Analisis Pemilihan Moda Analisis Kwantitas Ideal Moda Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padangsidimpuan

BAB VI ANALISIS ANGKUTAN BECA MOTOR

6.1. Analisis Pemilihan Moda

Sebagaimana telah disebutkan pada bab iii tentang metologi penelitian, disini akan dijelaskan bahwa jenis variabel dan metoda menggunakan sebagaiman yang telah peneliti pelajari buku “Perencanaan dan Pemodelan Transportasi” karya dari Ofyar Z. Tamin tahun 2000 dari halaman 246-265. Pada buku tersebut pemilihan moda menggunakan metode logitik yaitu model logit-biner-selisih dan telah dipaparkan pada bab ii, serta variabel yang dipergunakan adalah utilitasnya yaitu : waktu menunggu angkutan, waktu tempuh perjalanan dan ongkos perjalanan sedangkan pada buku tersebut terdapat satu lagi variabel yaitu biaya masuk terminal stasiun tetapi ini tidak dimasukkan pada kajian ini karena pada buku tersebut ditujukan untuk pemilihan moda bus dengan kereta api. Adapun rumusnya adalah : exp 1 1 1 2 1 C C P − + + = β α Dimana : P 1 = Proporsi pemilihan moda 1 g dan = Hasil kalibrasi data dari regresi-linier C 1 dan C 2 = impedansi yang diketahui nilainya dari setiap moda Tabel 6.1.1 Informasi utilitas moda beca motor dengan angkutan kota Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 Beca Motor Angkutan Kota Asal O Tujuan D X1 X2 X3 X1 X2 X3 Proporsi Betor Proporsi Angkot Cbt Cak PK PM 7 0.5 4 12 5 2 33 67 20 46 PK ST 10 0.5 6 12 7 2 27 73 28 54 PK SB-1 7 0.5 4 7 3 2 26 74 20 28 PK SB-2 13

0.5 5 14 3 2 19 81 33 42

Sumber : Data Penelitian, 2007 Pengumpulan data variabel : a. X1 adalah waktu tempuh ke tujuan yang dicatat setelah sampai di tujuan b. X2 adalah waktu menunggu angkutan yang dicatat sewaktu observasi c. X3 adalah ongkos biaya angkutan dicatat setelah samapi di tujuan d. P 1 Proporsi Betor adalah banyaknya penumpang yang turun dari beca motor yang dicatat bersamaan dengan proporsi angkot di tujuan dalam waktu satu jam, dan jumlahnya dibagikan dengan jumlah keseluruhan betor angkot e. P 2 Proporsi angkot adalah banyaknya penumpang yang turun dari angkot yang dicatat bersamaan dengan proporsi betor di tujuan dalam waktu satu jam, dan jumlahnya dibagikan dengan jumlah keseluruhan betor angkot f. Cbt = 2. X1+4. X2+X3 impedansi moda betor = C 1 g. Cak = 2. X1+4. X2+X3 impedansi moda angkot = C 2 Pada variabel f dan g ada faktor pengali 2 dan 4, ini disebutkan dalam buku asalnya adalah nilai menunggu siasumsikan 2 kali dari waktu tempuh perjalanan karena faktor sifat manusia lebih tidak suka menunggu. Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 Jika ketujuh data tersebut di masukkan ke rumus logit-biner-selisih maka ada dua lagi yang belum ada nilaiangkanya yaitu g dan , maka untuk mencari kedua nilai tersebut maka diperlukan menggunakan rumus regresi linier dengan menggunakan metoda tabel. Sebelum menjelaskan tabel hitungan mari kita lihat kembali rumus logit-biner-selisih exp 1 1 1 2 1 C C P − + + = β α Dan dapat ditulis kembali menjadi bentuk logaritma natural : C P P e Δ + = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − β α 1 1 1 log Y = A + BX Dimana : Y = variabel tidak bebas X = variabel bebas A = konstanta regresi B = koefisien regresi Dari penjelasan diatas makakita dapat menghitung g dan dengan menggunakan tabel dibawah ini : Tabel 6.1.2. Hitungan mencari g dan Cbt Cak X Y XY X 2 Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 20 46 26 0.7082 18.4128 676 28 54 26 0.9946 25.8602 676 20 28 8 1.0460 8.3677 64 33 42 9 1.4500 13.0501 81 Jumlah 69 4.1988 65.6908 1497 betha -0.001887062 g alpha 1.082248409 Sumber : Data Penelitian, 2007 Dimana : ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ = ∑ ∑ 4 4 X Y α X = bt ak C C − [ ] [ ] [ ] ∑ ∑ ∑ ∑ − × × − × = 2 2 4 4 X X Y X XY β ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 1 1 1 log P P Y e exp 1 1 1 2 1 C C P − + + = β α Setelah diperoleh g dan maka barulah dapat menghitung nilai pemilihan moda beca motor, dengan menggunakan rumus asal Dengan menggunakan tabel yaitu : Tabel 6.1.3. Hitungan mencari P 1 Cbt Cak exp g + C ak -C bt P 1 Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 20 46 2.8100009 0.2624671 28 54 2.8100009 0.2624671 20 28 2.9070881 0.2559451 33 42 2.9016074 0.2563046 betha -0.001887062 g alpha 1.082248409 Sumber : Data Penelitian, 2007 Maka rumus defenitif awal tersebut yang telah sempurnakan dan dapat diaplikasikan di kota Padangsidimpuan sebagai model pemilihan moda adalah : [ ] } Betor 00188 . { 08224 . 1 exp 1 1 Angkot Betor C C P − − + + = Jika rumus tersebut kita masukkan selisih impedansi ΔC atau C angkot - C betor maka P 1 dapat kita analisis, sebagai contoh diberikan selisih impedansi lebih murah 50 satuan uang -50 sampai lebih mahal 50 satuan uang +50, maka grafiknya seperti ini : Grafik Pemilihan Beca Motor di Kota Padangsidimpuan 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 40 00 35 00 30 00 25 00 20 00 15 00 10 00 50 -5 -1 -1 5 -2 -2 5 -3 -3 5 -4 Biaya naik Be ca M otor P er se n tase M em ilih B eca M o to r Sumber : Data Penelitian, 2007 Gambar 6.1 Grafik Pemilihan Moda Beca Motor di Kota Padangsidimpuan Dari kenyataan yang ditampilkan oleh grafik ini menjelaskan bahwa : Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 1. Jika selisih biaya yang diakibatkan oleh kedua moda betor dan angkot sama maka 25 orang akan memilih beca motor dan 75 memilih angkot 2. Jika Rp. 2.500 lebih mahal biaya beca motor maka 100 orang memilih angkot dan 0 memilih beca motor 3. Jika Rp. 1.000 lebih murah biaya beca motor maka 69 orang memilih beca motor sedangkan 31 memilih angkot

6.2. Analisis Bangkitan Lalulintas