari awal hingga akhir skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara materil maupun moril, yaitu:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty SE, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.


(4)

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan baik.

8. Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian administrasi selama masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

9. Orangtuaku terkasih Iptu R. Berutu dan S. Simanjuntak yang selalu memberikan dukungan sepenuhnya dan diiringi dengan doa untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

10.Kak Beatrik, Bang Jesmon Berutu dan Bang Doly Berutu yang mendorongku untuk tetap tekun mengerjakan skripsi. Sahabatku Diety yang meskipun mengalami banyak kesulitan dalam mengerjakan skripsi, tapi tetap punya perhatian untuk menyemangatiku. Jangan kalah pada keadaan, doaku akan selalu menyertaimu.

11.Dear Heart yang membantuku tanpa lelah dan penuh perhatian. Lakukan yang terbaik untuk skripsimu ya!


(5)

12.Teman-teman satu bimbingan, Ika Pratiwi, Dian Lestari L.Gaol, Jimmy dan Riko. Kita sudah seperti satu keluarga, terima kasih buat kebersamaan yang kita alami. Kita harus saling membantu di setiap waktu.

13.Teman-teman Manajemen 2006 konsentrasi Keuangan, Ahya Marfuah, Fitri Bertha, Indah Pribadi, Indah Pratiwi, Hendy, Yose, Sufany, Anjeli. Terima kasih buat informasi yang diberikan dan juga diskusi mengenai skripsi. Ucapan terima kasih terkhusus untuk Tere yang mengajariku SPSS. Sukses terus ya…!

14.Semua teman di Manajemen 2006, khususnya Fredy, Cia “Oriflame”, Artha, Nico, Gabe, Tulus, Sonya, Renita “Lelek”, yang sudah memberikan motivasi dan dukungan doa.

15.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas setiap bantuan, dukungan, dan doanya.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat memperbaiki isi skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, April 2010 Penulis

Hilda Sintya


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR……….. ……...i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual... 5

D. Hipotesis ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Batasan Operasional... 8

2. Definisi Operasional ... 8

3. Populasi dan Sampel………... 11

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

5. Jenis Data ... 14

6. Teknik Pengumpulan Data ... 14

7. Metode Analisis Data ... 14

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 20

B. Bank Umum…..………. ... 21

C. Pertumbuhan Laba………. ... 24

D. Permodalan………...……… 27

E. Kualitas Aset……….... ... 30

F. Rentabilitas……..……… 33

G. Likuiditas……… ………..34

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Bank Indonesia ... 37

1. Status dan Kedudukan Bank Indonesia ... 37

2. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia ... 38

3. Pengaturan dan Pengawasan Bank ... 38


(7)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Deskriptif Variabel Yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Laba ... 53

B. Metode Regresi Linier Berganda ... 70

1. Uji Normalitas…….. ... 70

2. Uji Asumsi Klasik. ... 73

3. Pengujian Kelayakan Model ... 78

C. Pengujian Hipotesis ... 78

1. Uji F ... 78

2. Uji t ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Perkembangan Aspek Capital, Asset, Earning dan Liquidity

Pada Bank Umum Periode 2005 - 2008...3

Tabel 1.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Sampel ....………....12

Tabel 1.3 Sampel penelitian……… 12

Tabel 1.4 Tingkat Autokorelasi (Durbin Watson)………....…16

Tabel 4.1 Capital Adequacy Ratio Pada Bank Umum Periode 2006 - 2008... 53

Tabel 4.2 Non Performing Loan Pada Bank Umum Periode 2006 - 2008... 55

Tabel 4.3 Net Interest Margin Pada Bank Umum Periode 2006 - 2008... 58

Tabel 4.4 Biaya Operasional/Pendapatan Operasional Pada Bank Umum Periode 2006 – 2008... 60

Tabel 4.5 Giro Wajib Minimum Pada Bank Umum Periode 2006 - 2008... 63

Tabel 4.6 Loan to Deposit Ratio Pada Bank Umum Periode 2006 – 2008... 65

Tabel 4.7 Pertumbuhan Laba Pada Bank Umum Periode 2005 – 2008... 67

Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov... 72

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi…... 73

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas... 74

Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi …..…... 77

Tabel 4.12 Tabel Hubungan Antarvariabel …... 78

Tabel 4.13 Hasil Uji F... 79


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual...6

Gambar 4.1 Histogram...71

Gambar 4.2 Normal P-P Plot...71


(10)

ABSTRAK

Hilda Sintya (2010). Pengaruh Aspek Capital, Asset, Earning Dan Liquidity Terhadap Pertumbuhan Laba Bank Umum Di Indonesia. Ibu Dra. Lisa Marlina M.Si selaku Dosen Pembimbing. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dosen Penguji Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E dan Ibu Dra. Nisrul Irawaty SE, MBA yang juga selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aspek Capital, Assets, Earning dan Liquidity terhadap pertumbuhan laba pada Bank Umum di Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, Non Performing Loans (NPL) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, Net Interest Margin (NIM) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, Giro Wajib Minimum (GWM) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba Bank Umum Di Indonesia selama periode 2006 – 2008.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data penelitian berjumlah 35 Bank Umum. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows.

Hasil uji F menunjukkan bahwa pada Bank Umum, variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO), Giro Wajib Minimum (GWM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat mengestimasi variabel Pertumbuhan Laba dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada Bank Umum variabel Non Performing Loans (NPL) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba sedangkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO), Giro Wajib Minimum (GWM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO),

Giro Wajib Minimum (GWM), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Pertumbuhan Laba.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga Keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menyalurkan dana atau kedua-duanya (Kasmir, 2002:2). Lembaga Keuangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan paling lengkap. Lembaga Keuangan Bank (LKB) dalam praktiknya terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Perbankan mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara. Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi (Kasmir, 2002:27).

Bank diwajibkan menjaga kinerjanya dengan baik ditinjau dari segi prospek usahanya agar dapat selalu berkembang dan meningkatkan sikap kehati-hatian dalam upaya pengelolaan asetnya karena resiko yang dialami oleh bank akan sangat mempengaruhi pertumbuhan labanya. Pertumbuhan laba tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya suatu prediksi pertumbuhan laba.


(12)

Menurut Warsidi dan Pramuka (2000) dalam Haryanti (2007), pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba periode sebelumnya. Kenaikan atau penurunan laba memberikan dampak terhadap kebijakan keuangan untuk kegiatan selanjutnya, seperti pembayaran hutang, penyisihan investasi, mendapatkan pinjaman, dan menjaga kelangsungan bank. Jadi pertumbuhan laba merupakan informasi yang sangat penting bagi pihak intern maupun ekstern bank dan menggambarkan prospek hasil usaha serta keadaan keuangan bank di masa yang akan datang.

Pertumbuhan laba dapat diukur dari aspek Capital, Asset, Earning, dan Liquidity dengan menggunakan rasio keuangan. Bank menggunakan laporan keuangan untuk menghitung rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO), Giro Wajib Minimum (GWM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan faktor keuangan yang mempengaruhi pertumbuhan laba.

Rasio-rasio keuangan tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan laba bank. Menurut Hardanto (2006:36), semakin tinggi CAR, maka laba bank semakin rendah karena tingkat aktivitas bank menurun. Rasio NPL mengukur jumlah kredit bermasalah, bila mengalami kenaikan akan dapat menurunkan tingkat laba bank (Retnadi dan Eko, 2006:8). Rasio NIM mengukur pendapatan bank. Rasio NIM yang mengalami kenaikan akan meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan (Yuwono, 2002:162).


