Fasilitator outbound sebagai pekerja lepas

susah berkonsentrasi, untuk mengalami jiwa kerja yang tidak biasanya kerja keras, dan menjadi mudah marah karena kebisingan dan gangguan. Itu semua mungkin merupakan gejala dari ”sebuah kepenatan yang dipakai melewati batas efektifnya” Kaplan dan Talbot, h. 188. Wilderness membebaskan orang-orang dari kondisi seperti itu dengan tuntutan fungsional pada perhatian dan lingkungan yang menarik. Ketiga, sebagai perenungan. Hal yang dimungkinkan oleh sebuah derajat kecocokan yang tinggi ditengah pola-pola lingkungan, kecenderungan- kecenderungan individual, dan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk merasakan kenyamanan dalam lingkungan. Seseorang yang dihujani dengan bermacam-macam informasi dan tuntutan, seringkali merasa tidak mampu melakukan apa yang diinginkan lingkungannya juga yang diinginkan dirinya. Hal tersebut dapat menimbulkan frustasi dan stress yang mendalam yang menjadikan seseorang mampu membayangkan situsi yang dihadapinya.

2.3.6 Fasilitator outbound sebagai pekerja lepas

Dalam pelatihan outbound para pekerja memiliki jabatan dan tanggung jawab tertentu, diantaranya sebagai Project Leader, Project Officer, Fasilitator, Tim Medis, Show Director, Stage Manager, Guide dan Rescue Selaras, 2008. Umumnya para pekerja lepas banyak direkrut untuk menjadi tenaga fasilitator. Mereka adalah orang yang membantu dan memandu sebuah tim untuk melakukan proses dalam menjalankan perintah untuk menyelesaikan tugas tertentu atau tujuan tertentu. 54 Menurut Selaras Outbound 2007 dikatakan, bahwa rincian tugas seorang fasilitator sebagai seorang pekerja lepas outbound, adalah: 1. Mengkoordinir dan mendampimpingi setiap tim. 2. Memimpin dan memberikan penjelasan mengenai simulasi yang akan dimainkan, 3. Ikut memberikan motivasi dan semangat pada setiap tim dalam setiap simulasi. 4. memandu jalannya metafora atau sebuah metode penganalogian sebuah permainan dalam kegiatan sehari-hari baik ditempat kerja maupun di kehidupan sehari-hari. 5. Memberikan penilaian pada setiap tim yang dipeganggnya. 2.4. Kerangka Berpikir Self-efficacy adalah keyakinan individu akan kemampuan dan kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk dapat mencapai sebuah tujuan dan mengatasi hambatan. Besarnya usaha dan hasil yang didapat bukan hanya dipengaruhi oleh kemampuan berdasarkan pengetahuan atau wawasan semata, namun juga dipengaruhi oleh derajat self-efficacy individu tersebut. Dalam menghadapi tugas, individu dengan self-efficacy tinggi akan dapat terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya dapat melakukan tugas lebih baik daripada individu dengan self-efficacy rendah. Individu akan menganggap kemampuannya sebagai satu faktor yang membantu dalam menyelesaikan tugas. 55 Dan kegagalan yang terjadi hanya karena kurangnya usaha yag dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Self-efficacy yang tinggi akan memberikan arahan kepada individu untuk mengambil langkah dalam menghadapi permasalahan. Pada umumnya, individu akan bertindak untuk mencapai tujuan, jika merasa akan mendapatkan hasil dari tindakannya tersebut. Bandura, 1999. Keyakinan yang tinggi memberikan kejelasan akan kemampuan yang dimiliki individu, hal ini akan memberikan keterangan bagaimana individu harus memberikan hasil yang dituntut oleh perusahaan. Kemampuan untuk dapat mencapai tuntutan dari perusahan menandakan bahwa individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana individu tersebut berada. Sesuai dengan pendapat Feldman 1989, bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk memenuhi tuntutan dan tantangan yang diberikan oleh dunia dimana mereka berada. Kartono 1994 menambahkan individu yang berada dalam suatu perusahaan ataupun bagian dari tim kerja harus mempunyai usaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan perusahaan, baik yang meliputi penyesuaian diri dengan individu lain sebagai bagian dari tim kerja maupun iklim lingkungan kerja itu sendiri. Hal ini karena setiap individu berbeda, baik karakter, maupun tujuan hidupnya. Maka diharapkan individu mampu menjelaskan dirinya dengan lingkungan dimana 56 individu tersebut berada. Kemampauan untuk dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan dimana individu tersebut berada. Berarti individu dapat memenuhi tuntutan dan harapan lingkungan tersebut dan hal ini memberikan nilai positif bagi perusahaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu mengarahkan tindakannya untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan memudahkan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki individu untuk dapat menyesuaikan diri. Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut : Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir Hubungan Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Masa kerja freelance Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Kekuatan strength SELF-EFFICACY Luas bidang prilaku Generality Tingkat kesulitan tugas magnitude Berdasarkan Status pernikahan Berdasarkan Pengalaman Organisasi Berdasarkan Tingkatan Usia PENYESUAIAN DIRI 57 1.5 Hipotesis Berdasarkan permasalahan di atas dapat di ambil hipotesis sebagai berikut : Hipotesis Pertama 1. Hipotesis Alternatif Ha Ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound 2. Hipotesis Nihil Hi Tidak ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound Hipotesis Kedua 1. Hipotesis Alternatif Ha Ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound terhadap masa kerja 2. Hipotesis Nihil Hi Tidak ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound terhadap masa kerja Hipotesis Ketiga 1. Hipotesis Alternatif Ha Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound Berdasarkan Jenis Kelamin 2. Hipotesis Nihil Hi Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound Berdasarkan Jenis Kelamin 58 Hipotesis Keempat 1. Hipotesis Alternatif Ha Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan usia 2. Hipotesis Nihil Hi Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan usia Hipotesis Kelima 1. Hipotesis Alternatif Ha Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan latar belakang pendidikan 2. Hipotesis Nihil Hi Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan latar belakang pendidikan Hipotesis Keenam 1. Hipotesis Alternatif Ha Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan status menikah 2. Hipotesis Nihil Hi Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan status menikah 59 Hipotesis Ketujuh 1. Hipotesis Alternatif Ha Ada perbedaan Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan pengalaman organisasi 2. Hipotesis Nihil Hi Tidak ada perbedaan Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan pengalaman organisasi Hipotesis Kedelapan 1. Hipotesis Alternatif Ha Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan masa kerja 2. Hipotesis Nihil Hi Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan masa kerja 60 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang pendekatan dan metode penelitian, variable penelitian dan devinisi konseptual dan definisi operasional, subjek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data yang terdiri dari metode dan instrument penelitian, teknik analisa data yang terdiri dari reliabilitas dan validitas alat ukur. 3.1. Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian