Amida Gas Chromatography Mass Spectrometry GCMS

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik Departemen Kesehatan RI, 1995 Pada kromatografi lapis tipis, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umunya digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang dicapai dapat didasarkan pada adsorpsi, partisi, atau kombinasi kedua efek, tergntung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan Departemen Kesehatan RI, 1995. Gambar 2.4 Skema Kromatografi Lapis Tipis

2.6 Gas Chromatography Mass Spectrometry GCMS

Instrument kromatografi gas-spektrometri massa adalah sebuah metode yang mengombinasikan antara kromatografi gas dan spektrometri massa untuk mengidentifikasi berbagai macam senyawa dalam sebuah pengukuran suatu sampel. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta GC-MS dirancang dengan menggunakan dua bagian utama, yaitu kromatografi gas dan spektrometri massa. Kromatografi gas menggunakan sebuah kolom kapiler sebagai fase diam. Perbedaan sifat kimia antara molekul dalam sebuah pencampuran akan memisahkan molekul pada saat sampel terebut masuk ke dalam kolom. Molekul-molekul akan memiliki waktu retensi yang berbeda-beda untuk keluar dari kromatografi gas, dan hal ini memungkinkan spektrometri massa mendeteksi ion-ion molekul secara terpisah. Spektrometri massa akan mendeteksi fragmen ini dan dihasilkan massa molekul relatifnya. Peralatan kromatografi gas merupakan salah satu instrument analitik. Kromatografi gas sangat efektif untuk memisahkan senyawa menjadi komponennya yang bervariasi. Akan tetapi kromatografi gas tidak dapat mengidentifikasi senyawa yang spesifik. Sebaliknya spektrometri massa dapat mengetahui senyawa yang spesifik namun tidak dapat menghasilkan analisis kualitatif yang baik. Ketika sebuah analisis menggunakan kromatografi gas untuk memisahkan komponennya sebelum dianalisis dengan spektroskopi massa maka akan terbentuk hubungan yang komplementer. 2.6 Spektroskopi 2.6.1 Spektrofotometer UV Spektrofotometri UV adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel.Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang seperti prisma atau monokromator. Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut akan menyebabkan elektron terluarnya tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi Dachriyanus, 2004. Energi keseluruhan dari suatu molekul adalah jumlah energi elektroniknya, energi getar dan energi rotasi. Energi yang diserap dalam transisi elektronik suatu molekul dihasilkan dari transisi elektron valensi dalam molekul-molekul tersebut. Transisi ini terdiri dari eksitasi dari suatu elektron suatu orbital yang ditempati ke orbital berikutnya yang berenergi lebih tinggi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Instrumen Spektroskopi UV, berkas cahaya yang diserap bukan cahayatampak tapi cahaya ultraviolet dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur. Pada Spektroskopi Ultraviolet energi cahaya yang terserap digunakan untuk transisi elektron. Karena energi cahaya UV lebih besar dari energi sinar tampak sehingga energi UV dapat menyebabkan transisi e lektron σ atau π Mulja, 1995. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi ΔE = hv = ℎ� λ dimana ΔE = energi yang diabsorpsi erg. h = tetapan Planck, 6.6 x 10-27 erg det -1 v = frekuensi, dalam Hz c = kecepatan cahaya, 3 x 108 mdet λ = panjang gelombang, dalam cm Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang Fessenden Fessenden, 1986.

2.6.2 Spektrofotometri Infra Merah

Spektrofotometri Infra Merah merupakan alat untuk merekam spektrum di daerah inframerah terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik di daerah 4000 cm ⁻¹ hingga 625 cm⁻¹ lebih kurang 2,5 πm hingga 16 πm dan suatu metode untuk mengukur perbandingan intensitas perbandingan cahaya yang ditransmisikan cahaya datang Departemen Kesehatan,1995. Setiap molekul memiliki karakteristik spektrum inframerah yang berbeda- beda baik dalam posisi maupun intensitas pita absorbsinya. Spektrum yang diperoleh merupakan hubungan antara bilangan gelombang cm ⁻¹ dan persen transmitan. Spektrum IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi Departemen Kesehatan,1995. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan didasarkan atas senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat oleh pegas. Berikut adalah macam-macam serapan gugus fungsi yang dihasilkan dari hasil Spektroskopi IR.Dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Serapan Khas Beberapa Gugus Fungsi Gugus Jenis Senyawa Daerah Serapan cm -1 C-H Alkana 2850-2960, 1350-1470 C-H Akena 3020-3080, 675-870 C-H Aromatik 3000-3100, 675-870 C-H Alkuna 3300 C=C Alkena 1640-1680 C=C Aromatik Cincin 1500-1600 C=O Alkohol, Eter, Asam Karboksilat, Ester 1080-1300 C=O Aldehida, Keton, Asam Karboksilat, Ester 1690-1760 O=H Alkohol, FenolMonomer 3610-3640 O=H Alkohol, Fenol Ikatan H 2000-3600 lebar O=H Asam Karboksilat 3000-3600 lebar N-H Amina 3310-3500 C-N Amina 1180-1360 -NO 2 Nitro 1515-1560, 1345-1385

2.6.3 Spektrofotometri Resonansi Magnetik

Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti RMI atau Nuclear Magnetic Resonance NMR merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi struktur atom dari suatu molekul secara lebih spesifik. Spektrofotometri NMR

Dokumen yang terkait

Amidasi Senyawa Etil p-metoksisinamat Melalui Reaksi Langsung dengan Iradiasi Microwave Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

4 31 104

Modifikasi struktur senyawa etil p-metoksisinamat yang diisolasi dari kencur (kaempferia galanga L.) dengan metode reaksi reduksi dan uji aktivitas antiinflamasinya secara in vitro

1 22 70

Isolasi dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)

5 62 86

Amidasi senyawa etil p-metoksisinamat melalui reaksi langsung dengan iradiasi microwave serta uji aktivitas sebagai antiinflamasi

2 16 104

Perbandingan Sifat Fisik Sediaan Krim, Gel, dan Salep yang Mengandung Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn.)

7 83 104

Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-Metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan Metode Reaksi Reduksi dan Uji Aktivitas Antiinflamasinya secara In Vitro

1 16 70

Evaluasi Daya Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) pada Sediaan Salep, Krim, dan Gel

18 117 119

Uji Aktivitas Gel Etil p-metoksisinamat terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

6 24 104

Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga Linn.) Melalui Transformasi Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

1 18 111

Uji Stabilitas Kimia Etil p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn) dalam Sediaan Setengah Padat

0 30 87