(13)

Rasio BO/PO membandingkan antara biaya dan pendapatan sebuah bank. Kenaikan pendapatan dari periode ke periode akan meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan (Yuwono, 2002:162). Kenaikan GWM akan langsung berpengaruh pada biaya dana yang pada akhirnya akan menurunkan laba bank (Retnadi dan Eko, 2006:209). Rasio LDR yang meningkat membuat bank

mampu mendapatkan laba yang tinggi pula (Margaretha, 2007:60). Tabel 1.1

Perkembangan Aspek Capital, Asset, Earning dan Liquidity Pada Bank Umum Periode 2005 - 2008

Tahun Aspek Rasio Persentase (%) Pertumbuhan Laba (%)

2005

Capital CAR 19,30

19,78

Asset NPL 7,56

Earning NIM 5,63

BO/PO 89,50

Liquidity GWM 12,67

LDR 59,66

2006

Capital CAR 21,27

Asset NPL 6,07

Earning NIM 5,80

22,94

BO/PO 86,98

Liquidity GWM 26,48

LDR 61,56

2007

Capital CAR 19,30

Asset NPL 4,07

Earning NIM 5,70

BO/PO 84,06

Liquidity GWM 27,68

(20,69)

LDR 66,32

2008

Capital CAR 16,76

Asset NPL 3,20

Earning NIM 5,66

BO/PO 88,59

Liquidity GWM 18,38

LDR 74,58


(14)

Data Tabel 1.1 menjelaskan bahwa variabel CAR, NPL, NIM, GWM dan LDR menimbulkan pengaruh terhadap pertumbuhan laba yang sejalan dengan asumsi, tetapi pada tahun tertentu, rasio-rasio tersebut berlawanan dengan asumsi. Nilai CAR yang mengalami kenaikan atau penurunan memiliki pengaruh bervariasi terhadap pertumbuhan laba. CAR yang semakin tinggi seharusnya mengakibatkan pertumbuhan laba menurun, tetapi pada tahun 2006 dan 2008, CAR bergerak searah dengan pertumbuhan laba. CAR di tahun 2006 meningkat menjadi 21,27% dan pertumbuhan laba juga mengalami kenaikan 19,78%. Variabel NPL juga mengalami hal yang sama dengan CAR. NPL yang merupakan kredit bermasalah akan menurunkan pertumbuhan laba bank, tetapi pada tahun 2008, NPL mengalami penurunan menjadi 3,20% yang diikuti oleh penurunan pertumbuhan laba menjadi (20,69%).

NIM memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, namun variabel NIM juga tidak selalu sesuai dengan asumsi yang ada. NIM turun menjadi 5,70% dan pertumbuhan laba meningkat menjadi 22,94% pada tahun 2007. Penulis tertarik untuk mengkaji fenomena ini lebih lanjut melalui penelitian mengenai “Pengaruh Aspek Capital, Asset, Earning dan Liquidity Terhadap

Pertumbuhan Laba Bank Umum Di Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah aspek Capital, Assets, Earning, dan Liquidity mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada Bank Umum di Indonesia?


(15)

C. Kerangka Konseptual

Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan laba (Yuwono, 2002:162). Penelitian ini menggunakan aspek Capital, Assets, Earning, dan Liquidity yang berfokus pada kinerja keuangan bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah perbandingan antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Rasio modal yang lebih tinggi akan mengurangi tingkat aktivitas bisnis dan akan mengakibatkan turunnya laba bank (Hardanto, 2006:36). Non Performing Loans (NPL) adalah perbandingan antara kualitas aktiva produktif bermasalah (kredit bermasalah) terhadap aktiva produktif (kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya). Semakin besar jumlah kredit bermasalah dari seluruh kredit yang diberikan akan dapat menurunkan tingkat laba bank (Retnadi dan Eko, 2006:8).

Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Kenaikan pendapatan dari periode ke periode akan meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan (Yuwono, 2002:162). Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap pendapatan operasional yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BO/PO, maka semakin baik kondisi bank tersebut. Kenaikan pendapatan dari periode ke periode akan meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan (Yuwono, 2002:162).


(16)

NPL (X2)

NIM (X3)

BO/PO (X4)

GWM (X5)

LDR (X6)

CAR (X1)

Giro Wajib Minimum (GWM) adalah perbandingan antara giro pada Bank Indonesia terhadap seluruh dana yang berhasil dihimpun. Kebijakan kenaikan GWM akan langsung berpengaruh pada biaya dana yang pada akhirnya akan menurunkan laba bank (Retnadi dan Eko, 2006:209). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara seluruh kredit yang diberikan kepada pihak ketiga terhadap Dana Pihak Ketiga. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun

dilain pihak semakin besar jumlah kredit yang diberikan diharapkan bank akan mendapatkan laba yang tinggi pula (Margaretha, 2007:60).

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual.

Sumber : Yuwono (2002), Hardanto (2006), Retnadi dan Eko (2006),

Margaretha (2007) dimodifikasi.

Pertumbuhan Laba


(17)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat pengaruh aspek Capital, Assets, Earning dan Liquidity terhadap pertumbuhan laba pada Bank Umum di Indonesia.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aspek Capital, Assets, Earning dan Liquidity terhadap pertumbuhan laba pada Bank Umum di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Bank

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi manajemen bank dalam rangka memperbaiki kinerja keuangan bank pada masa yang akan datang.

b. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang perbankan terutama yang berkaitan dengan perasioan terhadap kinerja keuangan suatu bank. Pertumbuhan laba bank dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan bank yang baik.


(18)

c. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan atau pedoman penelitian selanjutnya.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini yaitu:

a. Aspek Capital, Asset, Earning dan Liquidity yang mempengaruhi Pertumbuhan Laba. Rasio yang digunakan sebagai variabel bebas adalah CAR, NPL, NIM, BO/PO, GWM, LDR. Variabel terikat dari penelitian ini adalah Pertumbuhan Laba. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan mulai tahun 2006 sampai tahun 2008 yang telah diaudit.

b. Populasi dari penelitian ini adalah Bank Umum. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Triandaru, 2008:84).

2. Definisi Operasional

Variabel adalah segala sesuatu yang diteliti dan mempunyai variasi rasio dimana dalam penelitian ini penulis menggunakan 6 (enam) variabel sebagai objek yaitu:


(19)

a. Variabel Independen (Variabel X)

Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.

1) Capital (aspek Permodalan)

CAR ( adalah rasio yang mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Semakin tinggi CAR, maka semakin mampu suatu bank menunjang kebutuhannya (Loen dan Sonny, 2008:122).

2) Assets (Aspek Kualitas Aset)

NPL ( adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat bermasalahnya suatu kredit. NPL mengukur kredit-kredit yang tergolong nonlancar dengan likuiditas kurang lancar, diragukan atau macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif. Kenaikan NPL merupakan indikasi penting untuk melihat kondisi bank. Kenaikan yang begitu tinggi menuntut kewaspadaan yang lebih tinggi. Angka NPL yang tinggi dapat menurunkan tingkat laba bank (Retnadi dan Eko, 2006:8).


(20)

3) Earning (Aspek Rentabilitas)

NIM ( adalah perbedaan antara pendapatan bunga (pinjaman, sekuritas) dan beban bunga (deposito, dana pinjaman). Semakin tinggi indikator rasio ini, akan menunjukkan efisiensi yang semakin baik dalam pengelolaan bank (Putri dan Niki, 2008). BO/PO ( adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap pendapatan operasional yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BO/PO, maka semakin baik kondisi bank tersebut.

4) Liquidity (Aspek Likuiditas)

GWM ( adalah cadangan minimum wajib yang harus disimpan bank-bank, ditempatkan pada giro bank bersangkutan di Bank Indonesia. Cadangan wajib ini bertujuan untuk menjaga jumlah uang beredar, menekan ekspansi kredit dan mengantisipasi permintaan uang, khususnya yang bersifat mendadak (Darmawan, 2006:482). Kebijakan kenaikan GWM akan langsung berpengaruh pada biaya dana yang pada akhirnya akan menurunkan laba bank (Retnadi dan Eko, 2006:209). LDR ( adalah perbandingan antara kredit yang disalurkan dan dana masyarakat yang berhasil dihimpun suatu bank (Darmawan, 2006:362).


(21)

b. Variabel Dependen (Variabel Y): Pertumbuhan Laba

Variabel dependen dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel ini disebut variabel Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Konvensional yang ada di Indonesia yang berjumlah 147 bank.

Sampel adalah himpunan bagian dari populasi yang menjadi objek sesungguhnya. Sampel dalam penelitian ini diambil dari Bank Umum Konvensional kecuali Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang ada di Indonesia.

Pemilihan sampel yang akan diuji dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu (Sugiyono, 2006:61). Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Bank Umum Konvensional kecuali Bank Pembangunan Daerah (BPD). b. Bank Umum menerbitkan laporan keuangan selama tiga tahun berturut-turut,


(22)

c. Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember dan telah diaudit.

d. Bank tidak dilikuidasi dan dimerger.

Tabel 1.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Sampel

No Kriteria sampel Jumlah

1. Bank Umum yang terdaftar di Bank Indonesia 147

2. Bank Pembangunan Daerah (BPD) (26)

3. Bank Umum yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama tahun 2006 - 2008

(46) 4. Bank yang melakukan merger dan dilikuidasi (14) Jumlah populasi yang masuk kriteria sampel 35 Sumber:

Berdasarkan karakteristik sampel yang diteliti maka dari 42 bank diperoleh 21 bank yang dianggap layak untuk dijadikan sampel penelitian yakni:

Tabel 1.3 Sampel Penelitian

No. Nama Bank

1. Bank Agroniaga 2. Bank Antardaerah

3. Bank Artha Graha Internasional 4. Bank Bukopin

5. Bank Bumi Arta 6. Bank Capital Indonesia 7. Bank Central Asia 8. Bank CIMB Niaga 9. Bank Commonwealth 10. Bank Danamon


(23)

No. Nama Bank

12. Bank Ekonomi Raharja 13. Bank Ekspor Indonesia 14. Bank Ganesha

15. Bank Himpunan Saudara 1906 16. Bank ICB Bumiputera

17. Bank Index Selindo

18. Bank Internasional Indonesia 19. Bank Jasa Jakarta

20. Bank Mandiri

21. Bank Mayapada Internasional 22. Bank Mega

23. Bank Negara Indonesia 24. Bank OCBC NISP 25. Bank Pan Indonesia 26. Bank Permata 27. Bank Sinarmas 28. Bank Swadesi 29. Bank Swaguna

30. Bank Tabungan Negara

31. Bank Tabungan Pensiunan Nasional 32. Bank UOB Buana

33. Bank Victoria Internasional 34. Citibank N.A.

35. HSBC

Sumber:

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia melalui media internet dengan situs www.bi.go.id mulai dari bulan November 2009 sampai Maret 2010.


(24)

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu neraca Bank Umum tahun 2006 – 2008, laporan laba rugi Bank Umum tahun 2006 – 2008, catatan atas laporan keuangan Bank Umum tahun 2006 – 2008, hasil publikasi, buku-buku ilmiah, dan literatur lainnya yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui:

a. Tahap pertama yaitu pengumpulan data pendukung berupa penelitian terdahulu, laporan yang dipublikasikan serta pendapat para ahli yang bersumber dari buku-buku teks untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti.

b. Tahap kedua dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yaitu mengumpulkan data laporan keuangan tahunan (annual report) tahun 2006 – 2008 dan informasi penting lainnya yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

7. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah metode analisis tentang keadaan Bank Umum melalui pengumpulan dan analisa data mengenai sejarah, struktur organisasi, dan kegiatan bank sehingga terbentuk gambaran umum bank. Pada tahap ini dilakukan perhitungan masing-masing variabel terkait yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen).


(25)

b. Metode Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan model analisis koefisien regresi berganda untuk menganalisis pengaruh CAR, NPL, LDR, GWM, BOPO, dan NIM terhadap kinerja keuangan (Y) dalam hal ini pertumbuhan laba yang disusun dalam bentuk persamaan berikut :

Y = α + + + + + + +e

Keterangan:

Y = Pertumbuhan Laba α = Koefisien konstanta

= Koefisien regresi variabel independen = Capital Adequacy Ratio (CAR) = Non Performing Loans (NPL)

= Net Interest Margin (NIM)

= Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO) = Giro Wajib Minimum (GWM)

= Loan to Deposit Ratio (LDR) e = error

Data di atas sebelum dianalisis dengan model regresi linier berganda maka harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji asumsi klasik:

1) Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi


(26)

data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal (Situmorang, 2009:55). Uji ini dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov.

2) Uji Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menguji ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Regresi linier berganda memiliki syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi sebelum data tersebut dianalisis yaitu sebagai berikut:

a) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji model regresi linier apabila ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang, 2009:78). Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu). Pengujian ada tidaknya problem autokorelasi dapat dilihat dari rasio statistik Durbin Watson (Yamin dan Heri, 2009:86).

Tabel 1.4

Tingkat Autokorelasi (Durbin Watson)

DW Kesimpulan

Kurang dari 1,10 Ada autokorelasi 1,10 – 1,54 Tidak ada kesimpulan 1,55 – 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,47 – 2,90 Tidak ada kesimpulan b) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat dilihat dari rasio tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel


(27)

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. VIF < 5 maka tidak terdapat persoalan multikolinearitas (Situmorang, 2009:104).

c) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji model regresi apabila terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya. Varians dari satu residual pengamatan ke pengamatan lainnya jika tetap maka terjadi homoskedastisitas jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas (Situmorang, 2009:65). 3) Pengujian Kelayakan Model (Uji Goodness of Fit)

Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Rasio yang semakin tinggi maka akan semakin baik bagi model regresi karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar.

c. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Ada dua jenis koefisien regresi yang dapat dilakukan yaitu uji F dan uji t.


(28)

1) Uji F

F test untuk menguji apabila variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel terikat (Y).

Ho : = = 0, artinya secara simultan variabel CAR, NPL, LDR, GWM, BOPO, dan NIM tidak memenuhi model penelitian.

Ha : = 0, maka dianggap variabel

telah memenuhi model penelitian terhadap variabel independen. Pengambilan keputusan:

diterima jika ≤ pada α = 5% diterima jika > pada α = 5%

2) Uji t untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel terikat.

Ho : = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel CAR, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ha : ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel CAR, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ho : = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel NPL, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ha : ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel NPL, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.


(29)

Ho : = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel LDR, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ha : ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel LDR, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ho : = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel GWM, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ha : ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel GWM, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ho : = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel BO/PO, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ha : ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel BO/PO, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ho : = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel NIM, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Ha : ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel NIM, terhadap variabel pertumbuhan laba secara parsial.

Pengambilan keputusan:

diterima jika ≤ ≤ pada α = 5% diterima jika > > pada α = 5%


(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Usman (2003) dalam Azizah (2007) meneliti pengaruh rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia, dimana rasio-rasio yang digunakan adalah Quick Ratio, Loan To Deposit Ratio (LDR), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO), Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Leverage Multiplier, Credit Risk Ratio (CRR) dan Deposit Risk Ratio (DRR). Hasil menunjukkan bahwa Quick Ratio, ROA, Leverage Multiplier dan DRR merupakan variabel yang tepat digunakan untuk memprediksikan laba perusahaan di masa yang akan datang. Rasio BO/PO, LDR, OPM, NPM, CAR, CRR, mempunyai pengaruh yang negatif terhadap laba tahun mendatang.

Kartikasari (2006) dalam Haryanti (2007) meneliti prediksi pertumbuhan laba dengan menggunakan rasio keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya dan menganalisis tujuh rasio keuangan yaitu Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity, Cash Ratio, Primary Ratio, dan Capital Adequacy Ratio. Hasilnya menunjukkan bahwa tujuh rasio keuangan tersebut terbukti signifikan sebagai prediktor pertumbuhan laba satu tahun yang akan datang.


(31)

Ni Ketut (2007) meneliti pengaruh CAMEL terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 - 2001 berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hasil analisis menunjukkan bahwa 6 variabel independen (X) yang terdiri atas CAR, RORA, NPM, OEOI, CML, LDR memiliki pengaruh terhadap ROA sebesar 52,8%.

B. Bank Umum

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang–Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan). Bank berdasarkan kegiatan usahanya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Triandaru, 2008:84).

Bank Umum merupakan bank yang bertugas melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank Umum menawarkan jasa yang bersifat umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Jasa-jasa bank mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Bank Umum juga dikenal dengan nama bank komersil (commercial bank).


(32)

Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan Bank Umum yaitu (Triandaru, 2008:84):

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan utang.

4. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah (transfer).

5. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada pihak lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya.

6. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe deposit box).

7. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

8. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.

10.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundangan lain yang berlaku.


(33)

Jenis-jenis bank terdiri dari (Kasmir, 2002:34): 1. Bank dari segi kepemilikannya

Bank ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut.

a. Bank milik pemerintah

Bank milik pemerintah adalah bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Bank milik pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing propinsi.

b. Bank milik swasta nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional, misalnya Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Internasional Indonesia.

c. Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing, misalnya HSBC, Citibank dan Bank of Tokyo.

d. Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contohnya, Bank Commonwealth, Bank Merincorp dan Bank Sakura Swadharma.


(34)

2. Bank dari segi status

Bank dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat baik dalam jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Bank devisa

Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya Bank Mega, Bank CIMB Niaga dan Bank Ekonomi Raharja.

b. Bank non devisa

Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, misalnya Bank Dipo Internasional dan Bank Jasa Jakarta.

C. Pertumbuhan Laba

Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Parameter kinerja perusahaan salah satunya yaitu laba. Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban.

Menurut Arfan dan Herkulanus (2008:206-209), laba merupakan item laporan keuangan mendasar dan penting yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba secara umum diyakini sebagai dasar untuk:


(35)

1. Laba merupakan dasar untuk perpajakan dan pendistribusian kembali kesejahteraan diantara individual. Versi laba seperti ini dikenal sebagai laba kena pajak, dihitung sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh badan fiskal pemerintah.

2. Laba diyakini sebagai petunjuk bagi kebijakan dividen perusahaan dan penyimpanan. Laba merupakan indikator jumlah maksimum yang dapat didistribusikan sebagai dividen dan ditahan untuk ekspansi atau diinvestasikan kembali dalam perusahaan.

3. Laba dipandang sebagai petunjuk investasi dan pembuatan keputusan.

4. Laba diyakini sebagai sarana prediksi yang membantu dalam memprediksi laba masa mendatang.

5. Laba diyakini sebagai ukuran efisiensi. Laba merupakan ukuran pengelolaan manajemen atas sumber daya perusahaan dan efisiensi manajemen dalam menjalankan kegiatan perusahaan.

Laba yang diperoleh tidak dapat dipastikan, oleh karena itu dibutuhkan suatu prediksi pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Dividen yang akan dibayar di masa mendatang besarnya sangat bergantung pada prospek pertumbuhan laba dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri, semakin tinggi tingkat pertumbuhan laba perusahaan, maka semakin besar jumlah dividen yang akan dibayarkan.


(36)

Menurut Hanafi dan Halim dalam Haryanti (2007), pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Besarnya perusahaan

Perusahaan jika semakin besar maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

2. Umur perusahaan

Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

3. Tingkat leverage

Perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

4. Tingkat penjualan

Tingkat penjualan di masa yang akan datang yang meningkat membuat pertumbuhan laba semakin tinggi.

5. Perubahan laba masa lalu

Perubahan laba di masa lalu jika semakin besar, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan datang.

Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Haryanti (2007) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis fundamental adalah analisis kinerja perusahaan berdasarkan data yang berasal dari perusahaan, baik berupa laporan keuangan, laporan tahunan maupun informasi lain mengenai seluk-beluk perusahaan (Raharjo, 2006:127).


(37)

Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.

2. Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

Analisis yang digunakan untuk menentukan pertumbuhan laba dalam penelitian ini adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Salah satu bagian dari analisis fundamental adalah analisis rasio yaitu analisis dengan menggunakan hubungan matematis antarvariabel keuangan yang satu dengan yang lain. Menurut Sartono (2001) dalam Yuniastuti (2009), analisis rasio dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan finansial masa lalu, masa sekarang dan untuk memproyeksikan hasil atau laba yang akan datang.

D. Permodalan (Capital)

Bank dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari modal yang harus dimilikinya. Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian (Judisseno, 2002:131).


(38)

Modal bank terdiri dari (Loen dan Sonny, 2008:96): i. Modal Inti

a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya;

b. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nominal;

c. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan yang mendapat persetujuan RUPS atau rapat umum anggota bagi bank yang berbadan hukum koperasi;

d. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu yang mendapat persetujuan RUPS atau rapat umum anggota bagi bank yang berbadan hukum koperasi;

e. Laba ditahan, yaitu laba bersih yang oleh RUPS atau rapat umum anggota diputuskan untuk tidak dibagi;

f. Laba tahun lalu, yaitu 50% dari laba bersih tahun-tahun lalu dan belum ditentukan penggunaannya oleh RUPS atau rapat umum anggota;

g. Laba tahun berjalan, yaitu 50% dari laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran pajak;

h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan. ii. Modal Pelengkap

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih perasioan kembali aktiva tetap setelah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak;


(39)

b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani laba rugi tahun berjalan;

c. Modal kuasi, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal;

d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman dari anak perusahaan yang harus memenuhi persyaratan dan mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. Aspek permodalan merasio komponen-komponen sebagai berikut (Triandaru, 2008:53):

1. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.

2. Komposisi permodalan.

3. Tren ke depan atau proyeksi KPMM.

4. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank.

5. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan).

6. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha. 7. Akses kepada sumber permodalan.

8. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan.

Ketentuan modal minimum bank yang berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank for International Settlement (BIS). Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk


(40)

merasio prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin besar CAR maka akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan dalam menghadapi penyusutan rasio harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Perasioan Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi rasio CAR menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Rasio modal yang lebih tinggi akan mengurangi tingkat aktivitas bisnis dan akan mengakibatkan turunnya laba bank (Hardanto, 2006:36).

E. Kualitas Aset (Asset Quality)

Non Performing Loans (NPL) adalah perbandingan antara kualitas aktiva produktif bermasalah (kredit bermasalah) terhadap aktiva produktif. Semakin besar jumlah kredit bermasalah dari seluruh kredit yang diberikan akan dapat menurunkan tingkat laba bank (Retnadi dan Eko, 2006:8). Kualitas aset adalah kualitas aktiva produktif. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antarbank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif (Judisseno, 2002:135).

Aspek kualitas aset merasio komponen-komponen sebagai berikut (Triandaru, 2008:53):

1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif. 2. Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.


(41)

3. Perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset) dibandingkan aktiva produktif.

4. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).

5. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.

6. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif. 7. Dokumentasi aktiva produktif.

8. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Perasioan kualitas aset merupakan perasioan terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Istilah Non Performing Loan disebut juga kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah kredit yang kategori kolektibilitasnya di luar kolektibilitas kredit lancar dan kredit dalam perhatian khusus. Kredit bermasalah mencakup kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah adalah sebagai berikut (Loen dan Sonny, 2008:107):

1. Faktor Eksternal

a. Keadaan ekonomi secara makro b. Fluktuasi kurs yang mencolok c. Peraturan/kebijakan pemerintah d. Persaingan dalam suatu sektor industri


(42)

e. Persaingan tidak sehat dan budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme f. Sistem perpajakan yang menghambat investasi

2. Faktor Internal Nasabah Bank a. Mismanagement

b. Kesulitan keuangan c. Kesalahan dalam produksi

d. Kesalahan dalam strategi pemasaran

e. Sengketa antara pemilik dengan direksi perusahaan 3. Faktor Internal Bank

a. Mark up yang dilakukan dengan sengaja b. Feasibility study yang direkayasa

c. Kolusi antara pejabat bank dengan nasabah

d. Kurang ketatnya monitoring kredit dan supervise proyek e. Kurangnya keahlian dalam menganalisis kredit

f. Surat sakti pemilik bank atau KKN dengan elite politik

g. Kesalahan dalam memilih sektor industri yang dibiayai dengan fasilitas kredit.

Implikasi bagi bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut adalah (Loen dan Sonny, 2007:95):

1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba.

2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif atau Bad Debt Ratio menjadi semakin besar sehingga memperburuk kinerja bank.


(43)

3. Bank harus memperbesar cadangan untuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang diklasifikasikan sesuai ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

4. Return on Asset (ROA) akan menurun.

F. Rentabilitas (Earnings)

Aspek rentabilitas merasio komponen-komponen sebagai berikut (Triandaru, 2008:54):

1. Pengembalian atas aktiva (Return On Assets – ROA). 2. Pengembalian atas ekuitas (Return On Equity – ROE). 3. Margin bunga bersih (Net Interest Margin – NIM).

4. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO). 5. Pertumbuhan laba operasional.

6. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan. 7. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. 8. Prospek laba operasional.

Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) pada dasarnya adalah perbedaan antara pendapatan bunga (pinjaman, sekuritas) dan beban bunga (deposito, dana pinjaman). Kenaikan pendapatan dari periode ke periode akan meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan (Yuwono, 2002:162). Biaya operasional yang tinggi menjadi penghambat bank untuk memangkas bunga kredit. Bank Indonesia akan


(44)

mengatur standar perhitungan margin bunga bersih perbankan agar lebih proporsional dan wajar terhadap semua komponen biaya guna mendorong penurunan bunga kredit turun lebih cepat.

2. Rasio Biaya Operasional/Pendapatan Operasional

Rasio BO/PO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional), yaitu rasio biaya operasional yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan operasional. Kenaikan pendapatan dari periode ke periode akan meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan (Yuwono, 2002:162). Rasio BO/PO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

G. Likuiditas (Liquidity)

Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Bank wajib menyediakan likuiditas yang cukup dan mengelolanya dengan baik, karena apabila likuiditas tersebut terlalu kecil maka akan mengganggu kegiatan operasional bank, namun demikian likuiditas juga tidak boleh terlalu besar, karena apabila jumlah likuditas terlalu besar maka akan menurunkan efisiensi bank sehingga berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas.


(45)

Aspek likuiditas merasio komponen-komponen sebagai berikut (Triandaru, 2008:54):

1. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid dari 1 bulan. 2. 1 – month maturity mismatch ratio.

3. Rasio pinjaman terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio – LDR). 4. Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang.

5. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti.

6. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets and Liability Management – ALMA).

7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya.

8. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).

Rasio likuiditas yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu Giro Wajib Minimum dan Loan to Deposit Ratio. Reserve Requirement atau lebih dikenal juga dengan Likuiditas Wajib Minimum atau giro dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua bank (Margaretha, 2007:59). Mulai bulan Juli 2004, BI mengenakan kenaikan GWM berdasarkan jumlah DPK yang dimiliki setiap bank. Tujuan utama pengenaan GWM tambahan ini adalah untuk mengurangi likuiditas bank-bank besar (Retnadi dan Eko, 2006:260).

GWM merupakan perbandingan giro pada Bank Indonesia terhadap seluruh dana yang berhasil dihimpun atau disebut juga perbandingan jumlah alat likuid terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga. Kebijakan kenaikan GWM akan langsung berpengaruh pada biaya dana yang pada akhirnya akan menurunkan laba


(46)

bank (Retnadi dan Eko, 2006:209). Alat likuid terdiri dari kas ditambah saldo rekening giro di Bank Indonesia. Dana Pihak Ketiga terdiri dari giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan kewajiban jangka pendek lainnya. Dana Pihak Ketiga (DPK) meliputi seluruh DPK dalam Rupiah ataupun valuta asing pada seluruh kantor bank yang bersangkutan di Indonesia.

Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berkaitan dengan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. LDR = 110% atau > 110% dirasio tidak sehat. LDR < 110% dirasio sehat (Loen dan Sonny, 2008:119). Rasio LDR yang semakin tinggi memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun di lain pihak semakin besar jumlah kredit yang diberikan diharapkan bank akan mendapatkan laba yang tinggi pula (Margaretha, 2007:60).


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Bank Indonesia

Bank disebut De Javasche Bank) adalah Indonesia menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang pemimpin, dibantu oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai wakil, dan sekurang-kurangnya empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi Gubernur. Masa jabatan Gubernur dan Deputi Gubernur selama-lamanya lima tahun, dan hanya dapat dipilih untuk sebanyak-banyaknya dua kali masa tugas.

1. Status dan Kedudukan Bank Indonesia

a. Lembaga negara yang independen

Bank Indonesia sebagai suatu lembaga negara yang independen, mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya. Bank Indonesia yang memiliki status dan kedudukan khusus tersebut memampukan Bank Indonesia untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.

b. Badan Hukum

Bank Indonesia memiliki status baik sebaga maupun badan hukum berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan


(48)

pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Bank Indonesia sebagai badan hukum perdata, dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar

2. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

a. Tujuan Tunggal

Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan rasio dua aspek, yaitu kestabilan rasio kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laj perkembangan rasio tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

b. Tiga Pilar Utama

Bank Indonesia dalam mencapai tujuan tersebut didukung oleh tiga menetapkan dan melaksanakan kebijakan kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi Indonesia.

3. Pengaturan dan Pengawasan Bank

Bank Indonesia dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi terhadap


(49)

yang berlaku. Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, disampaikan oleh bank.

B. Bank Umum

1. PT Bank Agroniaga, Tbk

PT Bank Agroniaga, Tbk berdiri tanggal 27 September 1989. Pemegang saham mayoritas dari bank ini adalah Dana Pensiun Perkebunan sebesar 96,10%. Pada tanggal 8 Mei 2006, bank mendapatkan izin sebagai Bank Devisa. Bank Agroniaga mampu tumbuh sesuai harapan yakni memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp 2,85 miliar dibandingkan tahun 2007 yang merugi sebesar Rp 4,06 miliar. Pertumbuhan kredit Bank Agroniaga juga meningkat, yakni dari Rp 1.956 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp 2.048 miliar pada tahun 2008.

2. PT Bank Antardaerah

Bank Sri Partha diakuisisi oleh 4 investor yaitu Mercy Corps International (MCI), International Financial Corporation (IFC), The Hivos-Triodos Fund (HTF), dan Catholic Organizations for Relief and Development Aid (Cordaid) dan berganti nama menjadi Bank Andara pada tanggal 23 Mei 2008. Kepemilikan saham mayoritas berada pada Mercy Corps sebesar 40,16%. Total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun sampai Desember 2008 sebesar Rp 108.856 juta. Bank Andara menyalurkan kredit pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(50)

(UMKM), sebagai berikut: usaha mikro sebesar Rp 51.974 juta (85,41%), kredit usaha kecil sebesar Rp 6.836 juta (11,23%), usaha menengah sebesar Rp 2.041 juta (3,35%).

3. PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk

PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk semula didirikan dengan nama PT Inter-Pacific Financial Corporation. PT Inter-Pacific Financial Corporation berubah nama menjadi PT Inter-Pacific Bank dan berubah lagi menjadi PT Bank Inter-Pacific, Tbk. PT Bank Inter-Pacific, Tbk pada tanggal 14 Juli 2005 berubah nama menjadi PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk. Kepemilikan saham mayoritas bank ini ada pada masyarakat, sebesar 23,27%. Bank Artha Graha International, Tbk meraih laba bersih pada tutup buku tahun 2008 sebesar Rp 21,87 miliar naik 45,12% bila dibandingkan pada tahun sebelumnya yang hanya mengantongi Rp 15,07 miliar.

4. PT Bank Bukopin

Bank Bukopin berdiri pada tanggal 10 Juli 1970. Bank Bukopin berfokus pada segmen Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK). Bank Bukopin menjadi Bank Devisa sejak tahun 1996. Pemegang saham mayoritas pada bank ini adalah Koperasi Pegawai Bulog Seluruh Indonesia (Kopelindo) sebesar 40,47%. Bank Bukopin membukukan pertumbuhan kredit sebesar 20% menjadi Rp 23.042 miliar di akhir tahun. Bank Bukopin membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 1.468 miliar, meningkat sebesar 14% dari Rp 1.288 miliar pada tahun 2007.


(51)

5. PT Bank Bumi Arta

Bank Bumi Arta yang semula bernama Bank Bumi Arta Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967. Visi Bank Bumi Arta adalah menjadi bank terpercaya berlandaskan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pelayanan paripurna kepada nasabah. Bank Bumi Arta ditingkatkan statusnya menjadi Bank Devisa pada tanggal 20 Agustus 1991 dengan persetujuan dari Bank Indonesia. Pemegang saham terbesar dari bank ini pada tahun 2006 adalah PT Surya Husada Investment sebesar 45,45%.

6. PT Bank Capital Indonesia, Tbk

PT Bank Capital Indonesia, Tbk berdiri pada tanggal 20 April 1989 yang merupakan bank campuran (joint venture) antara Lyonnais SA, Perancis (salah satu bank terbesar di Perancis) dengan PT Bank Internasional Indonesia, Tbk. Total ekuitas pada akhir Desember 2008 telah meningkat menjadi Rp 193,0 milyar. Bank Capital memperoleh predikat “Sangat Bagus” pada tahun 2006 dan 2007 dari majalah InfoBank. Danny Nugroho adalah pemegang saham terbesar yaitu sekitar 97,3%.

7. PT Bank Central Asia

Bank Central Asia berdiri pada tanggal 10 Agustus 1955. Bank Central Asia menjadi Bank Devisa sejak 28 Maret 1977. Komposisi saham terbanyak dimiliki oleh FarIndo Investments (Mauritius) Ltd. sebesar 51,15%. Pertumbuhan kredit tercatat sebesar 36,9% menjadi Rp 112,8 triliun yang diimbangi dengan terjaganya kualitas kredit tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2008 adalah sebesar 0,6%. Dana Pihak Ketiga tumbuh sebesar 10,8%


(52)

menjadi Rp 209,5 triliun pada akhir tahun 2008. Laba bersih mengalami peningkatan sebesar 28,7% dan tercatat sebesar Rp 5,8 triliun pada tahun 2008. 8. PT Bank CIMB Niaga

Bank Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955. Sejak 25 November 2002, Bumiputra Commerce Holdings Berhad menjadi pemegang saham terbesarnya. Visi Bank CIMB Niaga adalah menjadi 1 dari 5 bank terbesar di Indonesia. Misi Bank CIMB Niaga adalah menjadi bank ritel terkemuka. Tujuan Bank CIMB Niaga adalah menjadi bank terdepan di segmen middle commercial serta sekaligus mempertahankan posisi kami di segmen high-end dan low-end commercial.

9. PT Bank Commonwealth

PT Bank Commonwealth adalah anak perusahaan Commonwealth Bank of Australia (CBA) yang membuka kantor perwakilan di Indonesia pada tahun 1990. Bank ANK dimerger dengan Bank Commonwealth pada tanggal 26 Juli 2007. Bank Commonwealth sebagian besar dimiliki oleh Commonwealth Bank of Australia yaitu sekitar 95%. Bank Commonwealth khususnya bertujuan untuk melayani kelompok masyarakat menengah atas Indonesia yang tumbuh pesat, termasuk mereka yang memiliki keperluan pribadi, usaha, keluarga dan lain-lain di Australia.

10.PT Bank Danamon, Tbk

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) berdiri pada tahun 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 namanya diganti menjadi Bank Danamon Indonesia. Visi Bank Danamon adalah kita peduli dan


(53)

membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan. Misi Bank Danamon adalah Danamon bertekad untuk menjadi "Lembaga Keuangan Terkemuka" di Indonesia yang keberadaannya diperhitungkan; suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen dengan menawarkan rasio yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dan di dukung oleh teknologi kelas dunia; aspirasi kami adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang dihormati oleh nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana kami berada. 11.PT. Bank Dipo Internasional

Bank Dipo Internasional adalah Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1990. PT. Dipo International Bank berubah nama menjadi PT. Bank Dipo Internasional pada tahun 1995. Bank Dipo

Internasional berhasil membukukan laba bersih sebelum pajak sebesar Rp 17.459 juta pada akhir tahun 2008. Pemegang saham terbanyak dari bank ini

adalah PT Pahalamas Sejahtera sebanyak 90%. 12.PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk

Bank Ekonomi Raharja berdiri pada tanggal 8 Maret 1990. Pada tanggal 16 September 1992, Bank Ekonomi Raharja mendapat izin dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa. Pemegang saham terbesar dari bank ini adalah PT Lumbung Artakencana sebesar 38,84%.


(54)

13.PT Bank Ekspor Indonesia (Persero), Tbk

Bank Ekspor Indonesia (BEI) merupakan lembaga pembiayaan yang mendukung usaha pengembangan ekspor nasional, termasuk tugas-tugas developmental dalam mendukung pembiayaan ekspor. BEI merupakan bank yang 100% sahamnya milik Pemerintah Republik Indonesia dan sejak semula dimaksudkan sebagai satu-satunya Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia yang dibanyak negara dikenal dengan sebutan Export Credit Agency/Exim Bank. BEI menjadi Bank Devisa pada tanggal 24 April 2000.

14.PT Bank Ganesha

Bank Ganesha mulai beroperasi sejak tanggal 30 April 1992 dan pada tahun 1995 status Bank Ganesha ditingkatkan menjadi Bank Devisa. Pemegang saham terbesar dari bank ini pada tahun 2008 adalah PT Bintang Tunggal Gemilang sebesar 58,37%. Visi Bank Ganesha adalah menjadi bank terpercaya dalam pelayanan. Misi Bank Ganesha adalah memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah, meningkatkan rasio tambah bagi pemegang saham dan kesejahteraan karyawan.

15.PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk

Bank Himpunan Saudara 1906 pertama sekali bernama ”Vereeniging Himpoenan Soedara”. "Bank HS 1906" menjadi "Bank Saudara" pada tahun 2006 dan berubah menjadi bank publik (PT. Bank Himpunan Saudara 1096, Tbk). Visi Bank Himpunan Saudara 1906 adalah pelopor institusi keuangan yang menjadi bank berkinerja baik dan sehat. Kepemilikan saham terbesar dimiliki oleh Arifin Panigoro sebesar 54,48%.


(55)

16.PT Bank ICB Bumiputera, Tbk

Bank ICB Bumiputera berdiri pada tanggal 31 Juli 1989. Visi Bank ICB Bumiputera adalah menjadi 20 Bank Fokus terkemuka dengan spesialisasi utama pada consumer banking dengan layanan nasabah yang unggul, penerapan manajemen risiko yang efektif dan tata kelola perusahaan yang baik. Tujuan Bank ICB Bumiputera adalah menjadi salah satu ”Bank Jangkar” di segmen Bank Fokus sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Bank ICB Bumiputera menjadi Bank Devisa sejak 5 Desember 1997.

17.PT Bank Index Selindo

Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) yang didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992. Fokus usaha Bank Index adalah di sektor komersial, ritel dan konsumer. Bank Index mengakuisisi Bank Harmoni (PT. Bank Harmoni Internasional) untuk selanjutnya digabung / dilebur ke dalam Bank Index pada tahun 2007.

18.PT Bank Internasional Indonesia, Tbk

Bank Internasional Indonesia didirikan pada tanggal 15 Mei 1959. Bank memperoleh peningkatan status menjadi Bank Devisa 9 November 1988. Pemegang saham terbanyak dari bank ini adalah Sorak Financial Holdings Pte. Ltd sebesar 54,33%. Visi Bank Internasional Indonesia adalah menjadi bank terbaik di Indonesia, menyediakan layanan nasabah dan produk inovatif berkelas dunia. BII adalah salah satu bank terbesar di Indonesia dengan jaringan internasional yang memiliki 250 cabang dan lebih dari 725 ATM BII di seluruh Indonesia. Total Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 44 triliun dan aset sebesar Rp 57


(56)

triliun, BII menyediakan serangkaian jasa keuangan melalui kantor cabang dan jaringan ATM, phone banking dan internet banking.

19.PT Bank Jasa Jakarta

PT Bank Jasa Jakarta didirikan dengan nama PT Bank Pasar Jasa Jakarta 25 September 1978. Bank memperoleh persetujuan prinsip peningkatan usaha dari bank perkreditan rakyat menjadi bank umum di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1988. Bank merubah nama menjadi PT Bank Jasa Jakarta. Bank Jasa Jakarta dimiliki oleh PT Widya Raharja Dharma (70,9%) dan PT Adikarta Graha (29,1%).

20.PT Bank Mandiri (Persero), Tbk

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 yang merupakan gabungan dari Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia. Bank Mandiri memiliki total aktiva yang saat ini telah tumbuh mencapai lebih dari Rp300 triliun. Pemegang saham mayoritas dari bank ini adalah Pemerintah RI (67,27%) dan institusional internasional (21,23%). Bank Mandiri memperoleh penghargaan Banking Service Excellence Award 2007 (peringkat 1) dari InfoBank.

21.PT Bank Mayapada Internasional, Tbk

Bank Mayapada Internasional didirikan pada tanggal 10 Januari 1990. Saham terbanyak dari bank ini dimiliki oleh PT Mayapada Karunia sebesar 25,31%. Visi Bank Mayapada Internasional adalah menjadi salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia dalam rasio aset, profitabilitas, dan tingkat kesehatan. Misi Bank Mayapada Internasional adalah mempertahankan


(57)

operasional bank yang sehat dan memberikan rasio tambah yang maksimum kepada nasabah, karyawan, pemegang saham dan pemerintah.

22.PT Bank Mega, Tbk

PT Bank Mega, Tbk (Bank) didirikan dengan nama PT Bank Karman pada tanggal 15 April 1969. Bank berubah menjadi PT Mega Bank pada tahun 1992 dan pada tanggal 17 Januari 2000 berubah menjadi PT Bank Mega, Tbk. Bank juga memperoleh izin untuk menjalankan aktivitas sebagai bank devisa tanggal 31 Januari 2001. Saham terbanyak dari bank ini dimiliki oleh PT Mega Corpora sebesar 56,29%.

23.PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (“BNI”) didirikan pada tahun 1946 sebagai bank pertama yang dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah. BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan jumlah aktiva, dengan total aktiva senilai Rp 201,7 triliun. Pemegang saham terbanyak dari bank BNI adalah pemerintah sebesar 76,36%. Bank BNI memperoleh penghargaan Annual Report Award 2007 Peringkat 1 BUMN Keuangan dari Kementerian BUMN, BI, Bapepam, Ditjen Pajak, Komite GCG.

24.PT Bank OCBC NISP, Tbk

Bank OCBC NISP (sebelumnya bernama Bank NISP) didirikan

Bank berganti nama menjadi NV. Spaar En Deposito yang diuraikan sebagai Bank Rasio Inti Sari Penyimpan (disingkat NISP) pada 1981, bank ini kemudian lama dikenal sebagai Bank NISP. Bank NISP resmi berganti nama dan logo menjadi


(58)

PT Bank OCBC NISP, Tbk sejak 16 Oktober 2008. Mayoritas saham Bank OCBC NISP dimiliki oleh 74,73%. OCBC merupakan penyedia jasa perbankan dan asuransi terbesar di Singapura.

25.PT Bank Pan Indonesia, Tbk

Bank Pan Indonesia didirikan tahun 1971 dan menjadi bank pertama yang menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta tahun 1982. PaninBank merupakan salah satu bank komersial yang terkemuka di Indonesia. Visi Bank Pan Indonesia adalah menjadi bank peritel terdepan dan paling sehat di Indonesia. Misi Bank Pan Indonesia adalah mentransformasikan PaninBank menjadi salah satu bank terkemuka dalam perbankan konsumer dan bisnis di Indonesia. ANZ

Banking Group memiliki 38,3% dari total saham PaninBank per tanggal 5 Januari 2009.

26.PT Bank Permata, Tbk

Bank Permata didirikan pada tanggal 17 Desember 1954. PermataBank

dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank yakni PT Bank Bali, Tbk, PT Bank Universal, Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan

PT Bank Patriot pada tahun 2002. Standard Chartered Bank dan PT Astra International, Tbk mengambil alih PermataBank di tahun 2004,

kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,01%

pada tahun 2006. PermataBank mendapat izin menjadi Bank Devisa sejak 8 Mei 1956. PermataBank mampu mencatat kinerja yang baik di tahun 2008 dengan total aset tumbuh sebesar 37,6% menjadi Rp 54,1 triliun, memperkokoh


(59)

posisi PermataBank sebagai salah satu dari 10 bank terbesar di Indonesia dalam hal aset.

27.PT Bank Sinarmas

PT. Sinarmas Multiartha, Tbk mengambil alih PT. Bank Shinta Indonesia pada tahun 2005. PT. Bank Shinta Indonesia didirikan pada 18 Agustus 1989 dan memulai operasionalnya sejak Maret 1990. PT Bank Shinta Indonesia berganti nama menjadi Bank Sinarmas pada tanggal 20 Desember 2006. Total aset Bank Sinarmas per Desember 2005 yang semula sebesar 739 miliar, meningkat tajam menjadi 6,1 triliun pada posisi Desember 2008 yang berarti bertumbuh sebesar 725%. Bank Sinarmas menjadi Bank Devisa sejak 22 Maret 1995. Pemegang saham terbanyak dari bank ini adalah PT Sinar Mas Multiartha, Tbk sebesar 87,97%.

28.PT Bank Swadesi, Tbk

Bank Swadesi berdiri di Surabaya tahun 1968. Bank Swadesi meningkatkan statusnya menjadi bank devisa pada tahun 1994. Selama tahun 2008, Bank Swadesi telah berhasil meningkatkan kinerja keuangannya. Pendapatan bunga bersih meningkat sebesar Rp 21,85 miliar (61,57%) hingga mencapai Rp 57,36 miliar. Laba bersih setelah pajak meningkat sebesar 126,27% menjadi Rp 19,21 miliar dibandingkan Rp 8,49 milyar pada tahun sebelumnya. Kepemilikan saham mayoritas dari bank ini ada pada Bank of India sebesar 76%. Bank memperoleh izin untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Bank Devisa pada tanggal 12 Oktober 1994.


(60)

29.PT Bank Swaguna

Bank Swaguna didirikan di kota Cirebon dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967. Bank Swaguna berhasil membukukan total aset sebesar Rp 191 milyar pada periode 31 Desember 2007. Bank Swaguna aktif menyalurkan

kredit ke dunia usaha, baik berupa kredit komersial maupun UMKM. Selain itu, Bank Swaguna juga aktif memberikan kredit konsumtif. Pemegang saham terbesar dari Bank Swaguna adalah PT Bank Victoria Internasional, Tbk sebesar 99,98%.

30.PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk

Bank Tabungan Negara (BTN) didirikan pada tanggal 9 Februari 1950. Bank BTN berstatus perusahaan milik negara dimana kepemilikan saham mayoritasnya dimiliki oleh Departemen Keuangan. Bank BTN memperoleh status sebagai bank devisa sejak 23 September 1994. Bank BTN adalah bank yang berfokus pada pembiayaan perumahan.

31.PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk (BTPN) didirikan di Bandung pada 5 Februari 1958, yang pada awalnya bernama Bank Pegawai Pensiunan Militer (BAPEMIL) dengan status usaha sebagai badan perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya. BAPEMIL memiliki tujuan untuk membantu meringankan beban ekonomi para pensiunan, baik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia maupun sipil. BTPN memiliki ijin usaha sebagai Bank Tabungan. Status BTPN menjadi Bank Umum


(61)

pada tahun 1993. TPG Nusantara, S.a.r.l. mengakuisisi 71,6% saham BTPN pada 14 Maret 2008 sehingga menjadi pemegang saham utama.

32.PT Bank UOB Buana, Tbk

PT Bank UOB Buana, Tbk (UOB Buana) didirikan dengan nama PT Bank Buana Indonesia pada tanggal 31 Agustus 1956. Status bank kemudian berubah menjadi Bank Devisa pada tahun 1976. UOB merupakan singkatan dari United Overseas Bank. UOB International Investment Private Ltd. (UOBII) meningkatkan kepemilikan sahamnya di bank ini menjadi sebesar 98,997%. PT Bank UOB Buana Tbk. (UOB Buana) mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 322 miliar pada tahun 2008.

33.PT Bank Victoria Internasional, Tbk

Bank Victoria berdiri pada 28 Oktober 1992. Visi dari Bank Victoria adalah menjadi bank ritel nasional yang kokoh, sehat, efisien serta terpercaya. Dengan fokus pada segmen ritel, Bank Victoria berusaha memenuhi kebutuhan nasabah dengan pemberian kredit konsumsi dan kredit ke dunia usaha baik berupa kredit komersil maupun UMKM. Pemilik saham mayoritas dari Bank Victoria yaitu masyarakat (36,89%) dan PT Victoria Sekuritas (35,33%).

34.Citibank N.A.

Citibank, N.A. pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1918, bank ini merupakan bagian dari Citibank, N.A. New York. Pertama sekali Citi Indonesia (“Bank”) bernama First National City Bank, Jakarta Branch kemudian berubah menjadi Citibank, National Association (Citibank, N.A.), Jakarta Branch. Bank


(62)

merupakan cabang dan dimiliki sepenuhnya oleh Citigroup, Inc - New York, USA. Citibank memperoleh penghargaan Best Foreign Bank In Indonesia in 2007 dari Investor Magazine Award.

35.The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited

The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) adalah salah satu institusi perbankan dan layanan keuangan terbesar di dunia dengan total aktiva senilai USD 1.861 miliar per 31 Desember 2006. HSBC berkantor pusat di London, hadir di 82 negara dan di lima wilayah geografis seperti Eropa, Hongkong, Asia Pasifik termasuk Timur Tengah dan Afrika, Amerika Utara dan Amerika Latin. HSBC membuka kantor pertamanya di Jakarta pada tahun 1884. HSBC adalah penyedia jasa terkemuka ekspor impor serta layanan terkait di Indonesia, sebagai bagian jaringan global layanan ekspor impor di Asia dan di seluruh dunia. Saham HSBC dimiliki oleh sekitar 200.000 pemegang saham di lebih dari 100 negara.


(63)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisa Deskriptif Variabel Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba

1. Deskripsi Rasio Variabel Capital Adequacy Ratio pada Bank Umum tahun 2006 – 2008

Tabel 4.1

Capital Adequacy Ratio pada Bank Umum tahun 2006 – 2008

No. Nama Bank CAR (%) Rata-rata

2006 2007 2008

1. Bank Agroniaga 15,03 17,27 13,51 15,27 2. Bank Antardaerah 16,87 16,02 17,72 16,87 3. Bank Artha Graha Internasional 11,38 12,24 14,93 12,85

4. Bank Bukopin 15,79 12,84 11,20 13,28

5. Bank Bumi Arta 41,02 34,30 31,15 35,49 6. Bank Capital Indonesia 56,82 50,37 28,40 45,20 7. Bank Central Asia 22,10 19,20 15,80 19,03 8. Bank CIMB Niaga 16,65 17,03 15,59 16,42 9. Bank Commonwealth 21,71 15,39 14,52 17,21

10. Bank Danamon 20,80 20,30 15,40 18,83

11. Bank Dipo Internasional 20,20 23,04 30,38 24,54 12. Bank Ekonomi Raharja 14,00 13,13 14,03 13,72 13. Bank Ekspor Indonesia 73,72 57,76 39,09 56,86

14. Bank Ganesha 18,12 20,83 21,10 20,02

15. Bank Himpunan Saudara 1906 21,41 14,99 12,75 16,38 16. Bank ICB Bumiputera 12,91 11,86 11,78 12,18 17. Bank Index Selindo 15,98 12,76 16,21 14,98 18. Bank Internasional Indonesia 24,12 21,33 19,93 21,79 19. Bank Jasa Jakarta 22,16 21,90 23,60 22,55

20. Bank Mandiri 25,30 21,10 15,70 20,70

21. Bank Mayapada Internasional 13,78 28,70 22,81 21,76

22. Bank Mega 16,61 11,84 16,09 14,85

23. Bank Negara Indonesia 15,30 15,70 13,50 14,83 24. Bank OCBC NISP 17,07 16,15 17,01 16,74 25. Bank Pan Indonesia 29,47 21,58 20,31 23,79

26. Bank Permata 13,50 13,30 10,80 12,53


(64)

No. Nama Bank CAR (%) Rata-rata 2006 2007 2008

28. Bank Swadesi 26,55 20,66 33,27 26,83

29. Bank Swaguna 11,92 233,10 249,56 164,86 30. Bank Tabungan Negara 18,23 21,86 16,14 18,74 31. Bank Tabungan Pensiunan

Nasional 29,46 24,00 23,67 25,71

32. Bank UOB Buana 30,40 27,20 24,90 27,50 33. Bank Victoria

Internasional 20,27 15,43 22,77 19,49

34. Citibank N.A. 21,56 20,79 24,12 22,16

35. HSBC 15,06 14,62 12,00 13,89

Rata-rata per tahun 22,27 26,53 25,68 24,83

Sumber: Hasil penelitian, 2009 (data diolah)

Tabel 4.1 menggambarkan rasio variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) pada masing-masing Bank Umum di Indonesia selama periode penelitian tahun 2006 - 2008. Rasio CAR pada tabel di atas berfluktuasi walaupun ada beberapa bank yang memiliki CAR stabil pada tahun penelitian. Rasio CAR rata-rata per bank yang tertinggi dimiliki oleh Bank Swaguna yaitu sebesar 164,86% dan rasio CAR terendah dimiliki oleh Bank Sinarmas yaitu sebesar 11,17%. Rasio CAR pada tahun 2006 yang tertinggi yaitu sebesar 73,72% dan terendah yaitu sebesar 11,38%. Rasio CAR pada tahun 2007 yang tertinggi yaitu sebesar 233,10% dan terendah yaitu sebesar 10,01%. Rasio CAR pada tahun 2008 yang tertinggi yaitu sebesar 249,56% dan terendah yaitu sebesar 9,23%.

Rasio CAR rata-rata pada tahun 2006 sebesar 22,27%. Bank yang memiliki rasio CAR di atas 22,27% sebanyak 9 bank atau sekitar 25,71%. Bank yang memiliki rasio CAR di bawah 22,27% sebanyak 26 bank atau sekitar 74,29%. Rasio CAR rata-rata pada tahun 2007 sebesar 26,53%. Bank yang memiliki rasio CAR di atas 26,53% sebanyak 6 bank atau sekitar 17,14%. Bank


(1)

LAMPIRAN

Hasil Pengolahan Dengan SPSS 16.00 For Windows

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PERTUMBUHAN LABA .1630 .49861 97

CAR .2080 .10396 97

NPL .0201 .01574 97

NIM .0609 .02416 97

BO/PO .8170 .14018 97

GWM .0825 .02923 97

LDR .7549 .16178 97

Correlations

PERTUMB UHAN

LABA CAR NPL NIM BO/PO GWM LDR

Pearson Correlation

PERTUMBUHAN

LABA 1.000 .007 -.222 .250 -.206 .058 .055

CAR .007 1.000 -.202 .054 -.232 -.157 .132

NPL -.222 -.202 1.000 -.038 -.007 .088 .067

NIM .250 .054 -.038 1.000 -.338 -.070 .234

BO/PO -.206 -.232 -.007 -.338 1.000 -.218 .035

GWM .058 -.157 .088 -.070 -.218 1.000 -.317


(2)

Sig. (1-tailed) PERTUMBUHAN

LABA . .475 .014 .007 .022 .287 .295

CAR .475 . .024 .301 .011 .062 .099

NPL .014 .024 . .354 .472 .196 .256

NIM .007 .301 .354 . .000 .246 .011

BO/PO .022 .011 .472 .000 . .016 .366

GWM .287 .062 .196 .246 .016 . .001

LDR .295 .099 .256 .011 .366 .001 .

N PERTUMBUHAN

LABA 97 97 97 97 97 97 97

CAR 97 97 97 97 97 97 97

NPL 97 97 97 97 97 97 97

NIM 97 97 97 97 97 97 97

BO/PO 97 97 97 97 97 97 97

GWM 97 97 97 97 97 97 97

LDR 97 97 97 97 97 97 97

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LDR, BO/PO,

NPL, CAR,

GWM, NIMa

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PERTUMBUHAN LABA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .372a .138 .081 .47799 1.750

a. Predictors: (Constant), LDR, BO/PO, NPL, CAR, GWM, NIM b. Dependent Variable: PERTUMBUHAN LABA


(3)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.304 6 .551 2.410 .033a

Residual 20.563 90 .228

Total 23.866 96

a. Predictors: (Constant), LDR, BO/PO, NPL, CAR, GWM, NIM b. Dependent Variable: PERTUMBUHAN LABA

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .373 .554 .672 .503

CAR -.416 .509 -.087 -.817 .416 .849 1.178

NPL -7.730 3.205 -.244 -2.412 .018 .935 1.069

NIM 3.762 2.244 .182 1.676 .097 .810 1.235

BO/PO -.548 .401 -.154 -1.367 .175 .754 1.326

GWM 1.131 1.848 .066 .612 .542 .816 1.226

LDR .207 .331 .067 .626 .533 .829 1.206

a. Dependent Variable: PERTUMBUHAN LABA

Collinearity Diagnosticsa

Mod el

Dime

nsion Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) CAR NPL NIM BO/PO GWM LDR

1 1 6.192 1.000 .00 .00 .01 .00 .00 .00 .00

2 .380 4.035 .00 .08 .73 .01 .00 .00 .00

3 .168 6.075 .00 .59 .20 .03 .00 .12 .00

4 .133 6.816 .00 .04 .01 .49 .00 .21 .01

5 .093 8.139 .00 .10 .03 .16 .07 .27 .06

6 .028 14.904 .01 .03 .02 .13 .21 .07 .83


(4)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -.2859 .6341 .1630 .18551 97

Std. Predicted Value -2.420 2.540 .000 1.000 97

Standard Error of Predicted

Value .066 .255 .122 .039 97

Adjusted Predicted Value -.4013 .6394 .1640 .19335 97

Residual -1.22557 1.20830 .00000 .46281 97

Std. Residual -2.564 2.528 .000 .968 97

Stud. Residual -2.651 2.609 .000 1.004 97

Deleted Residual -1.31031 1.28742 -.00098 .49840 97

Stud. Deleted Residual -2.746 2.699 .001 1.020 97

Mahal. Distance .862 26.324 5.938 4.840 97

Cook's Distance .000 .069 .011 .018 97

Centered Leverage Value .009 .274 .062 .050 97


(5)

(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 97

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .46281230

Most Extreme Differences Absolute .105

Positive .105

Negative -.089

Kolmogorov-Smirnov Z 1.035

Asymp. Sig. (2-tailed) .234